NovelToon NovelToon

Dragon Era: Legend of The Dragon Hunter

Perburuan Pertama

Saat umat manusia terdesak, mereka akan melakukan apapun untuk bertahan hidup. Termasuk juga manusia penghuni Eden Shelter ini. Kami membentuk pasukan penjelajah yang ditugaskan untuk menjelajahi seluruh area daratan bumi setelah zaman kehancuran yang membuat semua benua menjadi satu. Menciptakan daratan baru yang begitu luas dan mulai muncul monster-monster yang membahayakan kami umat manusia terakhir yang ada di bumi. Sisa populasi manusia di bumi hanya sekitar 1 juta orang. Semua tinggal di satu tempat pertahanan terakhir yang disebut Eden Shelter ini.

Terletak di bagian sedikit ke arah barat benua yang memiliki suhu dan cuaca paling bersahabat. Terisolasi di area kecil ini membuat manusia sulit beradaptasi dari buasnya dunia luar. Profesor pernah bercerita padaku, kalau sebenarnya jauh dimasa sebelum zaman kehancuran pun bumi juga pernah dijadikan tempat tinggal oleh monster-monster mengerikan seperti sekarang. Namun beliau berkata kalau bentuk dan jenisnya sungguh sangat berbeda.

Namaku Livy Cage. Anak dari Profesor Evelyn Cage. Beliau adalah seorang Arkeolog penjelajah yang namanya sudah tidak asing lagi di kalangan para petinggi dan penjelajah. Beliau adalah pahlawan muda yang sangat luar biasa. Hanya berbeda 10 tahun lebih tua dariku, namun perstasinya sudah luar biasa banyak dan diakui seantero Eden Shelter ini. Ya, aku bukanlah anak kandung dari Profesor Cage. Beliau belum menikah dan mengangkatku sebagai anaknya 7 tahun lalu saat usiaku 9 tahun. Kami jarang bertemu dirumah karena profesor selalu tergila-gila dengan petuangan. Walau pun begitu, dia tetap baik dan sangat perhatian padaku.

Saat usiaku menginjak 14 tahun, aku utarakan keinginanku untuk menjadi seorang penjelajah seperti beliau. Namun bukan menjadi seorang arkeolog, melainkan seorang hunter yang memburu monster berbahaya untuk berbagai alasan. Seperti jika ada monster berbahaya yang mendekat ke Shelter, atau memburu monster yang bisa diambil materialnya untuk dijadikan penelitian atau senjata.

Beliau menghormati keputusanku dan mendaftarkanku ke pendidikan hunter penjelajah. Kini usiaku genap 16 tahun, dan telah menyelesaikan pendidikanku. Aku juga sering berburu di hutan sekitar Eden Shelter dan mendapat sedikit prestasi dari usahaku. Setelah lulus, aku berencana untuk pergi bersama Profesor Cage. Namun beliau melarang karena petualangannya terlalu berbahaya untuk hunter yang masih muda sepertiku. Profesor juga berkata, prestasi yang kuraih belum bisa membuatnya percaya untuk aku mengawal beliau. Memang terdengar sedikit sombong rasanya, namun aku yakin itu adalah cara beliau untuk melindungiku dari bahaya luar biasa yang selalu melekat di petualangannya.

Berbeda dengan arkeolog penjelajah yang bisa pergi kemana saja sesuka hatinya demi mencari pengetahuan yang belum ditemukan, hunter penjelajah bergerak lebih terbatas. Biasanya hunter akan diberikan daftar misi untuk dipilih. Untuk hunter pemula sepertiku biasanya diberikan misi secara berkelompok. Bergerak dengan minimal 2 hunter pemula dan 1 hunter yang sudah berpengalaman sebagai pemimpin tim. Kini aku dan anggota timku sedang bersiap untuk menjalani misi.

Dipimpin oleh ketua kami yang bernama Afhkar, aku, dan 1 lagi temanku bernama Noel, tim ini siap menjalankan misi sulit pertama kami. Kami berangkat di pagi hari setelah selesai bersiap. Para penjelajah menggunakan kendaraan android berbentuk kuda yang keseluruhannya di lapisi besi. Kami tidak lagi menggunakan roda untuk menjelajah karena bentuk seperti ini lebih memudahkan kami untuk bergerak dan bermanuver di saat-saat genting.

Misi kami kali ini adalah untuk membasmi monster di area gunung berapi yang terletak sekitar 1600 km di arah timur shelter. Area itu nantinya akan diteliti oleh para ilmuwan sehingga kami pergi lebih dulu ke sana untuk mengamankan lokasi.

