Happy reading
"Beneran aku dari sekolah ! kamu bisa tanya Pak Rahmat pembimbing perpustakaan karena tadi aku banyak mengobrol dengannya !" sahut Elang seraya kembali melangkahkan kakinya menaiki tangga meninggalkan sang adik begitu saja. Amelia terus memanggil kakaknya agar kembali dan berbicara tapi Elang tak perduli dengan terus melangkah maju hingga tiba di pintu kamarnya.
Elang menutup sempurna pintu itu setelah ia memasuki kamarnya. Membuka jaket hitam yang digunakan, dan menggantungnya di balik pintu. Setelah itu ia pun melepaskan jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya dan menyimpannya di atas meja. berlalu ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan bersuci, karena ia harus melaksanakan ibadahnya.
Setelah selesai dengan itu semua, Elang menyalakan aplikasi pemutar musik di ponselnya yang berlogo apel digigit dan berkamera 3 di bagian belakangnya. Ia menghubungkannya dengan air pods yang kini bertengger di kedua belah sisi telinganya. Suara dentuman drum dari band rock favoritnya tengah memanjakan telinga Eang saat ini.
Anak lelaki berusia 17 tahun itu memang sangat menyukai jenis musik rock, tak heran jika di kamarnya di hiasi banyak poster dari band rock favorit Elang dan tak hanya itu, adrenalin Elang pun banyak disalurkan melalui kegiatan fisik seperti berolahraga atau bahkan berkelahi dibandingkan dengan bergonta-ganti pacar seperti yang banyak anak muda lakukan saat ini.
Bukan karena Elang tak laku, sebenarnya bagi Elang mudah saja untuk mendapatkan seorang pacar dan kemudian bergant-ganti karena banyak sekali para gadis seusianya yang secara terang-terangan menunjukkan rasa suka mereka padanya, tapi Elang bukan tipe anak lelaki seperti itu. Ia tak mudah untuk jatuh cinta, jika sudah suka, maka ia akan dengan setia hanya pada satu perempuan itu saja dan sampai sekarang belum ada satu orang perempuan pun yang diakui Elang sebagai seseorang yang spesial baginya. Ada suatu alasan mengapa Elang melakukan hal itu.
Tapi meskipun begitu, walau Elang terkenal dengan sifat anak nakalnya karena ia sering terlibat perkelahian dengan murid sekolah lain, sebenarnya Elang adalah seseorang yang sangat mencintai keluarganya. Bahkan ia sangat hormat kepada orangtuanya. Elang tak pernah sekalipun melawan pada maminya yang cerewet. Ia akan hanya diam jika sang mami mulai berceramah. Begitu juga pada Papinya, Elang akan menuruti semua ucapan Papinya apapun itu. Termasuk menuruti kemauan sang Papi untuk memindahkan sekolah Elang dari sekolah swasta elite dimana para sahabat kentalnya berada di sana, ke sekolah negeri biasa yang terkenal dengan prestasinya. Mau tak mau kini Elang pun harus giat belajar untuk bisa bertahan di sekolah negeri itu.
Tanpa banyak bicara dan melawan, Elang menuruti kemauan kedua orangtuanya. Bahkan ia tak menolak ketika sang mami memintanya menjadi supir pribadi Amelia sang adik yang cerewetnya 11 12 dengan mami. Elang dengan setia mengantarkan dan menjemput Amelia dalam melaksanakan tugas ekstrakurikulernya.
Bukti cinta Elang pada keluarganya terbukti dengan adanya photo keluarga Elang yang ia pajang diantara poster band favoritnya. Sebuah photo ketika mereka berlibur di pantai 6 bulan yang lalu. Semua anggota keluarga Elang berada dalam photo itu sambil tersenyum lebar ke arah kamera, memperlihatkan rasa bahagia. Dan tak hanya keluarga inti Elang saja yang berada di sana. Di sisi paling jauh photo itu terdapat Nayla yang juga tersenyum ke arah kamera sembari memeluk lengan Amelia. Bukan hal aneh jika gadis itu ikut dalam acara keluarga Elang karena hubungan keluarga mereka yang cukup dekat.
"Dug, dug, dug," bunyi gedoran di pintu membuyarkan lamunan Elang yang kini sedang menikmati dentuman musik rock sembari memandangi photo keluarga yang ia gantungkan di dinding. Malas-malas Elang bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan menuju pintu lalu membukanya.
"Bang El, dipanggilin dari tadi gak nyahut-nyahut sih ? jadinya kan aku harus naik ke sini," keluh Amalia dengan mencebikkan bibirnya karena kesal.
Elang pun melepaskan airpiods yang terpasang di telinganya agar ia bisa mendengar dengan jelas ucapan adiknya itu. "Apaan sih, Mel ?" tanya Elang tanpa dosa dan itu membuat Amelia menekuk muka.
"Ya ampuuuun !!! aku tuh dari tadi panggil-panggil bang El buat turun ke bawah karena makan malam udah siap dan mami nanyain bang el terus ! karena gak turun-turun akhirnya aku harus naik ke lantai 2 dan gedorin pintu kamar bang El tapi ternyata...."
"huussh ! udah ngerti aku !" ucap Elang sembari meremas halus bibir adiknya yang masih bersungut-sungut meluapkan rasa kesalnya. Elang lakukan itu agar sang adik berhenti bicara.
"Ya udah, ayo turun !" lanjut Elang seraya berjalan mendahului. meninggalkan Amelia yang masih saja mengomel pelan karena merasa kesal pada sang kakak.
