Sabrina membalikkan tubuhnya lalu membuka ponselnya dan mengarahkan ponselnya, yang menampilkan video syur milik Inca.
"Oh iya Inca!" Ada sesuatu yang ingin aku tunjukkan kepadamu, tapi aku lupa karena selama ini aku terlalu sibuk dengan suamiku.
Kamu mau lihat ini, sayang...?" Tanya Sabrina seraya menyerahkan ponselnya pada adik iparnya, Inca.
Inca begitu terkejut melihat dirinya sedang melayani om-om yang berasal dari kalangan pengusaha hebat. Inca menelan salivanya dengan kasar dengan wajahnya yang begitu pucat.
"Tidak!...ini tidak mungkin di rekam seseorang, mana mungkin aku..?"
"Apakah kamu ingin aku menunjukkan ini kepada kakek?" agar dia bisa mengusirmu dari mansion ini bersama dengan ibumu itu yang memiliki kelakuan buruk yang sama saja denganmu itu.
" Apakah dia yang mengajarkan kamu bagaimana cara menjadi seorang pelakor maupun pelacur untuk memuaskan para lelaki hidung belang?" Ucap Sabrina dengan ekspresi wajah setenang mungkin menghadapi gadis culas seperti Inca.
"Sialan!" Aku yang ingin menjebak gadis so alim ini, kenapa malah bergantian menjadi dia yang memegang kartu As milikku?"
Jika dia diceraikan oleh mas Devendra, tapi dia punya segalanya. Beda halnya dengan aku yang hanya menjadi sugar Daddy saja yang tidak memiliki tempat tinggal dan kekasih tetap." Ucap Inca dalam diamnya.
Sabrina meninggalkan Inca dengan wajah yang terlihat seperti mayat hidup. Ia mengetuk pintu kamar Indri berkali-kali dan juga memanggil gadis itu karena pintu itu dikunci Indri dari dalam.
Indri membuka pintu kamarnya, dan melihat wajah kakak iparnya yang terlihat sumringah.
"Sayang,...mas Devendra mengajak kita berdua ke pasar raya trus makan-makan dan nonton di bioskop, apakah kamu mau?" Tanya Sabrina sambil mencolek hidung mancung Indri.
"Wah, mau banget mbak Sabrina, sudah lama Indri nggak belanja baju baru dan kebutuhan lainnya. Apakah kalian sedang merayakan sesuatu?"
"Hmmm!" Sabrina mengangguk sambil tersenyum manis.
"Apakah kita jalannya sekarang mbak Sabrina?" Tanya Indri dengan wajah berbinar.
"Ya, sekarang sayang....Masa bulan depan." Ujar Sabrina lalu keduanya terkekeh.
"Kalau begitu, Indri siap-siap dulu ya, mbak." Ucap Indri penuh semangat.
Tidak lama kemudian, ketiganya sudah berpenampilan rapi dan sudah siap duduk di dalam mobil.
Inca dan ibunya hanya menatap mobil mewah itu meluncur meninggalkan mansion dari atas balkon kamar Inca.
"Sepertinya kita harus melakukan sesuatu untuk memisahkan Sabrina dengan Devendra." Ucap nyonya Desy penuh kedengkian.
"Percuma mami, karena gadis itu telah memegang kartu mematikan milik kita." Ucap Inca sedikit kalah langkah dengan Sabrina.
"Apa maksudmu Inca..?" Apa yang terjadi antara kamu dan Sabrina.
"Gadis itu hanya terlihat lugu di hadapan suaminya, tapi dia sendiri memiliki segalanya bahkan lebih kaya dari kakek Ardian.
Jika kita ingin melawannya atau menghancurkan hidupnya, kita tidak akan bisa karena dia malah akan berbalik untuk menyerang kita, mami.
Dia memiliki rekaman video syur milik kita dengan para lelaki borju." Ucap Inca terlihat bed mood.
"Hahhhh!" Bagaimana mungkin Inca?" Kita kan sudah melakukan secara hati-hati, kenapa bisa ketahuan olehnya, apakah dia punya ilmu hitam atau...akkhh sudahlah, mami pusing memikirkannya." Ucap nyonya Desy lalu masuk ke dalam kel kamarnya.