Kami mulai memasuki hutan suram dekat Eden shelter. Berapa kali pun aku menjelajah ke dalam hutan ini, masih saja asing rasanya. Hutan yang ditumbuhi pohon yang begitu lebat dan besar membuat suasana menjadi begitu suram setiap aku menyusurinya. Pohon-pohon besar yang menghalangi masuknya sinar matahari menjadikan dasar hutan ini sedikit gelap walaupun masih siang hari.

Hutan ini juga menjadi pagar alami untuk Eden Shelter. Monster besar tak akan masuk ke daerah hutan ini karena terlalu lebat. Monster berukuran kecil yang ada dihutan ini pun terbilang hampir tidak ada yang agresif.

Kapten kami memberi komando,

“ Ayo bergerak lebih cepat! Perjalanan kita masih jauh!”

“ Siap!”

Kami memacu kuda besi kami sambil bermanuver menghindari pepohonan di depan kami. Saat hari menjelang sore, kami keluar dari hutan suram dan sampai di area savana yang begitu luas.

“ Berhenti sebentar!”

Kami berhenti dan Kapten Afhkar bertanya pada kami,

“ Apa kalian pernah makan daging cherna?”

Akupun langsung menjawab karena sedikit kaget dengan pertanyaan kapten Afhkar.

“ Memang bisa dimakan? Apa perut kita akan baik-baik saja setelah memakan daging monster?”

Cherna adalah monster berkepala lebar seperti perisai yang memiliki kulit tebal seperti zirah yang berbuku-buku, berkaki pendek, namun pelari yang cepat. Kulitnya sangat keras sampai sedikit sulit untuk membedahnya.

Kapten kami lanjut berkata.

“ Memang sedikit sulit untuk membedahnya, tapi dagingnya benar-benar enak.”

Noel menyambut omongan kapten,

“ Kapten yakin kita akan baik-baik saja kalau memakan monster?”

“ Pada dasarnya monster-monster ini adalah binatang. Lagipula sebagai hunter, ini adalah pelajaran untuk kalian bertahan hidup bila kehabisan perbekalan di perjalanan kan? Noel, siapkan jebakan! Livy, bantu menggiring Cherna!"

Kami langsung bergerak sesuai arahan ketua. Sementara Noel menyiapkan jebakan yang menggunakan tali baja, aku dan kapten mendekati kawanan Cherna yang terlihat dari kejauhan.

Cherna bukanlah monster yang agresif. Mereka herbivora yang berkelompok, dan tidak akan menyerang kecuali diganggu. Mereka lebih memilih menjauh bila didekati. Aku dan kapten maju bersamaan untuk memisahkan salah satu cherna dari kelompoknya. Setelah kami melihat ada 1 cherna yang terpisah, aku segera mengejarnya dan dari samping kapten terus membatasi jalurnya agar cherna berlari ke arah jebakan yang sudah di pasang Noel.

Ini pertama kalinya aku dan Noel berburu Cherna. Ternyata cukup mudah.

Aku bertanya pada kapten Afhkar,

“ Kapten, apa selalu semudah ini berburu cherna? Kudengar kulit, dan tulangnya lumayan berharga?”

“ Yang kita buru kali ini cherna yang belum dewasa. Yang berharga itu kulit dan tulang cherna yang sudah dewasa. Biasanya yang dewasa bisa menyerang balik. "

Kapten Afhkar mengajarkan pada kami bagaimana cara yang mudah untuk membedah cherna. Ternyata tidak sulit kalau sudah mengetahui triknya. Aku menyiapkan api dan Noel membantu kapten memotong hasil buruan kami. Hari pun mulai gelap, dan kami putuskan untuk bermalam di pinggir savanna ini. Tak kusangka saat malam, savanna ini begitu indah. Sejauh mata memandang, yang kulihat hanya taburan bintang yang berkelap-kelip dan tak terhitung jumlahnya.

Tak kusangka daging monster ini begitu lembut. Padahal kulitnya sudah seperti batu. Tapi dagingnya sangat lembut sampai rasanya meleleh di mulut. Kapten kami tersenyum dengan muka seperti meledek. Dengan badan tinggi besar dan kulit coklat, serta beberapa bekas luka diwajahnya, sedikit menyeramkan kalau dia tersenyum seperti itu.

