Amukan Untuk Dibi

Samar samar, Pelangi mendengar keributan dalam mata terpejamnya.

Ia mendengar ada suara Tante Bintangnya itu marah marah tidak jelas. Entah siapa yang dimaki maki? Ada juga suara Om Dirgan, Ayah Bundanya, serta duo kembarannya yang mempunyai nama musibah alam itu. Kenapa suara si Twins--adik kembarnya tidak muncul dalam mimpinya itu ya? Biar lengkap sudah! Ah, baru ingat! Twins kan lagi tidak ada di rumah, jadi anti masuk ke dalam mimpinya.

Biarkan sajalah mereka semua ribut ribut, mimpi ini iye kan? Lanjut tidur saja, karena tumben tumbenan ia berasa hangat seperti dipeluk orang. Nyaman beut!

"Dibi! Pelangi!"

Byuur...

"Hujan!" kaget Dibi dan Pelangi bersama. Kompak mereka terduduk yang tadinya masih asyik bergelut dengan pelukan yang hangat, eh tiba tiba hujan bin siraman dari Topan menggunakan air dingin satu ember.

Praang...

Ada apa ini? Kenapa ia diplototi seperti punya kesalahan fatal saja. Serem amat si orang orang yang ada di dalam kamarnya itu. Pelangi masih linglung seraya menatap kasihan pada ember yang pecah dibanting oleh Topan.

Namun, ia tersadar sepenuhnya dan berteriak Huwaa....saat menoleh ke samping di mana ada Dibi tanpa busana.

Dibi pun sama halnya yang Pe rasakan. Linglung terkejut bukan kepalang. Kenapa ia berakhir di dalam kamar bertema rainbow itu. Bukannya ia semalam bersama Kiara ya?

Astaga! Dibi dan Pelangi sama sama kebingungan bukan kepalang dan kehilangan orientasi sejenak.

"Jadi, kalian sering melakukan hal kotor ini di dalam rumah orang tua sendiri, Pe? Hah... Ayah tidak menyangkah!"

Plak...plak...

Pe yang sudah shock dengan tuduhan Ayahnya, semakin shock saja saat Ayahnya main tampar kedua pipinya. Oke...tamparan tak apa, toh kecantikannya nggak akan hilang. Tapi kalau dituduh yang tidak tidak dengan keluarga sendiri, auto sesak.

Belum sempat membela diri, eh...si duo nama bencana alam kompak menarik Dibi yang kebingungan itu untuk di hajar.

Tak ketinggalan, Ayahnya pun ikut membrondong pukulan demi pukulan untuk Dibi rasakan. Sang polisi itu malah menerima setiap pukulan ketiga pria yang sedang di kuasi emosi.

"Om Dirgan! Hentikan Ayah dan kembaranku!" Pelangi meneriaki Papa Dibi itu dengan nada prustasi. Bukannya menolong anak semata wayangnya yang di hajar membabi buta, eh malah jadi penonton karena berpikir anaknya itu pantas diberi hadiah. Rupanya semua orang sangat kecewa pada mereka berdua yang Pe pun sebenarnya di rundung kebingungan akan masalah yang tak terduga itu. Ini pasti hanya mimpi buruk 'kan ya? Tapi, kok pipinya yang digampar masih berdenyut ya?

Pe semakin prustasi saja, saat melirik ke arah Mentari. Ibundanya itu langsung melengos, seakan akan di wajah mulusnya itu ada kotoran atau tulisan najis di dahinya.

"Dibi sialan! Uncly sudah menganggapmu sebagai anak pertamaku! Tega kamu menusuk Uncly dengan mengotori anak gadis kami!"

Bugh...Bugh...

Murka Ayahnya tidak kaleng kaleng. Pe nyaris tidak percaya kalau Ayahnya yang biasanya kalem, sanggup menjadi predator mematikan yang haus akan darah.

Ayah dan kedua kembarannya sudah seperti singa singa kelaparan yang bergantian mencabik cabik mangsanya.

Sampai, Tante Bintangnya di dekat Bundanya sana, nyaris pingsan yang meraung raung menangis melihat darah anaknya yang sudah bercucuran dari hidung serta sudut bibir anaknya seraya terpekik cukup! cukup! yang tidak terdengarkan oleh tiga pria pria yang murka itu.

Dibi sudah seperti bola kasti. Pukul sana pakai jab Topan dan bugh... Tertangkap Badai yang lansung di strike menuju ke puch kick Biru.

Sakit mana lagi yang telah di dustakan Dibi?