Inca diam sejenak untuk memikirkan langkah selanjutnya untuk menjatuhkan Sabrina dengan cara yang menyakitkan. Apakah aku harus menjalin hubungan dengan seorang mafia untuk menghancurkan Sabrina?" Gumam Inca penuh tipu muslihat yang ada di dalam otaknya saat ini.
🌷🌷🌷🌷🌷🌷
Indri berlari memasuki salah satu konter baju yang sesuai dengan usianya. Sabrina dan Devendra terlihat tertawa geli melihat sikap Indri yang masih kekanak-kanakan walaupun saat ini usia Indri sudah 15 tahun.
Sabrina juga melihat baju-baju yang lebih tertutup sesuai dengan fashionnya. Sementara Devendra mengikuti istrinya sambil melihat baju yang cocok untuk Sabrina.
Keceriaan ketiganya yang terlihat bahagia dengan barang-barang yang mereka sudah beli lalu ketiganya singgah di tempat makanan yang tersedia di pasar raya itu.
Indri memilih makanan kesukaannya, begitu pula Sabrina memesan makanan untuk suami dan dirinya.
"Mbak Sabrina, tolong jangan terlalu mesra dengan mas Devendra di depan aku ya!" Aku nggak mau jadi nyamuk diantara kalian berdua." Ucap Indri sambil mengunyah somay miliknya.
"Emang Indri merasa iri sama mbak Sabrina, hmm?"
"Indri kan sudah remaja, mbak. Takutnya nanti Indri kepikiran kepingin punya pacar juga deh." Ucap Indri polos.
"Emang Indri sudah remaja?" Bukannya masih ingusan?" Ledek Devendra.
"Ah, mas Dev, selalu saja meragukan kedewasaan Indri. Suatu saat nanti Indri akan menikah dan tidak lagi tinggal bersama dengan kalian berdua.
Sekarang, Indri pingin menikmati kebersamaan dengan kalian, sebelum kalian punya anak sendiri dan tidak lagi mengajak Indri jalan-jalan seperti ini." Ucap Indri dengan wajah mulai berubah mendung.
"Eh, enak aja nggak ngajak kamu, nanti siapa yang mau gendong ponakanmu yang begitu banyak, kalau nggak ada kamu?" Celetuk Devendra untuk menghibur Indri yang terlihat lebih bahagia saat bersama mereka.
"Jadi, Indri tetap di ajak jalan-jalan juga ya mas?"
"Kan kamu tantenya, harus ikut bertanggungjawab mengurus keponakanmu." Ucap Devendra.
"Emang sekarang, mbak Sabrina sudah hamil?" Tanya Indri penasaran.
"Uhuk...uhuk!" Sabrina tersedak mendengar pertanyaan Indri.
"Minum ini sayang!" Devendra mengusap punggung istrinya seraya membantu Sabrina meminum minuman miliknya.
"Mbak Sabrina, kalau sekarang sedang hamil, berarti kita bisa ke dokter lho, mbak!" Ujar Indri yang terlalu antuasias.
"Doakan saja, sayang!" Agar mbak cepat dikaruniai momongan." Ucap Sabrina setelah merasakan tenggorokannya agak nyaman.
"Insya Allah, mbak Sabrina!" Allah akan memberikan banyak keturunan untuk kalian berdua supaya mas Devendra bisa pusing tujuh keliling untuk mengurusi anak-anaknya nanti." Ucap Indri sambil terkekeh.
"Urus kamu saja sudah capek dek, apa lagi mengurus banyak anak." Ucap Devendra ikut cekikikan.
"Hmm!" Indri terlihat cemberut manja pada Devendra yang lebih banyak menggodanya hari ini.
"Tumben mas Devendra bisa bercanda, biasanya mas aku ini pelit sekali berbicara denganku. Ia lebih sibuk dengan dunianya dari pada memikirkan aku.
"Ya Allah, terimakasih sudah mengirimkan bidadari cantik dan baik hati ke dalam rumah kami, semoga keluarga kami bahagia sampai maut memisahkan." Ucap Indri dalam diamnya.
Ketiganya sudah menyelesaikan makanan mereka dan sekarang sedang antri membeli tiket bioskop dan makanan cemilan sebagai teman nonton di dalam bioskop nanti.
Sabrina mengajak Indri untuk menunjukkan tiket mereka kepada petugas teater dan mencari tempat duduk yang akan mereka tempati.
Devendra yang selama ini tidak pernah menginjakkan kakinya di bioskop agak merasa bising dengan suara sound yang begitu kencang di kupingnya.
"Apakah ini pengalaman pertamamu menonton di bioskop?" Tanya Sabrina.
"Iya sayang, bukankah kamu sudah tahu bagaimana kehidupan keluargaku?" Dulu aku ingin sekali nonton di bioskop tapi ayah tidak pernah punya waktu untuk aku dan ibu, hingga ibuku meninggal." Bisik Devendra.
"Astaga, ternyata hidupmu begitu menyedihkan daripada aku yang merupakan seorang anak yatim piatu. Bukankah masa mudamu begitu banyak waktu untuk menebus masa-masa indah yang pernah hilang dalam hidupmu?"
"Aku tidak ingin melakukannya karena aku tidak pernah punya komitmen dengan wanita untuk menjadikan mereka kekasih.
Aku hanya memanfaatkan tubuh mereka demi kepuasanku dan setelah itu, hidupku kembali hampa hingga kamu hadir dalam hidupku, sayang." Ucap Devendra sambil menggenggam erat tangan sang istri dan mengecupnya dengan lembut.
Film pun di mulai, lampu bioskop di padamkan. Sabrina menyenderkan kepalanya di dada sang suami. Indri nampak serius menikmati setiap adegan dalam film itu sambil mengunyah pop korn miliknya.
Tiba-tiba ada pesan masuk dari beberapa klien di ponsel milik Devendra. Suami Sabrina itu tidak ingin membalasnya untuk menjaga perasaan Sabrina yang sedang membutuhkan perhatiannya.
Sementara di mansion, nyonya Desy dan Sabrina sedang janjian dengan pelanggan mereka. Keduanya sudah rapi dalam beberapa menit lalu berangkat dengan mobil yang berbeda.
Inca menemui Dady sugarnya di Club, sementara nyonya Desy sedang menemui gigolo nya di kamar hotel.
Semenjak di tinggal suaminya, nyonya Desy merasa sangat kesepian. Setiap kali ada lelaki yang mendekatinya, semuanya hanya lelaki kere yang ingin menumpang hidup dengannya karena mengetahui dia adalah menantu dari tuan Ardiansyah.
Jarang sekali lelaki hebat yang seusianya yang meliriknya untuk menjadikan dirinya istri yang sah. Rata-rata dari mereka lebih memilih untuk menjadikan dirinya sebagai simpanan dan itu membuat nyonya Desy frustasi.
Karena kebutuhan biologisnya tidak bisa terpenuhi, akhirnya ia mengambil jalan pintas untuk mencari gigolo untuk memenuhi kebutuhan batinnya.
"Selamat malam cantik!" Sapa seorang lelaki dewasa pada Inca yang terlihat masih muda dan sangat se*si walaupun wajah terbilang lumayan cantik.
"Malam mas Jeremy!" Ucap Inca terlihat malu-malu.
Keduanya memesan wine dan duduk di salah satu sudut ruangan sambil mengobrol dengan kata-kata yang terdengar vulgar.
"Apakah kamu mau menjadi wanita simpananku?" Tanya tuan Jeremy.
"Istri juga, mau mas." Ucap Inca dengan nada manja.
"Maafkan aku sayang!" Sepertinya itu tidak bisa aku penuhi karena aku memiliki istri, walaupun ia tidak muda lagi namun ia sangat cantik dan sangat cerdas." Ucap tuan Jeremy.
"Kalau sudah memiliki istri yang sempurna, mengapa masih mau mencari daun muda sepertiku?" Tanya Inca menahan geram pada Jeremy yang memuji istrinya setinggi langit.
"Bukankah daun mudah itu terlihat lebih hot dan memuaskan?" Goda tuan Jeremy untuk meredakan amarahnya Inca.
"Bisa saja gombalannya. Dasar lelaki nggak mau rugi!" Batin Inca mengumpat tuan Jeremy yang terlihat sangat merendahkan dirinya.
"Ayo kita ke hotel sayang!" Biar lebih bebas bergerak liar di sana." Ucap tuan Jeremy lalu mengeluarkan beberapa lembar uang untuk membayar minuman mereka pada seorang waiters.
"Ok, let's go!" Ucap Inca girang sambil berjalan lenggak lenggok mengikuti irama musik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments