Malam pun berlalu begitu cepat. Embun pagi mulai berjatuhan disusul matahari yang datang dengan hangatnya. Aku langsung bersiap, dan melanjutkan perjalananku yang tertunda semalam. Aku harus segera keluar dari rawa ini agar bisa bergerak walau pun di malam hari. Aku langsung memacu kuda besiku sambil menikmati udara pagi yang sedikit dingin hingga mengusir rasa kantukku. Disekitar kulihat beberapa monster herbivore yang sedang mendekati sungai dan genangan air untuk minum. Beberapa dari mereka pun terlihat seperti sedang bertarung. Rawa suram ini menyembunyikan kengeriannya dan hanya terdengar suara rintihan-rintihan dari suatu sistem yang disebut rantai makanan.
Saat kabut semakin menipis dan matahari semakin meninggi, area yang kulewati semakin berubah. Kini terlihat gundukan-gundukan tanah yang terkadang menyemburkan air panas. Lumpur-lumpur yang meletup seperti balon yang pecah dan sedikit berasap, seakan menggantikan pemandangan rawa dan kubangan air yang tadi kulewati.
Seiring berubahnya pemandangan area sekitar, suhu udara pun menjadi semakin panas. Aku harus cepat melewati area ini. Karena di beberapa semburan air dari tanah terkadang keluar semburan gas yang berbahaya dan beracun. Beberapa tulang belulang dan bangkai monster pun menjadi pemandangan yang biasa di area ini. Saat matahari mulai menjauh, aku sampai di ujung area rawa dan meninggalkan kabut yang selalu menyertai perjalananku.
Aku tiba di area yang disebut kawah mendidih. Di area ini sangat banyak kawah-kawah kecil yang menyemburkan air yang sangat panas dan gas. Tempat ini terdapat bekas-bekas aliran belerang, bekas aliran lava yang terlihat dan sering dijumpai di area ini. Dalam laporan, tak banyak monster yang mampu hidup di area yang ekstrim ini. Namun monster-monster yang ada di sini adalah monster berbahaya yang besar seukuran basilisk.
Sebelum masuk ke area kawah mendidih, aku memutuskan untuk beristirahat sebentar sambil mengisi perut. Perjalanan ini terasa sepi. Mungkin karena biasanya aku menjelajah dengan kelompok. Saat malam tiba aku pun dikejutkan dengan pemandangan indah di area ini. Semburan air yang saling bergantian dari dalam tanah, memantulkan cahaya dari bulan dan terlihat berkilau, lalu disusul kepulan asap yang terbawa angin.
Tak lama menikmati pemandangan, aku putuskan untuk kembali bergerak. Di area ini sama sekali tidak ada pepohonan, dan rembulan sedang sangat terang. Jadi kurasa akan aman bergerak walau pun saat malam hari. Kini aku menyusuri jalan yang di kanan dan kirinya terdapat kawah yang menyemburkan air panas setiap beberapa menit. Memang terlihat menyeramkan bila membayangkan terkena semburan air yang pasti sangat panas itu. Namun bila dilihat dari jarak yang aman, semburan air itu sungguh indah. Seperti air mancur yang akan selalu menyemburkan air selama ribuan tahun tanpa ada tenaga penggerak.
Kini aku dihadapkan oleh jalan menanjak yang curam dan berbatu. Aku menyusurinya dengan pelan. Karena sedikit sulit untuk mengendalikan kuda besi di permukaan tanah yang selalu dibasahi air dan campuran belerang. Tak ada keanehan semenjak masuk ke area ini. Namun saat aku telah mencapai puncak dari jalan yang menanjak ini, salamander abadi telah menungguku. Monster ini berukuran besar, dengan kaki pendek, dan kepala yang besar. Ukuran badannya memang tidak terlalu panjang. Namun ekor monster ini memiliki panjang hingga 8 meter dengan dilapisi kulit yang begitu tebal dan seperti batu. Sedangkan badan makhluk ini seperti tak memiliki kulit, berwarna merah muda, dan 3 pasang mata berwarna hitam polos.
Monster ini juga memiliki sepasang tanduk lunak di belakang kupingnya. Para penjelajah biasa menjuluki makhluk ini sebagai naga terlemah. Sebutan abadi dia dapatkan karena tubuhnya yang sangat cepat beregenerasi. Bila memotong kakinya, dia bisa menumbuhkannya lagi hanya dalam waktu beberapa jam. Bila memotong kepalanya, monster ini akan menumbuhkan kepalanya lagi dalam waktu beberapa hari. Cara termudah membunuh monster ini adalah dengan membakarnya. Cara lain dengan memotongnya kecil-kecil, atau hancurkan jantungnya agar benar-benar mati. Monster ini adalah karnivora buas yang memiliki ratusan gigi di dalam mulut lebarnya. Bahkan lidahnya pun memiliki gigi.