Setelah makan, kami berbincang ringan sambil masing-masing dari kami memegang cangkir besi khas penjelajah yang di isi teh herbal hangat didalamnya. Kapten bercerita kalau kombinasi daging cherna dan teh herbal adalah salah satu makanan favorit Profesor Cage yang tidak lain adalah ibu angkatku.

Kapten juga bercerita, dia beberapa kali menjelajah dengan Professor Cage, dan sangat mengagumi kemampuannya.

“ Walaupun seorang Arkeolog, Nona Cage sangat lihai bertahan hidup. Dia selalu bisa memahami kondisi setiap medan yang dilewati dan cara terbaik untuk menangani serangan monster.”

Mendengar kata-kata itu dari seorang hunter senior yang sudah berpengalaman, membuatku semakin bangga memiliki ibu sehebat Profesor Cage. Kami pun memutuskan untuk tidur lebih cepat, karena besok akan bergerak sebelum matahari terbit. Kami tidur bergantian selama 2 jam, dengan 1 orang yang tetap berjaga mengawasi daerah sekitar. Karena biar bagaimana pun, ini adalah alam liar yang dipenuhi monster.

Memecah Kelompok

Kami bangun sangat pagi dan langsung bersiap untuk melanjutkan perjalanan. Sambil menikmati udara pagi yang masih dingin, kami menyempatkan waktu untuk menikmati teh herbal hangat. Pada saat matahari baru saja mengintip dan member sedikit cahaya hangatnya, kami sudah memacu kuda besi kami dengan cepat. Savana ini tidak berbahaya untuk kami para penjelajah. Di savana ini kebanyakan monsternya adalah herbivore dan mereka tidak akan menyerang bila tidak diganggu.

Aku berharap diperjalanan ini bisa menemukan reruntuhan yang menyimpan harta karun seperti senjata. Kapten kami Afhkar juga memiliki 1 senjata yang biasa kami sebut ancient sword. Senjata yang dia miliki berbentuk pedang besar berwarna biru dan mempunyai satu mata yang sangat tajam namun ringan. Dia bercerita kalau dia menemukan pedang itu tertancap di dalam sebuah danau yang dihuni monster ikan raksasa bergigi seperti manusia. Entah bagaimana dia mengalahkan ikan itu, yang kutahu kapten Afhkar memang terluka sangat parah saat misi itu.

“ Kau hari ini sepertinya sangat bersemangat Noel?”

“ Ya! Aku hanya berharap hari ini akan menakjubkan.”

Bila sesuai rencana, besok siang kami akan keluar dari savana yang seperti surga ini. Kapten memutuskan untuk terus bergerak sampai di ujung savana ini dan beristirahat sebelum masuk ke area baru. Walaupun akan melelahkan, aku rasa itu keputusan yang tepat, karena kami tidak punya banyak waktu.

Tanpa terasa sore hari tiba. Kami masih berada di dalam area savana yang megah ini. Memutuskan untuk beristirahat menikmati daging cherna tangkapan kemarin. Sungguh indah pemandangan sore hari di savana ini. Rerumputan dan semak berwarna hijau yang tertiup angin lembut diselimuti cahaya matahari yang kemerahan, aku rasa tak ada yang keberatan bila disuruh tinggal di area ini.

Setelah selesai makan, kami langsung melanjutkan perjalanan. Matahari mulai bersembunyi digantikan dengan taburan bintang yang memenuhi langit. Udara dingin savana mulai semakin terasa, dan kulihat kapten tidak berencana mengurangi kecepatan. Kami berkendara terus hingga pagi hari, dan akhirnya sampai di ujung savana. Rasanya sulit meninggalkan savana yang seperti surga ini. Sesuai rencana, kami akan beristirahat di ujung savana.

“ Kita akan beristirahat di sini selama 1 hari”

Noel langsung menanggapi perkataan kapten;

“ Kami masih sanggup terus bergerak kapten.”

“ Area ini berbeda dengan savana. Disini berbahaya dan banyak monster. Jadi kita harus menyiapkan stamina.”

Kami mengikuti perintah kapten, dan langsung beristirahat. Kulihat kapten terus mengawasi medan baru yang akan kami lewati nanti. Sebenarnya aku penasaran dan ingin memantau juga. Namun yang lebih penting sekarang adalah memulihkan stamina agar tidak menyulitkan perjalanan tim kami. Seperti sebelumnya, kami bergantian berjaga saat malam. Paginya aku dibangunkan oleh Noel. Kapten menyuruh kami berkumpul untuk menyusun strategi melewati area baru ini.

Area ini disebut bukit duri. Di area yang sangat luas ini terdapat bukit-bukit yang menjulang dan runcing menghadap ke atas seperti duri. Di area ini terdapat banyak monster yang berbahaya, baik kecil maupun besar. Kapten bilang, jalur paling cepat adalah dengan menyusuri bagian bawah bukit duri yang ada sungai di dekatnya. Namun jalannya sangat berbatu dan kita akan jadi sasaran empuk monster bila kurang waspada.

“ Kita akan berjalan beriringan dengan formasi Noel di depan, Livy di tengah, dan aku di belakang. Noel fokus mengawasi bagian depan, Livy perhatikan kanan dan kiri, sementara aku akan mengawasi bagian belakang dan daerah atas bukit! Semoga keberuntungan menyertai kita.“

Setelah mendapat arahan, kami langsung bergerak sesuai instruksi kapten. Turun ke dasar bukit dan bergerak mengikuti arus sungai. Setelah melihat dari dekat, bukit duri ini terlihat unik menurutku. Seperti di tekan dari dalam bumi hingga menjulang ke atas. Entah bencana apa yang bisa membuat struktur alam seperti ini.

Noel tiba-tiba berkata;

“ Kita sedang diawasi! Hati-hati!”

Kapten membalas perkataan Noel;

“ Serigala batu!"

Monster ini berbentuk seperti anjing yang memiliki bulu runcing dan keras seperti batu. Mereka berburu dalam kelompok dan monster yang sangat cerdas. setelah memperhatikan bukit-bukit yang ada di atas kami, aku pun sadar sedang di kepung dari sisi kanan dan kiri. Aku tak tahu persis jumlah mereka, tapi yang jelas ada lebih dari 10 ekor serigala batu yang siap menyerang kami. Kami bersiap untuk pertarungan, dan sejak tadi Noel sudah mengeluarkaan pedang di kedua punggung tangannya. Kapten pun sudah mencabut ancient sword dari punggungnya dan bersaiap. Kami semua turun dari kuda besi kami, dan bersiap untuk pertempuran.

Tiba-tiba ada 1 serigala batu yang melompat dari arah kanan, dan aku pun langsung bereaksi dengan melompat dan menusuk kepala serigala batu itu sebelum mencapai tanah. Serigala lain pun menyerang secara bersamaan! Kami dalam bahaya! Aku memfokuskan serangan pada serigala batu yang datang dari arah samping, sedangkan Noel sedang fokus membantai serigala batu yang muncul dari depan. Salah satu serigala besar yang masih berdiri di atas bukit tiba-tiba melolong dengan sangat keras.

“ Dia memangggil kawanan lainnya. Berpencar!”

Kami langsung mengikuti instruksi kapten dan berpencar. Aku pergi ke arah seberang sungai dan memasuki pepohonan yang rimbun. Aku tak sempat melihat ke arah mana kapten dan Noel pergi. Dibelakangku mengejar beberapa serigala batu yang tadi menyerang. Kawanan serigala batu kini terpecah, jadi kami lebih mudah untuk menghadapinya. Aku menggapai ranting pohon tebal yang ada di depaanku dan langsung melompat keatas salah satu serigala itu, lalu menusukkan kedua pedang ke punggungnya. Kini tersisa 4 serigala yang masih mengejar.

Aku langsung memanjat pohon dan melompat dari satu pohon ke pohon lainnya sampai akhirnya berada di atas kuda besiku, lalu melompat ke atasnya dan memacu kuda besiku dengan cepat. Dengan kecepatan ini, rasannya sedikit sulit bermanuver di dalam hutan yang berbatu ini. Kuputuskan untuk menghadapi 4 serigala batu itu secara langsung. Aku melompat dari kendaraanku, dan bersembunyi di atas pohon. Serigala ini benar-benar cerdik. Mereka berhenti mengejar kuda besiku dan mengawasi daerah sekitar begitu tahu aku menghilang.

Aku harus cepat menyelesaikan ini dan mencari anggota tim yang lain. Aku yakin kapten akan baik-baik saja. Hanya saja aku khawatir pada noel yang ahli berburu dengan menggunakan jebakan. Kemungkinan dia akan kesulitan bila bertarung secara langsung. Ada salah satu serigala batu yang mendekat dibawahku. Aku langsung melompat dan memenggal kepalanya.

“ Tersisa 3!”

