Park Hôpitaux Universitaires de Genève ( HUG )
Zinnia menoleh ke arah kirinya dan melihat seorang pria tampan memandangi dirinya tanpa berkedip. Seketika moodnya untuk sarapan menghilang karena dirinya merasa tidak nyaman dengan tatapan pria itu.
"Kok kamu nggak dihabiskan makannya? Biasanya kamu itu selalu menghabiskan makananmu karena tidak mau ayam mu mati" kekeh Greta yang tidak habis pikir dimana logikanya makan tidak habis membuat ayam peliharaan mati. Lalu apa kabar ayam di peternakan?
"Aku akan makan lagi nanti" ucap Zinnia sambil membereskan makanannya.
"Zee, kamu kenapa?" Jika Greta sudah memanggilnya 'Zee' berarti dia tahu kalau Zinnia merasa tidak nyaman.
"Pria itu memandangi kita dari tadi" bisik Zinnia yang membuat Greta melirik ke sisi kiri Zinnia.
"Oh my God! Itu kan pangeran Sean Léopold of Belgium!" desis Greta heboh. "He's so handsome!"
Zinnia hanya terbengong menatap Greta lalu otaknya berpikir. Pangeran Sean Léopold of Belgium? Kenapa nama itu familiar ya? Dimana aku pernah mendengar nama itu.
"Aku tidak tahu kalau pangeran Belgia itu dirawat disini." Greta memundurkan tubuhnya dan melihat pangeran tampan itu duduk di kursi roda dengan kaki terbalut gips. "Tampaknya dia kecelakaan main ski deh! Sebab lukanya di pergelangan kaki kirinya."
"Sok tahu kamu" kekeh Zinnia. "Ayo dibereskan dan bisa kita makan lagi nanti. Bukannya jadwal hari ini padat?"
***
Sean melihat gadis itu berdiri dengan temannya yang bernama Greta. Pangeran itu melihat bahwa Zinnia tidak terlalu tinggi dan dia memperkirakan tingginya sekitar 165cm tapi ... Ya Tuhan, dia seksih sekali!
Pagi ini Zinnia memakai sweater putih ketat dan rok panjang berbahan wol serta sepatu boot yang menonjolkan lekuk tubuhnya. Gadis itu pun berjalan menuju rumah sakit tanpa memperdulikan Sean, berbeda dengan temannya yang memperhatikan dirinya.
Sean sampai memutarkan tubuhnya untuk memperhatikan Zinnia dan hal itu tidak mengejutkan Greg yang sudah terbiasa melihat pangerannya seperti itu ketika melihat wanita cantik.
"Tuan..."
"Ya." Sean membalikan tubuhnya dan menatap Greg. "Bagaimana?"
"Nama nona itu Zinnia Aida Hadiyanto. Sebenarnya dia masih ada dua nama keluarga lagi dibelakang tapi jarang dia gunakan."
"Siapa?"
"Al Jordan Schumacher."
Sean melongo. "Jadi dia yang disebut - sebut si cantik dari Dubai?"
Greg hanya mendengus. Kemana saja tuanku selama ini?
"Tapi aku tidak pernah menemukan foto-fotonya di internet?"
"Semua sudah di take down oleh Tuan Benjiro Smith. Tuan Ayrton Al Jordan Schumacher dikabarkan tidak mau publik mengetahui putrinya karena beberapa tahun lalu sempat ramai banyak keluarga kerajaan area timur tengah, Afrika, Turki hingga aktor Hollywood dan Bollywood tertarik dengan gadis itu."
Sean mendengus kesal. Penggemar nya banyak juga. "Dia kuliah?"
"Hasil penyelidikan saya, nona Zinnia sudah lulus sarjana psikologi dari University of Geneva dan sekarang sedang mengambil profesinya sambil menjadi asisten psikolog Emma Baker di rumah sakit ini."
"Kalau memang dia putri Emir, kenapa tidak ada pengawal yang mengikuti Zinnia?" Sean celingukan mencari pengawal bayangan seperti pengawalnya yang tampak berada tidak jauh dari dirinya.
"Sepertinya nona Zinnia tidak mau memakai pengawal, tuanku."
"Apakah dia anak tunggal?" tanya Sean.
"Tidak tuan, nona Zinnia memiliki dua orang adik, bernama Gasendra dan Garvita."
Ya ampun, sekian tahun tidak bertemu dan selama ini aku tidak pernah mencari tahu tentangmu Zee, ternyata kamu tumbuh jadi gadis yang cantik.
***
Zinnia sedang menemani seorang anak berumur tujuh tahun bermain Lego. Anak perempuan itu mengalami shock setelah melihat kecelakaan di depannya tiga Minggu lalu hingga tidak mampu berbicara karena yang menjadi korban adalah sahabatnya sendiri.
"Wah, hebat Jules!" puji Zinnia setelah anak bernama Julie yang biasa dipanggil Jules berhasil membuat Lego Diagon Alley Harry Potter.
"Dan...ke" bisik Jules dan Zinnia langsung memeluknya karena inilah suara pertama Julie setelah dua Minggu diterapi Zinnia.
"Deine stimme ist so schön ( suaramu sangat indah )" puji Zinnia. "Je veux entendre ta voix à chaque fois que tu viens vers moi ( aku ingin selalu mendengar suaramu setiap kamu kemari ). Okay?"
Julie mengangguk lalu memeluk Zinnia. Kedua orang tua Julie yang melihat kejadian itu pun terharu akhirnya putri tercintanya bisa bersuara lagi.
***
"Julie mengalami kemajuan yang signifikan, tuan dan nyonya Schubert. Dan saya minta anda berdua jangan membuatnya teringat tentang kejadian yang merenggut nyawa Sandra karena mampu membuatnya shock kembali." Zinnia menatap kedua orang tua Julie.
"Iya nona Zinnia. Kami sampai harus menyimpan semua barang-barang yang berkaitan dengan Sandra. Menyimpannya tapi tidak membuangnya" ucap nyonya Schubert.
"Itu tindakan yang tepat. Jika nanti Julie sudah siap dan mencari barang-barang yang berhubungan dengan Sandra, bisa dikeluarkan sedikit demi sedikit. Tapi saya yakin, Julie sudah mulai kuat dan bisa menerima kenyataan. Apakah dia masih mengalami mimpi buruk kalau malam?" Zinnia masih berdiskusi dengan kedua orang tua itu tanpa menyadari ada sepasang mata biru mengawasinya dari balik tembok.
"Thanks God, sudah tidak beberapa malam ini karena kami selalu bergantian mendongeng untuk Julie. Dia suka dengan buku dongeng yang anda berikan, nona Zinnia" senyum tuan Schubert.
"Syukurlah." Zinnia melihat Julie sudah siap pulang. "Take care Jules." Julie tidak menjawab tapi hanya memeluk Zinnia.
"See you on Monday, okay?" Julie hanya mengangguk. Setelahnya ketiga anggota keluarga Schubert itu pun meninggalkan ruang konseling Zinnia.
***
Zinnia sedang membereskan semua mainan dan alat terapi ketika mendengar suara ketukan di pintu ruangannya. Gadis itu mengerenyitkan dahinya karena jadwal konseling kliennya masih dua jam lagi dan dia ada waktu untuk memakan makanan yang tadi baru dimakan separo.
"Attendez une minute ( tunggu sebentar )" ucap Zinnia yang kemudian membuka pintu ruangannya.
Tampak seorang pria tampan dengan garis wajah khas Jerman berdiri di hadapannya. Zinnia harus sedikit mendongak menatap wajahnya.
Greg Tucker
"Vermisse Zinnia ( nona Zinnia )?" sapa pria itu.
"Yes?" Zinnia menatap bingung.
"Saya Greg Tucker, asisten merangkap pengawal pangeran Sean Léopold. Saya diminta tuanku untuk membawa anda ke kamarnya."
"Pangeran Sean Léopold? Tapi saya tidak ingat siapa itu."
"Anda akan tahu nanti. Tolong nona, bisakah ikut dengan saya."
Zinnia mengerenyitkan dahinya. Rasanya aku pernah mendengar nama itu tapi dimana ya? "Baiklah, saya akan ikut dengan anda." Zinnia lalu mengunci ruangannya dan berjalan mengikuti Greg.
Keduanya sampai di sebuah kamar rawat inap VVIP yang di depannya ada dua orang pengawal. Greg membukakan pintu kamar Sean.
Zinnia pun masuk ke dalam setelah dipersilahkan oleh Greg. Wajah cantiknya melihat seorang pria yang duduk di sofa dengan menselonjorkan kakinya yang memakai gips di atas kursi kecil.
"Halo, cewek centil. Apa kabar?"
Mata hitam Zinnia melotot. Seketika ingatannya kembali saat dirinya kecil di Singapura dimana dia dan Oom Benjinya diusir dari arena bermain.
"Pangeran songong!" seru Zinnia.
Sean hanya tersenyum smirk.
***
Yuhuuuu Up Sore Yaaaa gaeesss
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
Sayem Sayem
akhirnya Zee inget jg y & sangat menyebalkan kelakuan Sean wkt kcl ..pen d tonjok y Zee LG maen d suruh pergi
2025-01-24
1
Ita Xiaomi
Ancaman saat aku msh bocil😁
2025-04-01
1
Sandisalbiah
pangeran songong... sepertinya masa kecil mereka terjadi sesuatu... tp di sini Zinnia sudah dewasa...
2024-01-12
1