Pada siang hari Yuriko, ibu Zanir melahirkan kedua adiknya. Meskipun nyawanya sebagai taruhan tapi dia berhasil selamat dan sekarang ia memiliki dua adik kembar.
Keduanya laki-laki. Pertama namanya adalah Lucas. Dia sangat tenang dan memiliki rambut berwarna hitam. Sementara yang satunya adalah silver adalah Eigero. Dia orang yang sangat aktif.
Sebagai seorang kakak dia merawat merawat mereka. Kebetulan nama yang Zanir berikan kepada mereka disukai oleh ibu dan ia tidak mempermasalahkan nama yang diberikan.
"Roar!!"
Apa itu?! Terdengar suara raungan monster dari luar. Zanir segera berlari dan melihat apa yang terjadi di luar. Namun, sebuah ancaman berada di depannya. Seekor naga api mengamuk dan menghancurkan desa dengan nafas apinya.
Zanir segera kembali ke kamar dimana ibu dan kedua adiknya sedang berbaring di kasur. Ia berpikir harus segera membawa mereka pergi dari desa. Tapi Yuriko tidak ingin menyulitkan Zanir yang masih kecil.
Dia memaksa Zanir untuk pergi memebawa kedua adiknya tapi Zanir menolaknya karena tidak ingin meninggalkan ibunya yang kurang sehat.
"Aku akan mencari cara jadi kita harus pergi dari sini selagi bisa."
"Tapi..."
Tanpa berpikir panjang, Zanir menarik lengan ibunya sambil menggendong kedua adiknya. Ledakan demi ledakan berdatangan dan banyak sekali warga yang berlarian, beberapa dari mereka ada yang terus berlari dan ada juga yang masih bersembunyi di dalam rumah mereka.
Tempat aman satu-satunya yang terpikirkan oleh Zanir adalah rumah kosong yang ada di dalam hutan. Ia tidak sengaja menemukan rumah itu saat tersesat dalam hutan. Pelarian mereka akhirnya di adari oleh sang naga.
"Ibu akan pergi menahannya, sekarang kau pergi bawa kedua adikmu ke tempat yang aman."
"Tidak bisa! Itu berbahaya!"
"Zanir!" Teriakan Yuriko membuat Zanir terdiam dan kedua adiknya menangis.
Zanir tahu saat ini tidak ada yang bisa ia lakukan tapi membiarkan ibunya berkorban membuatnya menyalahkan dirinya sendiri karena terlalu lemah.
...****************...
Matahari terik bersinar begitu terangnya. Di dekat hutan Reiki dan Roy sedang bermain bola. Bola di pukul pelan ke arah Reiki namun bukannya ia terima tapi memukulnya sekeras mungkin hingga terlempar jauh ke dalam hutan.
"Oh ayolah, bisakah kau melakukannya dengan baik?"
"Ya maaf. Biasa deh kelepasan."
Roy menghela nafas panjang dengan sikap cerobohnya Reiki, jadi ia terpaksa harus mengambilnya. Dia masuk ke dalam hutan dan terus mencari bola itu berada tapi ia tidak menemukannya.
"Apa kau mencari ini?"
Seorang pria aneh muncul sambil memegang bola di tangannya. Dia menutupi wajahnya dengan tudung sehingga Roy tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas.
"Siapa kau?"
"Jangan memasang wajah seram seperti itu dong. Aku bukan orang yang mencurigakan."
"Mau dilihat dari mana pun, orang ini sangat mencurigakan." Ucap Roy dalam hati.
Orang misterius itu memancarkan aura yang mengerikan sehingga Roy tidak bisa berbuat banyak. Selama Reiki baik-baik saja, maka dia tidak bisa asal menyerang.
"Aku punya kesepakatan denganmu."
"Kesepakatan?"
Orang misterius itu memberikan rencananya dan beberapa imbalan yang mungkin bisa di terima oleh Roy namun Roy tahu pasti kalau ucapannya sudah pasti bohong. Namun, rencana yang ia katakan tadi adalah sesuatu yang tidak bisa ia lakukan.
Roy berpikir dengan keras bagaimana cara melawan orang aneh yang ada di hadapannya itu. Sebuah rencana yang sangat tidak ingin ia lakukan adalah satu-satunya cara untuk melawan orang itu dan menyelamatkan dunia.
"Baiklah. Aku akan memikirkannya, jadi beri aku waktu."
"Baiklah. Besok aku akan mendengar jawaban darimu."
Pria misterius itu mengembalikan bolanya ke Roy dan menghilang begitu saja seperti dibawa oleh angin. Roy kembali ke tempat Reiki berada, ia sedang duduk menunggu Roy.
