Devendra memasuki lagi milik istrinya, kali ini begitu kasar membuat mata Sabrina terbelalak dengan mendongak wajahnya sedikit ke belakang. Belum sempat Sabrina menyiapkan tubuhnya untuk menerima sentuhan kasar itu dari Dev, lelaki beringas ini memacu tubuhnya dengan membabi buta, hingga membuat gadis ini lebih merasakan tubuhnya sedang diperkosa.
Sabrina di siksa berkali-kali dengan berbagai posisi seperti yang diinginkan oleh Dev. Walaupun tubuhnya sudah merasakan kelelahan dan kesakitan karena Dev melampiaskan amarahnya pada tubuhnya dengan cambukan ujung gesper yang terlihat ringan namun menyakitkan.
"Kamu kira aku menyukaimu, hmmm?" Tanya Dev sambil mengigit biji kenyal milik istrinya.
"Dev!" Sakit." Keluh Sabrina lalu mendorong wajah suaminya dari miliknya.
"Mengapa kamu mau menerima perjodohan ini Sabrina?" Padahal aku belum ingin membina rumah tangga dengan wanita manapun.
Devendra kembali melebarkan paha istrinya secara paksa dan melancarkan serangannya pada milik Sandra. Tubuh gadis itu benar-benar babak belur dibuat oleh Dev. Bukan hanya tubuhnya saja, namun lelaki arogan ini melukai hati istrinya secara verbal.
Setelah puas menyiksa istrinya, Dev lalu berbaring di samping tubuh Sabrina sambil mengusap punggung mulus Sabrina yang sudah ia siksa hingga punggung itu nampak membekas meninggalkan guratan kemerahan yang terlihat jelas dan menyakitkan.
Sabrina yang merasakan perih pada miliknya, lalu memilih untuk bangun dan membersihkan tubuhnya.
Saat kakinya melangkah menuju kamar mandi, ia merasakan sakit yang amat sangat pada bagian sensitifnya.
"Ya Allah, kenapa ini sangat sakit. Sabrina melihat jam di ponselnya yang sudah menunjukkan pukul empat pagi.
"Astaga, berarti kami bercinta selama dua jam dan lelaki ini seperti monster, yang melahap tubuhku dan menyiksaku."
Sabrina berjalan agak sedikit mengangkang karena terlalu sakit miliknya. Setibanya di kamar mandi, ia berendam di dalam air hangat yang sudah disiapkan olehnya.
"Apakah aku salah menerima perjodohan kakek Ardi yang memohon kepada dirinya untuk mengubah lelaki arogan itu menjadi lelaki sholeh seperti yang diharapkan oleh kakeknya.
Sabrina mengerjapkan matanya saat mendengarkan kumandang azan subuh. Ia melihat di samping tubuhnya, ternyata Devendra belum pulang sampai saat ini.
"Astaga!" Ternyata aku hanya mimpi." Ucap Sabrina lirih.
Sementara itu, Devendra sedang berpesta ria dengan beberapa wanita cantik dengan body yang terlihat aduhai. Dia tidak lagi memikirkan statusnya sebagai suami dari Sabrina yang sedang menantikan kepulangannya malam ini..
"Dev!" Bukankah kamu baru saja menikah hari ini?" Tanya Clara sambil mengusap air matanya karena akan kehilangan tambang emasnya.
"Clara!" Mengapa kamu menangis sayang?" Kau bahkan bukan kekasihku!" Ayolah, hubungan kita ini hanya sebatas partner ranjang, mengapa kamu merasa terbebani dengan pernikahan aku?" Tanya Devendra dengan setengah meracau.
"Devendra, memang aku ini seorang pelacur bagimu, tapi aku tidak pernah menerima job dengan lelaki lain selain kamu sayang." Ucap Clara menahan perih.
"Clara!"
Memang aku adalah lelaki breng**ek sama brengs*knya seperti dirimu, tapi tidak berarti aku akan menjadikan kamu sebagai istriku.
Masa depanku begitu panjang dan reputasi keluarga aku begitu penting, aku tidak ingin mengangkat seorang wanita dari kubangan hina untuk melahirkan keturunanku." Ucap Devendra menolak Clara dengan kata-kata yang menyakitkan.
"Oke, tidak masalah sayang!" Jika itu keinginan kamu, tapi ingatlah satu hal Devendra, jika kamu menghina wanita sepertiku, aku tidak menjamin suatu saat nanti, kamu akan memiliki keturunan dari seorang pelacur karena tidak menjamin alat kontrasepsi bisa mencegah kehamilan." Ucap Clara dengan mata menyimpan amarah yang memuncak.
Plakkk...
Kedua pipi Clara dicengkeram kuat oleh Devendra." Dasar wanita hina!" Berani-beraninya kamu menghinaku, kamu tahu!" Wanita yang aku nikahi adalah bidadari yang tidak sedikitpun tersentuh oleh lelaki manapun." Ucap Devendra tanpa sadar memuji istrinya.
"Dasar lelaki aneh!" Sudah tahu istrimu lebih berharga, mengapa datang menemuiku di sini dan memintaku untuk melayani dirimu?"
Jika sudah mendapatkan wanita suci mengapa tidak sekalian saja menjadi seorang kyai?" Semprot Clara.
Devendra mengeluarkan uang dua puluh kembar warna merah dan melemparkan uang itu di wajah Clara" Ini harga tubuhmu." Ucapnya lalu mengambil jas hitam miliknya lalu keluar dari kamar hotel itu yang sekaligus menyatu dengan klub malam yang menjadi tempat langganannya.
Clara menutup pintu kamar itu dengan kencang. Hatinya begitu sakit mendengar ucapan Devendra yang sangat merendahkan harga dirinya.
"Ketahuilah Devendra, seorang pelacur akan terbakar hatinya saat pekerjaannya menjadikan dirinya terhina, seorang pelacur tidak akan terima di katakan pelacur." Teriak Clara histeris.
Sambil mengemas kembali uang yang berhamburan di atas karpet hotel, ia berjanji tidak akan pernah lagi melayani Devendra karena malam ini ucapan Devendra sangat menyakitkan.
"Dasar lelaki bajingan!" Hanya karena uangmu lebih banyak dan tahta kerajaan bisnis keluargamu bertebaran di kota ini, bukan berarti kamu lebih mulia dariku.
Aku bersumpah hidupmu tidak akan bahagia selamanya." Ucap Clara lalu merapikan dirinya di depan cermin dan segera pulang dari kamar hotel itu.
Sementara itu Devendra berjalan spoyongan menuju mobil baru miliknya. Ia pun tidak sanggup untuk melanjutkan pekerjaannya menuju hotel yang ditempati Sabrina kini.
Tidak lama kemudian, pak Iwan yang merupakan kepala pelayannya yang mengurus lelaki itu untuk kembali lagi ke hotel.
Devendra tertidur pulas di dalam mobilnya. Sementara pak Iwan bergegas membawa tuan mudanya menemui Sabrina yang saat ini sangat sedih dengan sikap suaminya yang meninggalkan dirinya begitu saja di malam pengantin mereka.
🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷
Sabrina yang sudah membersihkan dirinya lalu mengeringkan rambutnya dengan hairdryer.
Setelah itu ia pun mengambil air wudhu untuk menunaikan sholat subuh sendirian. Gadis ini membaca doa dengan khusu setiap berganti gerakan hingga di sujud terakhirnya, ia bermunajat kepada Allah untuk kebahagiaan rumah tangganya.
"Ya Allah berikanlah hamba banyak kesabaran untuk menghadapi sifat suamiku. Aku yakin, setiap ujian yang Engkau berikan pasti ada ujung di setiap hikmahnya.
Aku ingin menjadi istri yang sholehah untuk suamiku dan ingin mendapatkan ridhonya walaupun saat ini dia tidak menganggap aku ada."
Sabrina melantunkan doanya dalam hatinya di sujud terakhirnya yang begitu panjang sambil menangis.
Ting tong...Ting tong!"
Bunyi bel kamarnya berdering berkali-kali. Sabrina mengucapkan salam terakhirnya lalu menghampiri pintu itu dan melihat suaminya yang sedang berdiri di depan pintu dengan penampilan yang begitu kacau.
Bekas lipstik wanita dan kecupan kepemilikan wanita malam terdapat di dada bidang suaminya. Lelaki itu rupanya sedang menghabiskan malam dengan para pelacurnya.
Mulut Devendra yang begitu bau alkohol menyengat di penciuman Sabrina.
"Mengapa membuka pintu ini lama sekali Sabrina?" Tanya Devendra dengan kasar.
"Maaf mas!" Aku baru selesai sholat. Ucap Sabrina memberi alasan.
"Apakah kamu ingin aku ketiduran di luar hingga menunggumu selesai sholat?" Bentak Devendra sambil mendorong tubuh Sabrina dengan kasar.