“ Aku harus waspadai ekornya.”
Sekali saja terkena serangan ekornya tanpa pertahanan, dipastikan siapa pun akan tewas ditempat. Karena selain keras, salamander ini dapat mengibaskan ekornya dengan sangat kuat. Aku tak bisa menghindari pertarungan kali ini, karena di kanan dan kiri jalan terdapat banyak kawah yang menyembur. Setidaknya, aku harus memotong dua kakinya agar bisa kabur, karena salamander abadi adalah pelari yang cepat.
Aku turun dari kuda besiku dan mendekat perlahan. Salamander itu masih belum bergerak sedikit pun.
“ Semoga monster ini tidak menganggapku sebagai ancaman agar bisa cepat memotong kakinya.”
Tepat 10 langkah aku mendekat, salamander itu tiba-tiba mengibaskan ekornya dengan sangat cepat. Aku yang menyadari pergerakannya langsung tiarap di atas tanah untuk menghindari serangan. Ekor itu melewatiku dan menghancurkan batuan di kananku. Aku langsung bangun dan secepatnya berlari ke arah salamander, namun moster ini menarik ekornya kembali ke arahku. Aku melompat, namun kakiku terkena ekornya dan membuatku terjatuh tepat disebelah kaki kanan belakangnya. Aku langsung mengeluarkan pedang di punggung tangan kananku dan menusuk kakinya.
Disaat itu aku sadar kalau menghadapi makhluk ini jauh lebih mudah bila bertarung dari jarak dekat. Kukeluarkan pedang yang ada di punggung tangan kiriku dan menyilangkan kedua tanganku. Lalu aku menebas kaki kanan belakang salamander itu hingga terputus. Ternyata tubuhnya begitu lunak seperti tanpa tulang. Aku pun menyayat salamander itu dari area kaki belakang hingga ke bagian tengah tubuhnya dengan kedua pedangku. Rasanya kegilaan merasuki otakku karena takut. Rasa trauma karena basilisk masih sangat melekat. Karena itu aku tak akan memberi ampun atau pun waktu untuk monster kali ini. Aku maju ke bagian depan dan memotong kaki kanan depan salamander. Monster ini masih saja mengibas ekornya kesana-kemari namun tidak ada yang mengenaiku karena aku terlalu dekat dengan tubuhnya, dan ekornya terlalu panjang.
Tak sampai disitu. Aku melompat ke atas tubuh salamander dan menusuk punggungnya. Aku berharap tusukanku bisa menembus ke jantung dan membuatnya mati seketika. Namun panjang pedangku tak sampai ke jantungnya karena dia masih saja bergerak. Monster ini pun berguling dan membuatku terjatuh. Seakan tidak mau kalah, aku kembali bangun dan terus menerus menusuknya berkali-kali. Bagian kepala, leher yang pendek itu, badan, semua ku tusuk secara serampangan. Aku melompat lagi ke atas salamander yang kini dalam posisi terbalik.
“ Kalau dari atas tidak bisa menembus jantung, dari bawah pasti bisa kan? Mati kau monster!”
Ku tusuk di bagian leher salamander itu dan ku seret pedangku ke arah perut. Aku pun pergi menjauh ke arah kuda besiku, meninggalkan salamander yang masih menggelepar. Tak lama monster itu berhenti bergerak. Salamander memiliki darah yang tak berwarna. Walau pun bening, darah yang melumuri tubuhku sangat berbau amis dan lengket. Aku segera menaiki kendaraanku dan pergi meninggalkan bangkai salamander itu. Pelajaran yang kudapat kali ini, aku tak akan pernah lagi bertarung ragu-ragu seperti saat melawan basilisk waktu itu.
“ Didunia yang gila dan buas ini, aku tak akan pernah bisa bertahan kalau tetap mempertahankan kewarasanku!”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
༄⍟Mᷤbᷡah_Atta࿐
MC nya masih belum paham tiap hewan Monster punya kristal atau Permata monster, diambil bisa memberikan manfaat. 👍👍💪💪
2022-10-03
0
༄⍟Mᷤbᷡah_Atta࿐
Jooosssssss...!! 👍👍
2022-10-03
0