"Oh, kau sudah kembali."
"Maaf menunggu lama. Sepertinya ini sudah semakin sore sebaiknya kita segera kembali."
"Siap!"
Mereka akhirnya kembali ke desa dan kembali ke rumah mereka masing-masing. Roy kembali dengan keadaan sedikit murung tapi keluarganya tidak ada yang berani berkomentar.
Pada saat malam hari, bayangan hitam bergerak dengan sangat cepat dan membunuh warga desa tanpa ampun. Dia sudah bermandikan darah dan ekspresi wajahnya mati seolah dia tidak merasakan apapun saat membunuh.
Keesokan harinya Reiki terbangun dari tidurnya dan ia tidak menemukan ibunya di sampingnya. Reiki memiliki penciuman yang sangat tajam dan ia mencium bau darah. Dengan cepat ia segera berlari dan menemukan ibunya, Maria berbaring di lantai dengan penuh darah.
"Ibu!! Buka matamu!"
Reiki mencium bau darah dari luar rumah dan saat ia keluar rumah, seluruh warga desa tergeletak meninggal dengan penuh luka dan darah.
"Kau terlambat Reiki."
Suara yang familiar terdengar dari atap rumahnya dan menemukan Roy yang penuh darah dan memegang pisau. Saat itulah kekecewaan terbesar yang dialami Reiki.
"Apa maksud semua ini, Roy?!"
"Apakah kau membenciku? Kalau begitu temui aku saat kau sudah memiliki kekuatan yang kau banggakan, titisan dewa Ashura."
Seperti terbawa angin Roy menghilang dari pandangan Reiki seolah dia tidak pernah ada.
...****************...
Pedang terayun dan berhasil melukai lengan Sora. Lukanya tidak dalam tapi itu tetap menyakitkan, serangan lainnya datang tapi kali ini Sora berhasil menghindarinya. Dengan satu pukulan di perut membuat pria bertopeng itu terpental.
"Selamat tinggal, Sampah."
Tangan Sora bergerak dengan sangat cepat dan mencabut jantung pria bertopeng dari tubuhnya lalu menghancurkannya seperti memecahkan telur dengan satu tangan.
Suara aneh terdengar lagi, tidak seperti sebelumnya tidak ada yang mengganggunya kali ini. Di pojok ruangan ada sebuah karung. Ikatan dibuka secara perlahan dan saat karung itu dibuka berisi seorang anak kecil. Penampilannya tampak mewah dan wajahnya sangat cantik, dia diikat dan mulutnya ditutup oleh seikat tali.
"Kau sudah aman sekarang."
Anak itu segera memeluk Sora dan berterima kasih. Namun, karena ini tempat berbahaya jadi Sora harus segera mengembalikan anak kecil ini. Sebelumnya, beberapa orang bertudung mencari seseorang dan merasa bahwa anak inilah yang mereka cari.
Mengingat orang-orang itu, Sora memutuskan untuk mencari mereka tapi anak itu kesulitan berjalan karena kakinya kesakitan akibat terus terikat. Dia menggendong anak itu dan mencari mereka.
Setelah beberapa menit berkeliling akhirnya mereka menemukan orang-orang itu. Namun, bukan rasa terima kasih yang diterima oleh Sora tapi sebuah tamparan keras.
"Sudah kuduga kau yang menyembunyikannya!"
"Kakak! Dia orang yang sudah menyelamatkanku saat aku hampir dibunuh!"
Orang yang menampar Sora adalah kakak dari anak kecil itu. Dia terkejut dan merasa malu tapi dia sama sekali tidak berniat untuk meminta maaf.
"Kalian sudah menemukan apa yang kalian cari bukan? Kalau begitu, aku tidak punya urusan lagi dengan kalian maka aku pergi dulu."
Sora buru-buru meninggalkan mereka karena tidak ingin terlibat lebih jauh lagi dengan mereka. Mereka adalah bangsawan dan anak kecil itu adalah sang putri, akhirnya Sora tahu mengapa sikap mereka begitu sombong. Tapi salah satu dari mereka memanggil Sora.
"Tunggu nak!"
Sora memutuskan untuk tidak terlibat jadi ia menghiraukan panggilan itu dan segera menghilang dari pandangan mereka.
Setelah mereka melihat Sora, keyakinan mereka bertambah kuat. Bahwa rakyat jelata tidak memiliki sopan santun sementara Sora akhirnya yakin bahwa hampir semua bangsawan tidak tahu terima kasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments