Aku bangun dari tidurku. Rasanya sangat menyegarkan saat angin pagi dan cahaya matahari masuk melalui jendela kamarku. Aku menatap ke langit lewat jendela. Langit yang indah dan juga bersih.
Entah kenapa aku merasa sangat menyukai langit atau mungkin karena namaku adalah Sora yang memiliki arti yaitu 'langit'.
Aku berganti pakaian dan segera pergi ke guild petualang. Dengan perasaan yang sedikit senang dan juga bingung aku melangkahkan kakiku.
Tadi malam aku bertemu Sevira lewat mimpi. Dia mengatakan bahwa ia bisa terus bersamaku jika aku memanggilnya. Namun, untuk memanggilnya aku harus memiliki mana yang banyak dan dapat menggunakan sihir pemanggilan. Sevira mengatakan ada seseorang di kerajaan ini yang bisa melakukan hal itu.
"Selamat pagi Sora! Sepertinya kau dalam suasana yang baik."
"Ya, aku tidur dengan nyenyak semalam."
"Baguslah kalau begitu. Misi seperti apa yang ingin kau ambil?"
"Aku kurang tahu, bisa kau pilihkan untukku."
Karen, sang resepsionis mulai menyortir kertas-kertas yang berisikan berbagai quest. Namun, sebuah kertas diulurkan padaku dari samping.
"Apa kau bingung dalam memilih quest?"
Seseorang yang aku kenal. Dia orang yang membantuku mencari penginapan san juga orang yang mengalahkan gurita raksasa di pantai beberapa hari yang lalu. Aku sudah tahu siapa dia sebenarnya, petualang kelas S, White Zanir.
"Ya."
"Zanir?!"
Karen terkejut begitu melihat Zanir dan wajahnya seketika memerah seperti sangat malu saat Zanir menatap matanya.
"Yo, Karen."
"A-apakah ada y-yang bisa kubantyu."
Ah, dia mengigit lidahnya. Aku penasaran kenapa dia bersikap seperti itu.
"Aku berpikir untuk melihat wajahmu yang cantik, Karen."
Wajahnya semakin memerah dan ia sangat malu hingga kepalanya mengeluarkan asap.
"Apakah kau ingin ikut denganku? Etto..."
"Sora." Jawabku dengan cepat.
"Benar, ini akan menjadi petualang yang seru untukmu Sora, bukan hanya itu tapi juga ini mungkin bisa menambah wawasan dan pengalamanmu."
Aku tidak mengerti. Tapi mungkin maksudnya dia ingin membantuku dalam melakukan quest.
"Baiklah, aku setuju." Kataku.
"Karen, bisa daftarkan aku berparty dengannya."
"Eh? Tapi kan... Kau sudah punya party."
Itu tidak mengherankan. Seseorang sepertinya sudah pasti memiliki party tapi kemana partynya itu, kurasa tidak perlu aku tanyakan.
"Ini hanya sementara. Seperti biasanya."
Karen menghela nafas pasrah dan mulai mendaftarkannya.
"Baiklah, aku sudah mendaftarkan kalian. Jadi quest apa yang akan kalian ambil."
Zanir mengambil kertas buram yang sudah di lipat kecil dari saku mantelnya. Lalu memberikannya pada Karen.
Begitu Karen menerima kertas itu dan membacanya, matanya membelalak, rasa terkejut terlihat dari wajahnya.
"Apa kau serius dengan ini, Zanir?!"
Karen berteriak sambil menggebrak meja.
"Tentu, lagipula tidak ada batasan rank."
"Itu benar. Tapi..."
"Sudahlah, tidak usah mempermasalahkan hal sepele."
Karen menyetujui quest itu dan kami pun segera keluar dari guild. Saat sedang menuju gerbang keluar, aku menanyakan quest apa yang akan dilakukan karena reaksi Karen sepertinya tidak setuju, kurasa itu quest yang berbahaya.
"Jadi, kemana kita pergi?"
"Labirin kuno, Dragon Fortress."
Aku terkejut saat mendengar namanya. Bukan karena aku tahu tempatnya tapi rasanya terdengar berbahaya.
"Tenang saja. Ini tidak seperti yang kau pikirkan. Mungkin kau bisa menganggapnya sebagai piknik."
Aku tak yakin dengan ucapannya tapi kuharap apa yang dikatakannya benar. Kami pergi ke penjual kuda dan menyewa kuda untuk mempermudah perjalanan.
