Dragon Era: Legend of The Dragon Hunter
Saat umat manusia terdesak, mereka akan melakukan apapun untuk bertahan hidup. Termasuk juga manusia penghuni Eden Shelter ini. Kami membentuk pasukan penjelajah yang ditugaskan untuk menjelajahi seluruh area daratan bumi setelah zaman kehancuran yang membuat semua benua menjadi satu. Menciptakan daratan baru yang begitu luas dan mulai muncul monster-monster yang membahayakan kami umat manusia terakhir yang ada di bumi. Sisa populasi manusia di bumi hanya sekitar 1 juta orang. Semua tinggal di satu tempat pertahanan terakhir yang disebut Eden Shelter ini.
Terletak di bagian sedikit ke arah barat benua yang memiliki suhu dan cuaca paling bersahabat. Terisolasi di area kecil ini membuat manusia sulit beradaptasi dari buasnya dunia luar. Profesor pernah bercerita padaku, kalau sebenarnya jauh dimasa sebelum zaman kehancuran pun bumi juga pernah dijadikan tempat tinggal oleh monster-monster mengerikan seperti sekarang. Namun beliau berkata kalau bentuk dan jenisnya sungguh sangat berbeda.
Namaku Livy Cage. Anak dari Profesor Evelyn Cage. Beliau adalah seorang Arkeolog penjelajah yang namanya sudah tidak asing lagi di kalangan para petinggi dan penjelajah. Beliau adalah pahlawan muda yang sangat luar biasa. Hanya berbeda 10 tahun lebih tua dariku, namun perstasinya sudah luar biasa banyak dan diakui seantero Eden Shelter ini. Ya, aku bukanlah anak kandung dari Profesor Cage. Beliau belum menikah dan mengangkatku sebagai anaknya 7 tahun lalu saat usiaku 9 tahun. Kami jarang bertemu dirumah karena profesor selalu tergila-gila dengan petuangan. Walau pun begitu, dia tetap baik dan sangat perhatian padaku.
Saat usiaku menginjak 14 tahun, aku utarakan keinginanku untuk menjadi seorang penjelajah seperti beliau. Namun bukan menjadi seorang arkeolog, melainkan seorang hunter yang memburu monster berbahaya untuk berbagai alasan. Seperti jika ada monster berbahaya yang mendekat ke Shelter, atau memburu monster yang bisa diambil materialnya untuk dijadikan penelitian atau senjata.
Beliau menghormati keputusanku dan mendaftarkanku ke pendidikan hunter penjelajah. Kini usiaku genap 16 tahun, dan telah menyelesaikan pendidikanku. Aku juga sering berburu di hutan sekitar Eden Shelter dan mendapat sedikit prestasi dari usahaku. Setelah lulus, aku berencana untuk pergi bersama Profesor Cage. Namun beliau melarang karena petualangannya terlalu berbahaya untuk hunter yang masih muda sepertiku. Profesor juga berkata, prestasi yang kuraih belum bisa membuatnya percaya untuk aku mengawal beliau. Memang terdengar sedikit sombong rasanya, namun aku yakin itu adalah cara beliau untuk melindungiku dari bahaya luar biasa yang selalu melekat di petualangannya.
Berbeda dengan arkeolog penjelajah yang bisa pergi kemana saja sesuka hatinya demi mencari pengetahuan yang belum ditemukan, hunter penjelajah bergerak lebih terbatas. Biasanya hunter akan diberikan daftar misi untuk dipilih. Untuk hunter pemula sepertiku biasanya diberikan misi secara berkelompok. Bergerak dengan minimal 2 hunter pemula dan 1 hunter yang sudah berpengalaman sebagai pemimpin tim. Kini aku dan anggota timku sedang bersiap untuk menjalani misi.
Dipimpin oleh ketua kami yang bernama Afhkar, aku, dan 1 lagi temanku bernama Noel, tim ini siap menjalankan misi sulit pertama kami. Kami berangkat di pagi hari setelah selesai bersiap. Para penjelajah menggunakan kendaraan android berbentuk kuda yang keseluruhannya di lapisi besi. Kami tidak lagi menggunakan roda untuk menjelajah karena bentuk seperti ini lebih memudahkan kami untuk bergerak dan bermanuver di saat-saat genting.
Misi kami kali ini adalah untuk membasmi monster di area gunung berapi yang terletak sekitar 1600 km di arah timur shelter. Area itu nantinya akan diteliti oleh para ilmuwan sehingga kami pergi lebih dulu ke sana untuk mengamankan lokasi.
Kami mulai memasuki hutan suram dekat Eden shelter. Berapa kali pun aku menjelajah ke dalam hutan ini, masih saja asing rasanya. Hutan yang ditumbuhi pohon yang begitu lebat dan besar membuat suasana menjadi begitu suram setiap aku menyusurinya. Pohon-pohon besar yang menghalangi masuknya sinar matahari menjadikan dasar hutan ini sedikit gelap walaupun masih siang hari.