Salah satu dari mereka langsung berlari kearahku dan melompat. Aku menghindari terkamannya ke arah kanan dan langsung berlari ke arah serigala lainnya. Kutusukkan pedang di tangan kiriku kearah kepalanya, dan aku langsung membalikkan badan serta mengayunkan pedang di tangan kananku, dan membelah kepala serigala batu lainnya secara horizontal.

Kini hanya tersisa 1 serigala batu yang melarikan diri. Monster ini memang tidak akan berburu kalau sendirian dan lebih memilih kabur. Mereka hanya kuat saat berkelompok. Itu sebabnya kapten memberi kami perintah untuk berpencar. Kini aku dalam perjalanan kembali ke tepi sungai. Sebelum bertemu yang lain, aku harap bisa membersihkan diriku yang berlumuran darah serigala batu di sungai.

Gua Misterius

Aku yang baru sampai di sungai langsung membersihkan diri.

“ Rasanya sangat lengket!"

Setelah selesai, aku langsung pergi ke tempat awal kami berpisah tadi, namun tidak ada seorang pun yang kulihat baik kapten maupun Noel. Aku hanya menemukan tulisan di atas tanah.

'Bertemu di ujung bukit batu! Kami menunggu disana.'

Sepertinya aku terlalu lama dan ditinggalkan oleh mereka.

Aku langsung bergerak untuk menyusul. Walaupun sudah biasa bergerak sendiri, namun di medan yang asing seperti ini rasanya sedikit menakutkan. Kapten pernah bilang area ini berbahaya karena dihuni banyak monster kan?

“ Tega-teganya meninggalkanku sendirian.”

Aku terus memacu kendaraanku, berharap bisa mengejar mereka. Sampai tiba-tiba aku tertabrak sesuatu dengan keras dari arah kiriku. Aku pun terpental dari tungganganku dan jatuh di atas bebatuan tepi sungai. Aku langsung bangun dan sadar tangan kiriku tidak bisa digerakkan.

“ Sial! Tangan kiriku terkilir!”

Aku melihat apa yang menabrakku. Ternyata itu adalah kelinci tanduk. Seperti namanya, monster ini mempunyai bentuk seperti kelinci, namun dengan ukuran tubuh seperti manusia dewasa dan memilik sepasang tanduk besar yang bercabang di atas kepalanya. Monster ini adalah karnivora khas pegunungan. Mereka berburu dengan menabrakkan tanduk besarnya pada target, membuat target pingsan, lalu memakannya. Aku segera mengeluarkan pedang di punggung tangan kananku dan bersiap bertarung.

Kelinci itu langsung melompat ke arahku tanpa memberi aba-aba. Aku yang terkejut langsung menghindar kearah kanan tanpa pikir panjang. Dia berhenti dan kembali melompat ke arahku. Memang gerakannya termasuk cepat. Namun, respon dan kecepatanku berada di atasnya. Kali ini aku maju dan belari ke arahnya. Sambil menghindari serangannya ke arah kanan, kutusukkan pedangku ke bagian perut sampingnya. Monster itu langsung terjatuh tanpa bergerak lagi. Sepertinya sudah selesai?

“ Dasar monster sial! Akan kumakan kau!”

Aku membedah kelinci tanduk dan bersiap memanggangnya di atas api. Sambil menunggu daging kelinci ini matang, aku memperbaiki posisi tulang pundak kiriku yang tadi terkilir. Untuk seorang hunter, mendapat luka seperti ini sudah biasa, begitupun aku. Aku beristirahat sejenak setelah selesai makan. Tanganku sudah kembali bisa digerakkan.

“ Biarlah kapten dan Noel menunggu sedikit lama. Siapa suruh meninggalkanku sendirian!”

Setelah merasa cukup mengisi tenaga, aku melanjutkan perjalanan. Aku mengambil jalan sedikit memutar untuk menikmati pemandangan yang luar biasa di bukit duri ini. Rentetan bukit duri ini sangat luar biasa menurutku, seperti bukan dibumi rasanya.

Aku berhenti di salah satu kaki bukit karena melihat gua aneh yang mengarah ke dalam tanah. Gua ini berbentuk diagonal ke arah bawah bukit. Yang membuatku penasaran, ada angin yang bertiup dari dalam gua ini. Aku sempat ragu untuk memasukki gua ini. Namun bukan penjelajah namanya kalau tidak menjelajahi area yang baru ditemukan. Aku meninggalkan kuda besiku di dekat mulut gua, dan masuk kedalam secara hati-hati. Gua ini sepertinya bukan buatan seseorang, melainkan dibuat langsung oleh alam.

aku memperhatikan sekeliling gua sambil menyusurinya. Kurasa, gua ini tercipta dari tabrakan antara dua lempengan bumi. Namun aku tak pernah dengar ada gua di area bukit duri ini. Di dalam peta pun tak pernah ditunjukan ada gua di bukit duri. Semakin dalam, jalan masuk ini semakin curam, dan hembusan angin dari dalam gua ini semakin terasa dingin.