Sabrina tidak ingin menjawabnya. Ia tahu kalau ia mengomentari lagi perkataan suaminya, maka akan ada pertengkaran berkepanjangan antara mereka.
"Astagfirullah!" Ucapnya sambil mengurut dadanya diikuti kalimat ta'auz.
Devendra memilih merebahkan tubuhnya karena masih mengantuk.
Sabrina dengan sabar membukakan sepatu dan kaos kaki suaminya dengan tetap berdzikir.
Devendra memperhatikan wajah istrinya sekilas, yang terlihat sabar menghadapi sikap arogannya.
"Aku mau lihat, sampai di mana batas kesabaranmu, gadis pecundang." Ucap Devendra membatin lalu kembali terlelap menyusuri mimpinya.
Sabrina yang masih memiliki pekerjaan dengan beberapa negara, melakukan aktivitasnya pagi itu sambil menunggu suaminya bangun. Ia terlihat serius dengan laptop miliknya dengan mengirim beberapa file ke negara yang membutuhkan jasanya.
Hingga tiba di waktu dhuhur, Devendra baru puas menikmati tidurnya. Ia pun segera bangkit dan melihat istrinya sedang serius menatap laptop miliknya dengan menggunakan dress yang cukup sexy tanpa hijab.
Wajah Sabrina begitu cantik dengan rambut yang digulung rapi hingga memperlihatkan leher jenjangnya yang memancing gairahnya.
Tatapan mata Devendra menyusuri setiap lekukan tubuh istrinya. Sabrina yang baru sadar diperhatikan oleh suaminya balik menatap wajah tampan itu.
"Mas Devendra sudah bangun?" Tegur Sabrina lalu menghampiri suaminya yang terlihat masih malas di tempat tidur.
"Hmmm!" Jawab Devendra singkat dan merasa malu dengan Sabrina karena badannya terasa bau bercampur dengan alkohol dan parfum wanita.
"Mas, mau makan siang di luar atau di kamar?" Tanya Sabrina yang juga mulai merasa lapar.
"Pesan saja makanan di restoran hotel dan antarkan ke kamar. Pikirkan makananku yang menurutmu enak," ujar Devendra sambil berjalan menuju kamar mandi.
Sandra menghubungi pihak restoran dengan menyebutkan beberapa menu makanan yang merupakan kesukaan Devendra.
Ia merasa beruntung karena selama dua bulan ini, ia selalu menanyakan kepada kepala pelayan yang sudah lama melayani Devendra sejak suaminya itu masih kecil.
Sabrina begitu telaten menulis setiap menu makanan kesukaan suaminya, apa saja yang tidak disukai Dev dan hal apa saja yang membuat Dev marah. Semuanya sudah ada di catatannya dan gadis ini mulai menghafalkan satu persatu dari apa yang dicatatnya.
Seperti siang ini, ia dengan mudah memesan makanan dan minuman kesukaan Devendra.
Tidak begitu lama Devendra sudah keluar dari kamarnya dan melihat baju gantinya sudah disiapkan oleh Sabrina.
Begitu juga makan siang mereka sudah tersaji di atas meja. Sabrina menunggu suaminya untuk makan terlebih dahulu baru dirinya.
"Semoga mas Devendra suka dengan pilihan Sabrina." Ucap Sabrina santun.
Wajah Devendra yang terlihat datar mulai menikmati makanannya dengan sangat lahap. Sabrina pun ikut menikmati makanannya tanpa banyak komentar.
Devendra bersendawa dengan kencang di depan Sabrina.
"Alhamdulillah!" Ucap Sabrina ketika mendengar suaminya bersendawa.
"Jangan harap aku menganggap kamu sebagai istriku Sabrina. Pernikahan kita hanya sebagai formalitas karena kamu adalah jembatanku untuk mendapatkan kedudukan di perusahaan milik kakek. Aku segera mendapatkan apa yang aku mau dan pernikahan kita yang tidak penting ini akan berakhir setelah kakek aku meninggal.
Rasanya aku sudah tidak sabar mendapatkan semua harta warisan milik kakek. Aku ingin meninggalkan kamu secepatnya dan memilih gadis yang lebih dari segalanya dari dirimu. Jangan merasa bangga dengan apa yang kamu miliki karena sedikit pun aku tidak tergugah dengan perhatian dan kecantikan kamu." Ucap Devendra angkuh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Ria Onits
cihhh jgn buat sabrina mudah ditindas thor
2022-08-04
1