Sudah 5 tahun sejak aku bereinkarnasi ke dunia ini. Aku sudah memahami bahasa di dunia ini meskipun memakan waktu banyak.
Aku terlahir sebagai anak pertama dari keluarga White. Meskipun kami bukan keluarga terkenal tapi setidaknya kami bahagia.
Aku tinggal di desa terpencil bahkan hanya sedikit orang yang mengetahui keberadaan desa ini.
Aku sangat menyukai tempat ini. Karena udaranya yang segar, pemandangan langit begitu indah serta orang-orang di desa sangat ramah.
Aku hanya tinggal dengan ibuku yang bernama Yuriko. Nama lengkapnya White Yuriko. Dia wanita hebat yang sudah membesarkan diriku seorang diri. Aku tidak memiliki sosok yang biasa dipanggil ayah.
Bagiku yang hanya memiliki seorang ibu saja sudah cukup. Aku bukannya tidak memiliki ayah tetapi aku tidak mau menyebut orang itu dengan panggilan 'ayah'.
Dan saat ini ibu sedang mengandung adikku. Orang itu selalu saja pergi dan tidak pernah mau meluangkan waktunya untuk keluarga. Mengingat wajahnya saja sudah cukup membuatku marah.
Dari pagi hingga sore, aku yang mengerjakan semua pekerjaan rumah dan menyuruh ibu untuk beristirahat. Aku tidak mau ibuku kelelahan dengan kondisinya yang sekarang.
Saat sore hari aku baru pergi keluar dan bermain bersama anak-anak lainnya. Aku berteman dengan anak-anak yang tidak jauh dari rumahku.
Aku pulang saat matahari terbenam dan segera beristirahat. Begitulah keseharianku sebagai White Zanir.
...****************...
Jauh di kedalaman hutan seorang anak berlari dengan cepat, di belakangnya ada seekor babi hutan besar mengejarnya. Salah satu temannya melambaikan tangan di atas pohon.
Itu sinyalnya! Teriaknya dalam hati.
Anak itu segera melompat ke atas pohon dan sebuah tali mengikat salah satu kaki babi hutan itu hingga bergelantungan di atas pohon. Kedua anak itu turun dan melakukan tos dengan senangnya.
"Mantap, Reiki!"
"Yoi, gimana penampilan gua barusan?"
"Keren abis. Sekarang gimana cara bawa nih babi ya?
Reiki mengeluarkan pisau dari pingangnya dan dengan cepat memotong tubuh babi hutan itu hingga menjadi beberapa bagian. Kedua pisaunya yang penuh darah menjadi bersih kembali setelah membasahinya dengan genangan air yang ada di dekatnya.
"Yaudah, yuk pergi."
Mereka masing-masing membawa sebagian tubuh babi dan membawanya ke desa. Sesampainya di desa mereka disambut oleh beberapa orang dewasa. Berbeda dengan Reiki dan temannya, orang-orang dewasa itu adalah manusia serigala dengan bulu cokelat sementara Reiki dan temannya memiliki bulu berwarna silver.
"Wah, kalian mendapat tangkapan besar ya!"
"Dengar Jiro! Reiki berlari sangat cepat seperti kilat tadi."
Roy merupakan teman Reiki, dia sangat membanggakan temannya itu seperti menyombongkan dirinya sendiri. Reiki menganggap Roy seperti saudara dan ia selalu seperti ini jadi ia sudah terbiasa dengan pujian yang keluar dari mulut Roy.
"Aku hanya berlari seperti biasa jadi itu bukan sesuatu yang bisa dibanggakan."
"Hah..." Jiro menghela nafas pada ucapan Reiki. "Dengar Reiki, bagi ras serigala seperti kita berlari dengan sangat cepat itu hal yang sangat sulit."
"Sudah, sudah. Sekarang lebih baik kita berikan semua daging ini untuk dimasak. Perutku sudah mulai lapar!"
Mereka meninggalkan Jiro dan temannya dan pergi ke rumah Maria yang merupakan ibu angkat Reiki. Maria sedang mencuci di belakang rumah seperti biasanya.
Wajahnya yang cantik dan kulitnya yang mulus. Dia sama seperti Reiki yang merupakan serigala berbulu putih. Dia tetap terlihat muda walaupun umurnya sudah berada diatas 30 tahun.
"Ibu, aku mendapatkan tangkapan besar!" Teriak Reiki dari kejauhan pada ibunya yang sedang mencuci.
Maria menoleh untuk melihat anaknya itu dan menemukan anaknya membawa karung yang besar yang berisikan beberapa potongan daging dengan wajah yang ceria bersama temannya, Roy.
"Ya ampun. Baiklah, ibu akan memasaknya untuk semuanya." Dengan senang hati Maria menerima keinginan anaknya.
Bagi Maria melihat Reiki tersenyum bahagia adalah sebuah harta yang paling berharga. Dia rela melakukan apapun selama Reiki bahagia.
Maria menyelesaikan tugas rumahnya dan segera ke dapur untuk memasak. Reiki dan Roy membantu Maria memasak karena menurut mereka memasak adalah hal yang menyenangkan.
Mereka membagikan makanan pada tetangga dan memakannya bersama-sama. Bagi Reiki kebersamaan adalah sesuatu yang berharga dan tidak semua makhluk hidup bisa merasakan kebersamaan.