Elang terus berjalan menuju ruang makan diikuti Amelia yang masih mengeluarkan keluhan dari bibirnya tapi Elang sudah kebal dengan itu semua. Ia tak merasa kesal apalagi marah pada adiknya itu.
"Elang, kamu kemana saja tadi sore ? katamu mau jemput Amel, tapi ternyata adikmu itu berada di rumah karena memang katanya hari ini ia tak ada kegiatan ekstrakurikuler," tanya sang Mami begitu Elang muncul di ruang makan.
Papinya pun sudah duduk di sana sembari menopang dagunya dengan kedua tangan dan memperhatikan Elang seolah menunggu jawaban dari anak lelakinya itu.
Alih-alih menjawab pertanyaan sang Mami, Elang memilih untuk memberikan ciuman di pipi Maminya yang berambut pirang dan bermata cokelat karamel persis seperti dirinya. "Mami terlihat cantik hari ini," puji Elang seraya membantu maminya itu menyimpan makanan ke atas meja.
"Kamu selalu bisa membuat Mami senang," ucapnya dalam bahasa Jerman dan wajahnya yang berkulit putih pucat merona merah karena pujian sang anak.
"Tapi kamu tak bisa bebas begitu saja, Elang ! kamu berhutang penjelasan pada kami tentang kemana kamu pergi tadi sore ? apa kamu ketemu teman-teman kamu yang lama ? apa kamu berkelahi lagi?" tanya sang mami beruntun.
Malas-malas Elang dudukan tubuhnya di hadapan Papinya yang duduk bersebelahan dengan Amelia sang adik. Sepertinya rayuan Elang pada Mami tidak mempan kali ini. Elang tak menyalahkan sang Mami tentu saja, wanita yang masih terlihat cantik di usianya yang tak lagi muda itu pasti sangat mengkhawatirkannya.
Terakhir Elang berkelahi adalah beberapa bulan yang lalu dengan akhir si musuh mengalami patah di hidungnya dan patah di jarinya hingga orang tuanya meminta pertanggungjawaban pada Mami dan Papi Elang. Sedangkan Elang hanya mengalami luka robek pada dahinya saja.
Beruntung bagi Elang karena Papinya merupakan dokter bedah yang cukup ternama di kota Bogor hingga ia bisa memberikan pengobatan gratis pada musuh Elang tanpa membawa masalah ini ke jalur hukum.
Namun Elang yang mendapatkan luka robek di dahinya harus rela kesakitan ketika assiten Papinya memberikan jahitan tanpa obat pereda sakit. Itu papinya lakukan sebagai hukuman karena kenakalan Elang yang sudah keterlaluan.
"Jadi kemanan saja kamu pergi, Elang ?" tanya Mami sembari mendudukkan dirinya tepat sebelah Elang. Sepertinya ia belum juga lupa untuk menginterogasi anaknya itu.
"aku pergi ke sekolah untuk menjemput Amelia, Aku kira dia ada kegiatan ekstrakurikuler hari ini," jawab Elang beralasan.
"padahal kan Bang El tahu kalau aku tidak ada jadwal hari ini tapi kenapa masih pergi ke sekolah? sampai-sampai mami marah kepadaku dan mengira aku berbohong karena malas," potong Amelia merasa tidak terima dirinya kena omelan sang Mami juga.
"aku lupa, beneran," sahut Elang seolah tanpa dosa.
"Apa benar yang kamu bilang, Elang ? kamu tidak berkelahi lagi kan? kepala Mammi langsung sakit kalau ingat kamu dan kenakalanmu," ucap maminya dengan melototkan matanya menatap galak pada Elang. sedangkan Papinya masih memperhatikan Elang tanpa bersuara sambil bertopang dagu.
"beneran Mi, Aku pergi ke sekolah tadi sore. kalau Mami nggak percaya boleh tanya ibunya Nayla karena aku tadi nganterin dia pulang," jawab elang beralasan.
mendengar apa yang elang ucapkan membuat maminya mengerutkan dahi penuh tanda tanya. "Nayla ?" tanyanya heran.
"iya tadi Elang tidak sengaja bertemu dengannya di sekolah. ternyata dia sedang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler hingga sore karena tidak merasa tidak enak aku pun mengantarnya pulang. bukannya Mami bilang aku harus bersikap baik padanya seperti pada adikku sendiri? "jawab elang dan menjelaskannya
Papi Elang yang sudah dari tadi memperhatikan akhirnya membuka suara. "kalau tidak salah, ini ketiga kalinya kamu mengantar Nayla pulang bukan?" tanya papinya dengan tatapan mata yang sulit Elang artikan.
"I-iya, bukannya memang harus begitu?" tanya Elang kembali menelan ludahnya paksa. tiba-tiba ia merasa terintimidasi dengan apa yang Papinya tanyakan.
"kamu yakin mengantarkan Nayla itu hanya sebuah kebetulan?" lagi-lagi pertanyaan Papinya membuat Elang menelan ludahnya paksa.
bersambung.
terima kasih yang sudah baca
jangan lupa like dan komen ya
maaf telat update.. sakitnya giliran di rumah 🥲
moga kakak2 sehat selalu...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments
Ris Andika Pujiono
hehehe Elang Elang
2025-01-20
0
lily
papanya elang ,,, pinter haha
2024-04-17
1
⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️
lagi modusin anak gadis, mam . ..
2023-08-08
0