Tepat puch kick Biru yang membuat Dibi terkelepar di lantai itulah, membuat Dirgan turun tangan. Masuk ke tengah tengah tiga pria kesatanan itu yang bermaksud menghadang Dibi dari amukan lagi. Dirgan merasa cukup anaknya itu mendapat pelajaran.

"Cukup, Bi. Cukup! Biarkan Pelangi dan Dibi berpakain dan kita semua tunggu mereka diluar. Colling down!"

Pelangi menghela nafasnya lega, andai Om Dirgannya tidak segera menepis kaki Ayahnya yang bermaksud untuk menginjak perut Dibi, maka di pastikan, Kak Dibinya itu hanya akan di kenang nama saja.

"Lo jangan salah sangka, Biru! Gue masuk ketengah tengah kemurkaan kalian bertiga itu, bukan karena gue ngebelain anak sendiri. Gue cuma nyelamatin kalian dari kata hukum pidana. Lo lo pada mukulin Dibi sampai mati pun percuma saja, tidak akan mengurai masalah. Tapi nambahin masalah adanya."

Dirgan kini melototi Topan dan Badai seraya berkacak pinggang karena kedua kembaran Pelangi itu ingin bermaksud menghajar Dibi yang sudah babak belur.

Si Duo nama bencana alam mah, maunya Dibi patah tulang, atau maksimal si anunya itu tidak bisa berdiri lagi dan pasti akan berpikir seribu kali untuk tidak memanfaatkan tubuh Pelangi.

"Lo enak ngomong colling down, mata Bohay! Karena anak lo itu laki laki yang tidak berbekas! Ini, anak gadis gue sudah kotor sama anak lo. Masa depannya bagaimana nanti kalau Pe sampai hamil, hah? Anak gue pasti hancur! Mikir, Dirgan!"

"Justru itu, Biru. Makanya gue saranin untuk colling down agar otak kita semua bisa berpikir jernih. Jadi ayo, mari kita keluar. Biarkan mereka merapikan pakaiannya masing masing," bujuk Dirgan.

Pelangi sampai meringi ringis sendiri yang masih duduk di atas kasur dengan selimut ia tutupkan di dadanya, saat Ayahnya itu mensemprot Om Dirgannya dengan kata kata kesal tepat di depan wajahnya. Om Dirgannya sampai mengusap wajahnya karena ada gerimis mulut Ayahnya yang muncrat saking menggebu gebunya tuh kemarahan.

Dan apa kata Ayahnya, hamil? Cih, anu-anunya kapan? Ingin sekali Pelangi menjerit jerit untuk protes. Akan tetapi, itu sekarang merasa percuma, karena Ayahnya dan orang orang di depannya itu masih dalam kemarahan hakiki masing masing. Sabar....colling down! Pe pun sebenarnya mau menberondong pertanyaan banyak ke Dibi. Kenapa bisa pria itu berakhir di ranjangnya dengan tubuh hanya menggunakan boxer sepaha. Mana isi dadanya tadi awur awuran lagi, ah. Apakah Dibi semalam sang* hebat, sampai ia jadi korban esek eseknya. Sialan!

"Hu...Dasar cabul! Dan kamu, Pe__Hah...bikin kecewa saja!" Topan yang belum merasa puas menghajar Dibi hanya bisa berbeo kesal ke Dibi yang sudah babak belur di belakang Dirgan.

Dan ke Pelangi, Topan menatap kecewa pada adik kembarnya. Badai sendiri lebih memilih diam yang sekarang merangkul Mentari untuk mentabahkan hati sang Bunda yang merasa paling terpukul sebagai orang tua karena berpikir sudah gagal menjaga anak gadisnya.

Pelangi luar biasa sedihnya saat pandang mata Ibundanya itu mendadak sayu, tidak seperti biasanya yang ceria.

"Uncly, Aunty__"

"Diam!" Biru membentak Dibi yang ingin bersuara. Dirgan sampai terlonjat kaget dibuatnya seraya mewanti wanti pergerakan Biru yang mungkin bisa saja kembali menerkam anaknya.

Namun syukur! Biru malah membalik badannya ke pintu keluar.

"Lima belas menit waktu kalian untuk merapikan diri. Kami tungguh di diluar!"

Blamm... Pintu kamar pun menjadi amukan Biru.

Terpopuler

Comments

Sweet Girl

Sweet Girl

kok malah ditutup... gimana klo lanjut, mereka...??? 🤣

2022-10-17

0

Sweet Girl

Sweet Girl

bwahahaha onok2 ae tor....

2022-10-17

0

Adex Nazwa

Adex Nazwa

badai diam Krn ingat masa lalu mu ya yg pernah juga ngobrak ngabrik anak gadis org.dibi anggap itu DP upah mu yg membuat PE menderita di hari depan.

2022-08-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!