Beginilah keseharian Reiki sebagai salah satu Ras serigala.
...****************...
Sebuah kota kecil berada di belakang kota besar yang dimana hanya orang-orang kumuh saja yang tinggal di sana. Kota itu sudah lama ditinggalkan, tempatnya sangat kotor dan bau tapi cukup untuk dijadikan tempat tinggal.
Di salah satu rumah ada beberapa orang dewasa sedang bersulang dengan bir mereka.
"Wah! Mantap, hari ini kita berhasil mendapatkan tangkapan besar."
"Sepertinya Dewi Fortuna sedang berpihak pada kita, bos!"
Seorang pria yang kekar tersenyum tipis pada bawahannya itu. Dia menghabiskan bir di gelas besarnya dalam satu tegukan.
"Ah. Dengar kalian! Kita ini adalah pekerja keras jadi keberhasilan adalah hal yang sudah pasti kita dapatkan!!"
Mereka tertawa dan bercanda sambil menikmati bir mereka. Di gudang, seorang anak berusia lima tahun sedang berbaring. Dia mengeluarkan keringat sangat banyak sehingga membasahi bajunya. Tubuhnya sangat panas dan dia merasa seperti kesakitan.
Beberapa detik kemudian, panas di tubuhnya menghilang dan dia segera membuka matanya lalu bangun. Dia seperti merasakan hal aneh.
Dia memegang wajahnya untuk memastikan. Dia tahu bahwa dirinya sedang demam tapi itu menghilang begitu saja. Dia melihat sekeliling dan menemukan sebuah cermin. Matanya berfokus pada penampilannya sendiri di cermin.
"Ini aku. Ini wajahku, tapi aku merasakan ada yang berbeda."
Rambut rapi dan ada kuping diatas kepalanya. Kulitnya putih dan wajahnya yang tampan. Dia menoleh ke tembok yang terdapat bantalan, dia mengambil pisau yang tersimpan di pinggangnya dan melemparnya ke bantalan tersebut.
Pisau itu menancap tepat di tengah bantalan. Jarak antara dia dan bantalan cukup jauh tapi dia bisa melemparnya dengan tepat.
Telinganya bergerak dan menangkap suara. Itu terdengar seperti suara anak-anak tapi sebelum sempat mencari suara itu pintu terbuka dan seorang wanita masuk ke dalam.
"Oh. Kau tidak apa-apa, Sora?"
"Ah, ya. Aku baik-baik saja."
"Padahal tadi tubuhmu sangat panas seperti oven."
"Ahaha. Terima kasih Eve, tapi tidak perlu khawatir lagi sekarang aku sudah lebih baik."
"Nah, sekarang kau pergi ke belakang dan mandi. Pasti tidak nyaman dengan tubuh penuh keringat seperti itu."
"Baik."
Sora segera pergi ke belakang dan menimba air sumur lalu mengguyur dirinya. Dia membersikan ekor dan telinga rubahnya agar tetap bersih. Dia menatap langit yang mana saat itu ada bulan purnama sedang menerangi malam.
Entah dari mana beberapa orang bertudung datang dan menghampiri Sora. Beberapa dari menunjukkan ketidaksukaan mereka pada Sora dengan terang-terangan tapi Sora tidak mempedulikannya.
"Maaf menggangu tapi apa kita boleh bertanya?"
Salah satu dari mereka sangat sopan dan dia tidak menunjukkan ketidaksukaannya dengan terang-terangan seperti yang lainnya.
"Tentu." Ucap Sora sambil memakai kembali pakaiannya yang lain.
Salah seorang bertudung segera menarik kerah baju Sora dan menatapnya dengan kesal.
"Dimana kau menyembunyikan Putri Alicia?!"
"Aku tidak tahu, lagipula siapa itu putri Alicia?"
Sora hanya mengatakan apa adanya jadi dia tidaklah salah tapi orang itu segera mendorong Sora hingga ia terjatuh.
"Dasar tidak berguna!"
"Mohon maafkan sikapnya." Orang yang berperilaku sopan itu mengulurkan tangannya tapi bagi Sora uluran tangan itu tidak lebih dari sebuah penghinaan.
Setelah menuduhnya dengan alasan yang tidak jelas dan sekarang ia mengulurkan tangannya seperti itu bukan apa-apa. Sora mengabaikannya dan berdiri dengan usahanya sendiri.
"Lihat? Dia tidak tahu terima kasih." Salah satu dari mereka menyindir tapi Sora mengabaikannya dan memilih untuk berpura-pura tidak mendengarnya.
"Baiklah, terima kasih sudah meluangkan waktunya. Kalau begitu kami permisi terlebih dahulu."
Mereka meninggalkan Sora dan pergi mencari teman mereka. "Kya!!" Terdengar suara teriakan.
Sora segera berlari menuju asal suara itu dengan cepat. Sesampainya dia menemukan Eve berbaring dengan penuh darah di tubuhnya bersama beberapa orang pria dewasa lainnya.
"Eve!!"
Sora segera berlari menuju Eve. Dia sudah tidak bisa diselamatkan tapi ia tidak menyerah dan mencoba membawanya ke dokter tapi seseorang dengan topeng berdiri di hadapannya dan mencoba menyerang Sora dengan pedang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments