Flasback On...
"Astaga, Pelangi! Ini jam berapa, Nak? Kamu belum makan malam lho, masa dari pagi kerjaannya di kamar melulu?"
Mentari, Bunda Pelangi sedikit mengomeli anaknya dengan nada lembutnya, seraya matanya mengerlya seisi kamar. Ruangan berantakan dengan cat dan koas lukis bekas pakai berserakan di sisi kamar lainya. Pelangi memang seorang seniman. Banyak karya karyanya yang sudah masuk pasar internasional, namun ia terkenal dengan penanya yang berinisial gambar pelangi berukuran kecil di sisi sudut lukisannya, tanpa mau memunculkan identitasnya seperti seniman lainnya. Dan itu karena ia ingin membangun ciri khasnya sendiri yang terkesan misterius, agar para penggemar lukisan buatannya selalu dibuat penasaran dan berakhir, karya karyanya laku ludes.
Tidak ada respon, Mentari mendekati Pelangi yang masih setia terbungkus oleh selimut tebal. Menyilaknya selimut itu, lalu mengguncang tubuh pelangi yang masih tertidur.
"Sayang, bangun dong! Kamu belum makan malam. Saudara kembarmu sudah pada pergi tetapi kamu masih setia bersembunyi."
Ya, Palangi yang selalu dapat perhatian penuh bin overprotektif dari saudara kembarnya yakni Topan dan Badai, lebih memilih bersembunyi seharian dari pada terus diceramain tidak boleh pacaran, ini dan itu, pokoknya kedua kembarannya itu melebihi seorang Ayah pada anaknya. Bayangin saja, ia sedari dulu tidak pernah punya pacar, padahal Topan, si sulung sudah punya bini yang bernama Gerhana. Badai? Ya, adik kembarnya itu juga sudah punya pacar bernama Eliza. Timbangan dunia berat sebelah, uih!
Sedang ia, apalah daya....jones parah karena pada takut mendekatinya dengan alasan takut pada saudaranya yang lebih dahulu di introgasi ala ala militer, kalau tidak cocok maka ya salam.... Semua laki laki itu sudah lebih dahulu di depak oleh kedua kembarannya.
Senang atau muak punya kembaran seperti itu? Sudahlah, Pelangi jelas bersuara, "lebih baik punya kembaran kambing atau kucing saja."
"Apa sih, Bun? Aku lagi diet, jadi nggak boleh makan malam," kilah Pelangi. Padahal, sebenarnya body itu lagi tidak fit. Jadi malas untuk berjalan.
"Diet apanya, Pe? Kamu sama sapu ijuk lebih bohai tuh sapu."
Tanpa membuka mata, Pelangi menarik lembut tangan Mentari untuk duduk disisi kepalanya yang terbaring. Ia pun membuka matanya dan menjadikan paha Mentari bantalannya.
"Kamu sakit, Pe?"
"Nggak, Bun. Sedikit doang."
"Sama saja, sedikit atau banyaknya rasa nyeri itu tetap namanya sakit. Tuh, kan, kulitmu sudah rada rada panas! Sebentar ya, Bunda ambil makanan dan obat buat kamu."
Begitulah Bunda petitenya yang cantik tak terkalahkan usia, selalu all dalam menyayangi anak anaknya.
***
Di tempat lain, lebih tepatnya di sebuah apartemen, terlihat Dibi sedang berbincang bincang serius bersama seorang wanita cantik dengan perangai tinggi bak model. Ia adalah Kiara, pacar Dibi sejak SMA sampai saat ini, maaf, sampai satu menit yang lalu karena hari tepat ini, Kiara tiba tiba meminta putus tanpa ada badai apalagi hujan.
"Putus..." Bibir Dibi bergetar mengulang kata mengejutkan itu. Hari ini adalah hari jadinya bersama Kiara, namun kado pahit yang Dibi terima oleh wanita yang sangat ia cintai lebih dari nyawanya itu.
"Maaf, Dibi!"
"Apa salahku? Kamu pasti bercanda 'kan, Sayang?" Dibi masih saja tidak percaya, Kiara begitu tega memutuskan hubungan cinta mereka. Padahal, cintanya dari dulu tidak pernah pasang surut seperti laut. Kalau ada persamaannya, maka cinta Dibi itu adalah besar nan tingginya gunung yang selalu sinkron tak pernah naik turun, selalu di atas puncaknya.
Tangan yang digenggam oleh Dibi, kini Kiara tarik. Lalu berkata, "Kamu tidak ada salah, Dibi. Masalahnya ada pada diriku! Namun maaf, aku tidak bisa memberi alasannya kenapa? Tetapi percayalah, hati ini selalu ada namamu!" Kiara membasahi bibirnya yang kering dan pucat dibalik lipstik nudenya.
"Jangan membuat teka teki, Ki. Aku memang seorang polisi yang cepat mengendus adanya kriminal, tetapi percayalah.... Beberapa laki laki di dunia ini kurang peka terhadap kata kata hati yang berambigu. Katakan kesalahanku! Aku akan memperbaikinya! Bahkan, hari ini pun aku sanggup membawamu ke tempat yang sakral yaitu pernikahan!"
Dibi menahan gejolak amarahnya. Diputuskan cintanya secara sepihak itu sungguh rasanya tidak adil. Bagaimana ia tidak kesal? Ia dan Kiara kemarin masih sempat suap suapan, malam minggu bersama ala ala anak muda yang baru dilanda cinta baru. Tetapi ini mau diputusin!
Padahal, hubungan cinta mereka itu sudah bertahun tahun, bahkan... darah selaput milik Kiara sudah ia ambil duluan. Tapi kenapa pacarnya itu begitu bodoh ingin putus darinya. Sangat disayangkan oleh Dibi!
Ada apa sebenarnya? Apakah kekasihnya itu sudah punya yang baru? Atau, Kiaranya itu sudah bosan dengannya? Sungguh, Dibi penasaran setengah gila!
"Jangan diam saja, Ki! Cepat katakan masalahmu? Apa ada laki laki lain yang menggantikan namaku di hatimu? Kenapa, Kiara? Kamu sangat tega! Padahal, aku dari dulu selalu mengajakmu menikah, akan tetapi kamu terus menolakku dengan alasan masih ingin berkarir bebas," cerca Dibi prustasi.
Kiara tidak sanggup mengangkat wajahnnya, ia begitu pasrah di guncang kuat kedua pundaknya oleh Dibi seperti robot rusak.
"Beri aku alasan!" Saraf saraf Dibi terasa lesu. Dalam berdirinya itu, Dibi memaksa dagu Kiara terangkat. Memandang wajah Kiara yang tidak ada semangat semangatnya. Kiara pun akhirnya mengeluarkan air mata sedihnya. Dan Dibi bisa apa kalau air mata itu sudah berhamburan? Ia hanya bisa menghapusnya dan merengkuh sayang tubuh wanita yang masih mencintainya itu. Dibi yakin itu! Kiaranya masih mencintainya sama seperti dirinya. Pasti!
"Papa dan Mama ngajak aku tinggal di Jerman, Dibi! Dan aku tidak bisa menolak mereka." Kiara berbohong. Ia punya alasan kuat lainnya yang mengharuskan melepaskan Dibi. Sungguh, ia pun sangat tidak rela merelakan cintanya. Namun, demi kebahagian Dibi...Kiara harus mundur untuk hari ini atau selama lamanya kalau 'perjuangannya' itu gagal.
"Kalau masalah LDR-an, maka percayalah, Ki. Aku sanggup! Kesetiaan ini akan merajai sucinya cinta kita. Pergilah! Tetapi satu yang harus kamu tahu, aku akan menunggumu pulang. Kalau jodoh, maka kita pasti akan bersatu."
Meski kecewa, Dibi tetap mau menunggu Kiara. Ia tahu, kalau cintanya akan berjua di akhir cerita mereka. Kiara adalah cinta pertama sekalaligus cinta terakhirnya. Harus! Ia sungguh tidak rela kehilangan wanitanya ini.
Mereka dari SMA sudah seperti amplop yang di sahkan oleh perangko.
Anggaplah ia pria bodoh karena cintanya itu mengalahkan segalanya. Atas nama cinta, sampai beruban pun, Dibi tetap akan menunggu Kiara kalau wanitanya itu berjanji akan pulang.
"Benar, Dibi? Kamu akan setia?" Ada secerca semangat Kiara yang tumbuh dari hatinya yang hampir drop. Pacarnya ini memang selalu pengertian.
Dibi mengangguk seraya tersenyum kecut karena hatinya masih perih karena kaka putus Kiara yang tadi.
"Tetapi kamu harus janji akan pulang!" pinta Dibi. Kiara lah yang sekarang mengangguk lalu membalas pelukan Dibi begitu erat.
Setelah ketegangan dalam hati Dibi berkurang, ia pun pamit dari tempat Kiara.
Sampai di rumah, Dibi masuk ke kamarnya. Meminum air berwarna yang biasa orang minum untuk menguarai otak kusutnya. Ia sedikit berkunang kunang karena alkohol dua botol itu.
"Hanya Warni-lah yang bisa aku ajak curhat malam ini."
Warni yang dimaksud Dibi adalah Pelangi. Sapaan itu hanya khusus Dibi seorang yang boleh memanggilnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
BUKANNYA WARNA NMA KSAYANGN DIBI KE PELANGI
2023-03-06
0
Sweet Girl
bwahahaha masak si Bun...
2022-10-16
0
Irma Tjondroharto
keren tata cantik.. aku selalu suka karyamu... berdebar2 selalu menunggu lanjutannya... hehhehe
2022-08-02
1