Hutan ini juga menjadi pagar alami untuk Eden Shelter. Monster besar tak akan masuk ke daerah hutan ini karena terlalu lebat. Monster berukuran kecil yang ada dihutan ini pun terbilang hampir tidak ada yang agresif.
Kapten kami memberi komando,
“ Ayo bergerak lebih cepat! Perjalanan kita masih jauh!”
“ Siap!”
Kami memacu kuda besi kami sambil bermanuver menghindari pepohonan di depan kami. Saat hari menjelang sore, kami keluar dari hutan suram dan sampai di area savana yang begitu luas.
“ Berhenti sebentar!”
Kami berhenti dan Kapten Afhkar bertanya pada kami,
“ Apa kalian pernah makan daging cherna?”
Akupun langsung menjawab karena sedikit kaget dengan pertanyaan kapten Afhkar.
“ Memang bisa dimakan? Apa perut kita akan baik-baik saja setelah memakan daging monster?”
Cherna adalah monster berkepala lebar seperti perisai yang memiliki kulit tebal seperti zirah yang berbuku-buku, berkaki pendek, namun pelari yang cepat. Kulitnya sangat keras sampai sedikit sulit untuk membedahnya.
Kapten kami lanjut berkata.
“ Memang sedikit sulit untuk membedahnya, tapi dagingnya benar-benar enak.”
Noel menyambut omongan kapten,
“ Kapten yakin kita akan baik-baik saja kalau memakan monster?”
“ Pada dasarnya monster-monster ini adalah binatang. Lagipula sebagai hunter, ini adalah pelajaran untuk kalian bertahan hidup bila kehabisan perbekalan di perjalanan kan? Noel, siapkan jebakan! Livy, bantu menggiring Cherna!"
Kami langsung bergerak sesuai arahan ketua. Sementara Noel menyiapkan jebakan yang menggunakan tali baja, aku dan kapten mendekati kawanan Cherna yang terlihat dari kejauhan.
Cherna bukanlah monster yang agresif. Mereka herbivora yang berkelompok, dan tidak akan menyerang kecuali diganggu. Mereka lebih memilih menjauh bila didekati. Aku dan kapten maju bersamaan untuk memisahkan salah satu cherna dari kelompoknya. Setelah kami melihat ada 1 cherna yang terpisah, aku segera mengejarnya dan dari samping kapten terus membatasi jalurnya agar cherna berlari ke arah jebakan yang sudah di pasang Noel.
Ini pertama kalinya aku dan Noel berburu Cherna. Ternyata cukup mudah.
Aku bertanya pada kapten Afhkar,
“ Kapten, apa selalu semudah ini berburu cherna? Kudengar kulit, dan tulangnya lumayan berharga?”
“ Yang kita buru kali ini cherna yang belum dewasa. Yang berharga itu kulit dan tulang cherna yang sudah dewasa. Biasanya yang dewasa bisa menyerang balik. "
Kapten Afhkar mengajarkan pada kami bagaimana cara yang mudah untuk membedah cherna. Ternyata tidak sulit kalau sudah mengetahui triknya. Aku menyiapkan api dan Noel membantu kapten memotong hasil buruan kami. Hari pun mulai gelap, dan kami putuskan untuk bermalam di pinggir savanna ini. Tak kusangka saat malam, savanna ini begitu indah. Sejauh mata memandang, yang kulihat hanya taburan bintang yang berkelap-kelip dan tak terhitung jumlahnya.
Tak kusangka daging monster ini begitu lembut. Padahal kulitnya sudah seperti batu. Tapi dagingnya sangat lembut sampai rasanya meleleh di mulut. Kapten kami tersenyum dengan muka seperti meledek. Dengan badan tinggi besar dan kulit coklat, serta beberapa bekas luka diwajahnya, sedikit menyeramkan kalau dia tersenyum seperti itu.
Setelah makan, kami berbincang ringan sambil masing-masing dari kami memegang cangkir besi khas penjelajah yang di isi teh herbal hangat didalamnya. Kapten bercerita kalau kombinasi daging cherna dan teh herbal adalah salah satu makanan favorit Profesor Cage yang tidak lain adalah ibu angkatku.
Kapten juga bercerita, dia beberapa kali menjelajah dengan Professor Cage, dan sangat mengagumi kemampuannya.
“ Walaupun seorang Arkeolog, Nona Cage sangat lihai bertahan hidup. Dia selalu bisa memahami kondisi setiap medan yang dilewati dan cara terbaik untuk menangani serangan monster.”
Mendengar kata-kata itu dari seorang hunter senior yang sudah berpengalaman, membuatku semakin bangga memiliki ibu sehebat Profesor Cage. Kami pun memutuskan untuk tidur lebih cepat, karena besok akan bergerak sebelum matahari terbit. Kami tidur bergantian selama 2 jam, dengan 1 orang yang tetap berjaga mengawasi daerah sekitar. Karena biar bagaimana pun, ini adalah alam liar yang dipenuhi monster.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
༄⍟Mᷤbᷡah_Atta࿐
Jooosssssss...!! 👍👍👍👍
2022-08-31
0