"Yo, pak Del." Sapa Zanir kepada orang tua gemuk yang sedang memandikan kuda.
"Oh, nak Zanir. Apa kau ingin pergi ke suatu tempat?"
"Ya, aku ingin mengurus peliharaanku yang jauh."
Peliharaan? Aku merasa bingung dengan apa yang mereka bicarakan.
"Haha. Kalau begitu Vanir sedang makan siang di belakang. Kau bisa melihatnya."
Kami pergi ke belakang kandang dan menemukan kuda putih bersih sedang memakan rumput. Kuda itu seperti manusia, dia tampak senang melihat Zanir mendekatinya.
"Yo, Vanir. Maaf ya karena tidak bisa menemuimu lebih sering."
Kuda itu meringkik seolah dia memahami apa yang Zanir katakan.
"Aku mau kau membawa kami ke tempat Dragon Fortress."
Kuda itu sangat gagah seolah dia berkata bahwa ia sudah siap dan segera berangkat. Zanir naik ke atas kuda selanjutnya diikuti olehku yang duduk di belakang.
"Kita berangkat."
Dan kuda itu segera berlari dengan kecepatan yang tidak masuk akal. Kami sampai di sebuah tempat yang dimana berdiri sebuah benteng raksasa berdiri.
Aku hampir saja muntah karena perjalanannya cukup menegangkan. Untungnya entah bagaimana aku bisa mengatasi mabuk perjalanan ini.
Setelah mengikat kuda di dekat pohon, Zanir berjalan dan aku mengikutinya dari belakang. Kuharap tidak ada hal buruk yang terjadi, perasaan takut menyelimuti seluruh tubuhku.
Kami melewati sebuah gerbang raksasa yang dijaga oleh dua naga di kedua sisi gerbang. Naga perak dan naga emas. Keduanya menundukkan kepala dan membiarkan kami lewat begitu saja.
Di dalamnya benar-benar tidak terduga. Kupikir isinya naga besar seperti kedua penjaga gerbang sebelumnya namun yang kulihat sekarang ada sebuah kota yang ramai. Banyak sekali orang yang melakukan berbagai aktivitas, ada yang sedang berbelanja, mengobrol sambil berjalan santai, dan kegiatan lainnya.
"Apa kita benar-benar berada di Dragon Fortress?" Aku bertanya dengan ragu.
"Ya, sudah kubilang ini akan terasa seperti piknik. Mereka bukan manusia tapi naga yang berwujud manusia jadi wajar saja kalau kau terkejut."
Aku bahkan tidak tahu kalau ras naga bisa mengubah wujud mereka. Yang kutahu mereka adalah ras yang sangat kuat dan memiliki kapasitas sihir yang sangat besar serta dikatakan mereka sudah lama punah, tapi ternyata semua itu hanya pikiranku saja.
Tanpa kusadari aku sudah sampai di sebuah bangunan kecil yang terbuat dari kayu kelas atas jadi tidak akan mudah hancur. Kami masuk ke dalam dan bertemu dengan sepasang suami istri yang sudah menunggu kami dengan memakai yukata yang indah.
"Kami sudah menunggu anda, tuanku."
Keduanya menunduk dan bersujud kepada Zanir.
"Terima kasih atas sambutannya. Bagaimana kabar kalian berdua? Apakah baik?"
"Ya. Kami baik-baik saja."
"Kami sangat baik."
"Begitu. Syukurlah. Baik, aku akan langsung ke intinya."
Sang istri berdiri dan mengantar kami ke belakang rumah. Di sana ada sebuah ruangan yang diselimuti oleh sebuah penghalang tak terlihat.
"Di sana? Tapi apa kau yakin kalau dia menggila?"
"Tidak salah lagi. Sihirnya meningkat dan kepribadiannya juga berbeda dari biasanya." Ucap sang istri.
Zanir berjalan mendekati ruangan itu dan penghalangnya di tembus begitu saja seolah tidak ada apa-apa disana. Dia memang tidak merusaknya namun aku seperti merasa penghalang itu tidak berguna sama sekali.
Saat Zanir masuk ke dalam, selanjutnya yang terjadi adalah suara ledakan dan teriakan. Ruang itu tidak hancur dan juga suara teriakan itu juga bukan milik Zanir.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments