Regret! Saat Istriku Pergi

Regret! Saat Istriku Pergi

Penyesalan Di Atas Gundukan Tanah

Langit siang terlihat mendung, pertanda air alami dari Sang Pencipta akan turun sewaktu waktu.

Terlihat, sekumpulan orang yang berada di pemakaman, mulai meninggalkan tempat itu yang baru selesai menguburkan seorang jasad wanita yang bernama Pelangi Sagara-istri dari seorang polisi-Galaksi Malik Al Miller atau kerap disapa akrab-Dibi.

Kesedihan menyelimuti keluarga besar dan para sahabat Pelangi. Mereka tidak menyangka akan kehilangan wanita yang telah dinikahi oleh Dibi sejak satu tahun lebih.

Air mata tumpah ruah, empat saudara laki laki Pelangi dan kedua orangtuanya, serta Dibi, dan beberapa keluarga dan para sahabat terdekat, juga sepasang orang tua Dibi, kini terisak pilu di depan gundukan tanah basah yang ditaburi bunga.

Apalagi Dibi, matanya buram karena menangis terisak-isak dengan tangan itu mengepal tanah yang menimbun jasad istrinya. Ia bersimpuh di gundukan tanah tersebut, meratapi kematian Sang istri.

Istri yang tadinya ia sia-siakan cintanya. Istri yang menjadi 'orang ketiga' dalam hubungan asmaranya bersama wanita lain, kini sudah tidak ada di dunia lagi. Pelangi-nya telah pergi selama-lamanya tanpa salam perpisahan. Juga tanpa kata cinta dari Dibi yang dipinta Pelangi untuk sekedar didengarnya.

Pelangi pergi dengan luka lara begitu dalam yang ditorehkan seorang Dibi.

Memang, Pelangi tidak dibunuhnya secara langsung. Dibi juga tidak pernah membentak bentak, apalagi melukai fisik pada almarhuma istrinya itu. Akan tetapi, Dibi tidak pernah membalas cinta Pelangi karena ia mencintai wanita lain. Ia menyakiti istrinya melalui batin. Dan itu pasti sakit melebihi sakitnya fisik.

Pernikahan terjadi pun hanya karena kesalahpahaman antara mereka. Sehingga, ia dan Pelangi terjebak rumah tangga dan cinta bertepuk sebelah tangan.

"Ku mohon! Cobalah membalas kata cintaku, Kak Dibi, meskipun itu hanyalah bualan saja. Aku ingin mendengarnya sebelum aku pergi."

Andai... waktu bisa diulang, maka Dibi akan membalas kata cinta istrinya itu.

Namun kini....

Penyesalan tiada henti! Itulah yang menggerogoti perasaan Dibi, tatkala mengingat lontaran Pelangi yang terkesan memaksa. Ia pikir, Pelangi hanya akan pergi ke tempat lain karena kesal padanya.

Tetapi, Dibi salah duga....

Dan pada nyatanya, ia baru menyadari cinta sesungguhnya ada pada Pelangi yang sudah pergi selama lamanya. Itulah penyesalan tiada guna!

"Maafkan aku, Pelangi. Hiks....hiks...." parau Dibi menangis begitu pilu. Ia tidak mau beranjak dari tempat mendiang terakhir istirnya.

Andai, ia bisa menyusulnya, maka ia akan pergi dengan cara bunuh diri. Akan tetapi, ia tidak bisa. Ia punya tanggungan besar yakni buah hatinya yang baru lahir sebelum Pelangi meninggal dunia.

Tes...

Tes...

Tes...

Rintik rintik hujan pun turun, seakan mengerti kesedihan mereka yang baru ditinggalkan Pelangi.

"Bangun, Sayang. Maafkan aku, Pelangi..." Dibi terus meracau dihiasi air mata yang tidak bisa berhenti.

Bugh...

Bugh...

Topan-kakak kembar Pelangi, sudah tidak bisa menahan amarahnya yang telah ditahannya sedari tadi. Oleh sebab itu, ia memukuli Dibi. Tidak peduli akan leraian kerabat di sekelilingnya.

Topan sangat murka, ia tidak bisa diam, seperti orang tuanya yang memaafkan Dibi begitu saja. Menurut Topan, Pelangi meninggal karena kesalahan Dibi yang baru ia ketahui kalau adiknya itu ternyata bahagia dalam kepura-puraan, demi menutupi dan melindungi Dibi.

Bugh...

"Topan!" Seru kumpulan keluarga itu seraya Badai-saudara Pelangi lainnya menahan kembarannya itu.

Ya.... Pelangi memang terlahir sebagai kembar tiga, dari pasangan suami istri- Biru Sagara dan Mentari Putri Batara. Pelangi juga memiliki adik Twins bernama Bhumi dan Angkasa.

"Kembaranku meninggal karena dia!" tunjuk kasar Topan yang sudah di tahan kuat oleh Badai dan si Twins.

Sedang Dibi yang dipukuli, hanya diam dan menerima ikhlas pukulan Topan yang melukai wajah sedihnya.

Dibi hanya tertunduk lesu di atas tanah becek karena hujan. Lumpur pun sudah menempel pada pakaiannya.

"Mari kita pulang! Hujan semakin deras dan aku tidak mau ada pertikaian diantara kalian di tempat peristirahatan terakhir anakku!" Seru Biru-Ayah Pelangi dengan suara bergetar pertanda kesedihaan mendalam menerpanya.

Sedang Mentari-Bunda Pelangi itu hanya terisak dalam kekosongan.

Semuanya pun menuruti ucapan tegas Biru yang terdengar tak mau disangga.

Kecuali Dibi yang masih bersimpuh di hadapan kuburan sang istri.

Melihat anaknya yang tak bergeming, Dirga dan Bintang pun membalikkan tubuhnya kompak. Lalu menghampiri Dibi yang tidak mau sama sekali pergi dari pusara Pelangi.

"Pelangi akan bersedih melihat suaminya seperti ini. Ayo pulang, Nak. Ada Pelangi kecil di rumah sedang membutuhkan mu."

Dirga menyemangati anak semata wayangnya, dengan cara mengingatkan putri kecil yang dilahirkan Pelangi.

Tak ada respon, Bintang-Sang Mama menuntun bahu Dibi yang bergetar hancur itu, untuk bangkit dari tanah yang basah.

Mereka pun akhirnya pergi.

***

Oek...Oek...

Awan sudah diselimuti gelap gulita. Suara tangis bayi perempuan yang masih berkulit merah, memecahkan kesunyian kamar kedap suara Dibi saat ini.

Dibi yang belum istrihat di jam satu malam itu, reflek begitu sigap menghampiri anaknya yang sudah piatu diusia sangat dini.

"Kamu haus, Sayang?" tanyanya penuh kelembutan seraya mengelus pipi mungil yang berada di atas kasur bayi.

Setelah menyapa, tangan lebarnya begitu cekatan meracik susu formula untuk sang bayi. Harusnya, anaknya itu meminum ASI eksklusif, akan tetapi takdir buruk telah menyapa keluarga mereka.

Dibi berjanji akan merawat penuh kasih nan sayang buah hatinya bersama wanita yang di cintai nya. Ia akan berperan ganda sebagai Ayah dan Ibu yang baik dan memutuskan akan merawat Pelangi kecil dengan tangannya sendiri.

"Maafkan, Papa, ya? Mama mu ternyata mengandung mu dalam rasa sakit yang tak pernah Papa ketahui. Papa begitu dzalim, Nak."

Hardikan untuk diri sendiri masih tak mampu membayar penyesalan Dibi.

Dibi meracau seraya mengangkat bayinya dari kasur khusus tersebut. Menggendongnya dengan tangan satunya memegang botol susu, guna membantu malaikat kecilnya untuk melepaskan dahaga.

Hanya bayi kecilnya-lah yang menjadi semangat hidupnya saat ini. Tidak ada yang lain lagi. Sisanya, sudah mati dibawah Pelangi.

"Aku seperti dejavu, Nak," lirih Dibi di telinga bayi mungil itu. Ia mengayung ayung tangannya agar sang anak di gendongannya itu nyaman.

"Dulu, Mamamu-lah yang pernah ada digendongan Papa semenjak ia masih bayi seperti mu. Bedanya, Papa masih umur tujuh tahun dan Mamamu masih bayi seperti mu. Bahkan, Papa juga sering ketiduran dikala menjaganya. Mamamu sudah seperti adik buat Papa. Itulah sebabnya, Papa terlambat menyadari kasih sayang yang papa rasakan padanya. Karena Papa kira, kasih sayang itu hanya sebatas adik dan kakak seperti dulu. Tapi nyatanya, Papa baru sadar kalau hati ini menyayangi sebagai pasangan, bukan adik lagi. Maafkan Papa ya, Sayang."

Dibi menceritakan segala isi hatinya pada bayi lucunya yang pasti tidak akan mengerti. Namun anehnya, Sang bayi terlihat tenang seakan akan mendengarkan curhatan pilu sang Ayah.

Ya... Pelangi dan kembarannya dulu, memang dirinyalah yang sering mengasuh nya karena Mertuanya, yakni Ibunda Pelangi sempat koma sehingga kasih sayang seorang Ibu tidak di dapatkan oleh istri nya itu.

Seperti anaknya sekarang yang bernasib seperti Pelangi. Bedanya, Pelangi masih sempat merasakan pelukan dan kasih sayang Ibunda karena Mentari-mertuanya telah berhasil sembuh dari komanya di kala itu. Sedang bayinya? Tidak lagi karena sang Ibu telah pergi selama-lamanya. Menyayat hati untuk Dibi deskripsikan.

Setelah air sus* yang berada di dot sudah habis, bayi yang belum diberi nama itu langsung terlelap tertidur lagi.

Hanya itulah yang seorang bayi lakukan. Tidur, menangis dan pup.

"Jadilah anak yang berguna kelak nanti, agar Mamamu bangga meski hanya melihatnya dari jauh."

Papa muda itu berbisik pada bayinya, sejurus mencium pelan pipi yang wangi khas bayi, lalu menaruhnya pelan pelan ke kasur khusus bayi.

Dibi pun kembali duduk di tepi kasur, merenungi nasibnya yang entah bisa hidup bahagia atau tidak tanpa Pelangi?

"Baru hari ini kepergianmu, Pelangi. Tetapi kenapa aku sudah merindukan mu? Ku mohon, datang lah dalam mimpi ku."

Setelah meminta keinginannya, Dibi pun beranjak membuka pintu lemari. Ia merindukan aroma istrinya, sehingga ia menarik pakaian Pelangi, lalu memeluk dan mencium aromanya.

"Hiks hiks hiks..."

Air mata itu kembali tumpah, meskipun Dibi seorang Pria, namun ia tetaplah seorang manusia biasa yang ada rasa receng karena kehilangan, Istimewa orang yang pergi tak kembali itu adalah wanita spesialnya.

Hatinya sakit sendiri tatkala mengingat penolakan demi penolakannya untuk Pelangi.

"Aku membenci diri ku. Sangat!" Dibi beringsut untuk bersimpuh di lantai. Menyalahkan diri sendiri seraya menjatuhkan air matanya.

Plukkk...

Sebuah surat terjatuh dari lipatan baju yang dipeluknya.

Terpopuler

Comments

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

LGI REMAJA BETAPA TU DIBI SAYANG BANGET MA PELANGI, DIPANGKU2, DICIUM2 TU PELANGI, SAMPE TOPAN & BADAI MARAH KRN POSESIF DGN ADIK SERTA KK KEMBARNYA... SETELAH DEWASA, DN MNIKAH, MLH DISAKITI HATI & PRASAAN PELANGI OLEH DIBI

2023-03-06

0

Sweet Girl

Sweet Girl

makan ya ...jd suami itu yg baik sama istri.... (walaukatanyakagakcinta).
apalagi istri lagi hamil.

2022-10-16

0

Sasa Al Khansa 💞💞

Sasa Al Khansa 💞💞

bawangnya kebanyakan.. mana gak sedia tisu,.

2022-10-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!