Geneva Switzerland
Suara iPad dan ponsel Zinnia ramai saling bersahutan yang berisikan bagaimana ributnya keluarga besarnya tentang kejadian di Tokyo. Bahkan semua opa Oma, Oom dan Tante di grup chat keluarga hanya bisa mengomel panjang lebar memarahi Hoshi, Bima dan Hideo akibat kelakuan trio kampret itu.
Zinnia hanya cekikikan membaca semua pesan yang ramai saling bersahutan bahkan Opa Bara dan Opa Levi sudah mempersiapkan hukuman buat Arka dan Valentino setibanya di Jakarta nanti.
Sean hanya memperhatikan wajah cantik Zinnia yang tampak bahagia dengan kekacauan keluarganya.
"Boleh aku tahu ada apa sebenarnya?" tanya Sean saat melihat Zinnia tertawa terbahak-bahak membaca pesan di ipadnya.
"Ini ketiga adik sepupuku dikenal di keluarga sebagai trio kampret, biang kerok, tukang bikin darting dan jahilnya minta ampun. Adik-adik perempuan aku sudah banyak yang jadi korban kejahilan mereka bertiga dan biasanya tobat lima menit, usil lagi 23 jam 55 menit."
Sean hanya menyimak sembari memainkan rambut tebal Zinnia. Keduanya kini duduk di sofa hijau Zinnia sembari menyetel acara tv yang menyiarkan acara malam tahun baru di berbagai negara.
"Lalu? Kenapa kalian terdampar di kantor polisi malam tahun baru? Dan tampaknya ketiga adikmu bahagia disana?"
Zinnia melengos. "Trio kampret itu kalau belum sampai ditahan di kantor polisi belum afdol. Mereka habis berkelahi dengan para preman yang merasa mereka merebut lokasi untuk menikmati acara malam tahun baru."
"Astagaaa! Apa mereka tidak ingat anak keluarga mana?" tanya Sean yang mendapatkan lirikan tajam Zinnia.
"Ngaca dulu kalau mau ngomong. Kayak kamu nggak seperti itu saja?" cebik Zinnia.
Sean terbahak lalu mencium kepala Zinnia. "Rambutmu harum. Pakai shampoo apa?"
"Shampoo biasa dan stop menciumi aku, Sean!"
"Maaf Zee, aku tidak bisa untuk tidak menciumi kamu" ucap Sean sambil mencium kepala Zinnia. "Oh, aku mau memberikan kamu ini."
Sean mengambil sebuah amplop dari saku dalam jaketnya yang tersampir di sofa kecil dan diserahkan ke gadis itu.
Zinnia membaca kop amplop itu yang bertuliskan 'Klinik St Anna' dengan alamat Lucrene, Switzerland dan terdapat nama Sean di depannya. "Kamu ke Lucrene kemarin?" tanya Zinnia ke Sean. "Ada apa? Kakimu sakit lagi?"
Sean menggeleng. "Membuktikan padamu."
"Buktikan apa?" Zinnia membalikkan amplop itu dan tampak sudah terbuka.
"Baca saja sendiri."
"Aku buka ya" ijin Zinnia karena bagaimanapun surat itu adalah privacy dan tidak sembarangan main buka data pribadi.
"Buka saja."
Zinnia membuka amplop itu dan mengambil kertas di dalamnya. Mata hitam Zinnia tampak bergerak untuk membaca isi dua lembar kertas di dalamnya. "Hasilmu semua negatif. Bagus lah! Dijaga kesehatannya ya" ucapnya sambil memasukkan kembali dua lembar kertas hasil test laboratorium yang berisikan bahwa Sean sehat walafiat tanpa adanya penyakit berbahaya akibat hidup bebasnya.
Sean melongo melihat tanggapan Zinnia yang biasa saja.
"That's it? Kamu cuma bilang itu?"
Zinnia menatap Sean. "Lalu aku harus bilang apa? Oh, karena kamu terbukti sehat, ada baiknya kamu mengerem kegiatan bebas kamu. Jangan mentang-mentang kamu sehat lalu seenaknya. Eh tapi aku kok seperti ibu..."
Sean menutup bibir Zinnia dengan bibirnya dan Melu*matnya dengan penuh perasaan membuat gadis itu memukuli dada bidang Sean.
"Aku bukan klienmu, Zee" ucap Sean serak setelah mencium bibir Zinnia.
"Memang bukan! Kamu hanya pria brengsek yang tidak mau menerima penolakan dengan alibi ingin menghabiskan malam tahun baru dengan makan gratis." Zinnia melotot ke arah Sean.
Sean tertawa. "Aku seorang pangeran Zee yang terbiasa semua menurut apa mauku dan ada seorang gadis yang tidak tertarik padaku, membuat aku penasaran hingga aku sendiri jatuh cinta padanya."
"Baguslah. Sana pergi ke gadis yang membuatmu jatuh cinta" sarkasme Zinnia.
"Oh Astagaaa Zee! Kamu itu naif atau pura-pura bodoh sih? Gadis itu kamu, sayang."
Zinnia hanya menatap Sean datar. "We'll see sampai kapan kamu bosan denganku."
Suara kembang api pun terdengar saat pergantian tahun membuat Zinnia dan Sean menoleh dari jendela apartemennya.
Gadis itu pun berjalan untuk membuka jendela apartemennya tanpa memperdulikan dinginnya suhu di Geneva. Wajahnya tampak sumringah melihat bagaimana kembang api itu meledak di langit. Diam - diam gadis itu mengucapkan doa dalam hati.
Sebuah tangan kekar memeluk Zinnia dari belakang dan mencium pipinya.
"Happy New Year Zinnia Aida Hadiyanto. I love you" bisik Sean sambil membalikkan tubuh gadis itu dan Melu*mat bibir Zinnia.
Zinnia tidak mampu berkata-kata.
***
Yuhuuuu Up Siang Yaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
Lanjut Nanti Lagi
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
Sandisalbiah
mereka ini HTS dong.. Zee gak mau menerima Sean tp sayang... bolak balik di sosor Sean mamut wae.. Amun ndoro...!! 🤦♀🤦♀🤦♀
2024-01-13
1
Asngadah Baruharjo
semakin gesrek semakin top markotop THOORRR 🌹🌹🌹🌹
2023-11-02
1
Ermi Sardjito
kok di generasi ke 6 ini makin berani, makin gesrek, makin kasar ya mbak....beda dgn generasi2 sebelumnya.
2022-10-30
2