Rasanya sudah beberapa jam aku berjalan dalam gua yang semakin dingin ini, namun aku belum menemukan pusat dari gua dan sumber angin yang entah darimana. Aku menemukan beberapa tulang belulang monster di dalam gua ini. Setelah beberapa lama, akhirnya aku sampai di sebuah ruangan yang sangat besar yang dipenuhi semacam batu Kristal yang menjulang dari atap dan lantai gua. Aku sempat memperhatikan kristal yang begitu cantik ini. Ada beberapa warna yang kutemukan di dalam gua ini, namun warna merahlah yang paling indah menurutku. Lebih bercahaya dan menonjol dibanding kristal dengan warna lain. Aku masih belum menemukan sumber angin yang bertiup. Karena itu aku masih terus melanjutkan penjelajahanku dalam gua ini.

“ setelah kembali dari misi aku akan mampir lagi kesini untuk mengambil Kristal, dan kuberikan pada professor untuk diteliti.”

Aku sampai di ujung ruangan indah ini,dan dihadapkan dengan lorong bercabang. Kedua lorong gua ini sama-sama menghembuskan angin. Aku hanya asal memilih dan mulai menyusuri lorong gua yang ada di sebelah kanan. Sama seperti saat memasuki gua tadi, lorong ini berbentuk diagonal dan mengarahkanku semakin jauh ke dalam tanah.

Setelah beberapa lama menyusuri lorong, akhirnya aku sampai di ujungnya. Kini aku ada dihadapan jurang dengan lebar sekitar 3 meter yang dasarnya tak terlihat. Ku ambil tulang dari monster yang ada di sekitar lalu kujatuhkan ke dalam jurang itu. Namun tak terdengar suara apapun.

“ rasanya jurang ini begitu dalam!”

Aku mundur beberapa meter, mengambil ancang-ancang, berlari ke arah jurang, dan melompatnya. Kini aku ada dibagian lain jurang ini. Di bagian lain ini ada lorong pendek yang aku lalui dan setelah lorong pendek ini, aku menemukan ruangan lagi seperti sebelumnya. Namun tak ada kristal dalam ruangan ini. Hanya ada jamur dan tanaman aneh yang berbunga dan mengeluarkan cahaya tipis. Setelah kudekati dan kuperhatikan, ternyata cahaya itu bukan dari tanaman itu, namun dari semacam serbuk tipis yang menutupinya. Karena bukan bidangku, aku tak ingin tahu apa itu. Aku langsung melanjutkan penjelajahanku.

rasanya aku semakin jauh dari permukaan tanah. Di sini suhunya mulai terasa panas. Setelah berjalan terus, aku menemukan beberapa peninggalan masa lalu dalam ruangan ini. Ada pilar besi yang sudah ditutupi karat, kendaraan masa lalu yang masih menggunakan roda, dan sedikit bekas bangunan. Penjelajahanku semakin menarik, dan membuat rasa penasaranku semakin besar.

Semakin kedalam, semakin banyak peninggalan dari masa sebelum kehancuran yang kutemukan. Sepertinya, dimasa lalu ini adalah sebuah kota.

“ aku harus mengajak profesor kesini kapan-kapan!”

Setelah sampai di ujung ruangan, aku kembali menemukan jurang. Namun kali ini ada sungai yang sangat deras di bawahnya. Aku putuskan untuk berjalan mengikuti arus sungai ini, dan lagi-lagi aku melewati jalan yang menurun. Sungai ini seperti mengeluarkan cahaya yang membuat sekelilingnya menjadi terang. Setelah aku perhatikan, ternyata terdapat banyak kristal di dasar sungai yang tidak dalam namun deras ini. Yang membuatku heran selama menjelajah gua ini, aku tidak menemukan monster apapun. Hanya ada tulang belulang monster yang sering aku temukan.

Setelah menyusuri sungai bawah tanah ini, akhirnya aku sampai di hulu sungai. Ternyata ada danau bawah tanah yang sungguh indah dan luas di sini. Kuputuskan untuk beristirahat karena sudah beberapa jam aku berjalan tanpa henti.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!