NovelToon NovelToon

Dragon Era: Legend of The Dragon Hunter

Memecah Kelompok

Kami bangun sangat pagi dan langsung bersiap untuk melanjutkan perjalanan. Sambil menikmati udara pagi yang masih dingin, kami menyempatkan waktu untuk menikmati teh herbal hangat. Pada saat matahari baru saja mengintip dan member sedikit cahaya hangatnya, kami sudah memacu kuda besi kami dengan cepat. Savana ini tidak berbahaya untuk kami para penjelajah. Di savana ini kebanyakan monsternya adalah herbivore dan mereka tidak akan menyerang bila tidak diganggu.

Aku berharap diperjalanan ini bisa menemukan reruntuhan yang menyimpan harta karun seperti senjata. Kapten kami Afhkar juga memiliki 1 senjata yang biasa kami sebut ancient sword. Senjata yang dia miliki berbentuk pedang besar berwarna biru dan mempunyai satu mata yang sangat tajam namun ringan. Dia bercerita kalau dia menemukan pedang itu tertancap di dalam sebuah danau yang dihuni monster ikan raksasa bergigi seperti manusia. Entah bagaimana dia mengalahkan ikan itu, yang kutahu kapten Afhkar memang terluka sangat parah saat misi itu.

“ Kau hari ini sepertinya sangat bersemangat Noel?”

“ Ya! Aku hanya berharap hari ini akan menakjubkan.”

Bila sesuai rencana, besok siang kami akan keluar dari savana yang seperti surga ini. Kapten memutuskan untuk terus bergerak sampai di ujung savana ini dan beristirahat sebelum masuk ke area baru. Walaupun akan melelahkan, aku rasa itu keputusan yang tepat, karena kami tidak punya banyak waktu.

Tanpa terasa sore hari tiba. Kami masih berada di dalam area savana yang megah ini. Memutuskan untuk beristirahat menikmati daging cherna tangkapan kemarin. Sungguh indah pemandangan sore hari di savana ini. Rerumputan dan semak berwarna hijau yang tertiup angin lembut diselimuti cahaya matahari yang kemerahan, aku rasa tak ada yang keberatan bila disuruh tinggal di area ini.

Setelah selesai makan, kami langsung melanjutkan perjalanan. Matahari mulai bersembunyi digantikan dengan taburan bintang yang memenuhi langit. Udara dingin savana mulai semakin terasa, dan kulihat kapten tidak berencana mengurangi kecepatan. Kami berkendara terus hingga pagi hari, dan akhirnya sampai di ujung savana. Rasanya sulit meninggalkan savana yang seperti surga ini. Sesuai rencana, kami akan beristirahat di ujung savana.

“ Kita akan beristirahat di sini selama 1 hari”

Noel langsung menanggapi perkataan kapten;

“ Kami masih sanggup terus bergerak kapten.”

“ Area ini berbeda dengan savana. Disini berbahaya dan banyak monster. Jadi kita harus menyiapkan stamina.”

Kami mengikuti perintah kapten, dan langsung beristirahat. Kulihat kapten terus mengawasi medan baru yang akan kami lewati nanti. Sebenarnya aku penasaran dan ingin memantau juga. Namun yang lebih penting sekarang adalah memulihkan stamina agar tidak menyulitkan perjalanan tim kami. Seperti sebelumnya, kami bergantian berjaga saat malam. Paginya aku dibangunkan oleh Noel. Kapten menyuruh kami berkumpul untuk menyusun strategi melewati area baru ini.

Area ini disebut bukit duri. Di area yang sangat luas ini terdapat bukit-bukit yang menjulang dan runcing menghadap ke atas seperti duri. Di area ini terdapat banyak monster yang berbahaya, baik kecil maupun besar. Kapten bilang, jalur paling cepat adalah dengan menyusuri bagian bawah bukit duri yang ada sungai di dekatnya. Namun jalannya sangat berbatu dan kita akan jadi sasaran empuk monster bila kurang waspada.

“ Kita akan berjalan beriringan dengan formasi Noel di depan, Livy di tengah, dan aku di belakang. Noel fokus mengawasi bagian depan, Livy perhatikan kanan dan kiri, sementara aku akan mengawasi bagian belakang dan daerah atas bukit! Semoga keberuntungan menyertai kita.“

Setelah mendapat arahan, kami langsung bergerak sesuai instruksi kapten. Turun ke dasar bukit dan bergerak mengikuti arus sungai. Setelah melihat dari dekat, bukit duri ini terlihat unik menurutku. Seperti di tekan dari dalam bumi hingga menjulang ke atas. Entah bencana apa yang bisa membuat struktur alam seperti ini.

Noel tiba-tiba berkata;

“ Kita sedang diawasi! Hati-hati!”

Kapten membalas perkataan Noel;

“ Serigala batu!"

Monster ini berbentuk seperti anjing yang memiliki bulu runcing dan keras seperti batu. Mereka berburu dalam kelompok dan monster yang sangat cerdas. setelah memperhatikan bukit-bukit yang ada di atas kami, aku pun sadar sedang di kepung dari sisi kanan dan kiri. Aku tak tahu persis jumlah mereka, tapi yang jelas ada lebih dari 10 ekor serigala batu yang siap menyerang kami. Kami bersiap untuk pertarungan, dan sejak tadi Noel sudah mengeluarkaan pedang di kedua punggung tangannya. Kapten pun sudah mencabut ancient sword dari punggungnya dan bersaiap. Kami semua turun dari kuda besi kami, dan bersiap untuk pertempuran.

Tiba-tiba ada 1 serigala batu yang melompat dari arah kanan, dan aku pun langsung bereaksi dengan melompat dan menusuk kepala serigala batu itu sebelum mencapai tanah. Serigala lain pun menyerang secara bersamaan! Kami dalam bahaya! Aku memfokuskan serangan pada serigala batu yang datang dari arah samping, sedangkan Noel sedang fokus membantai serigala batu yang muncul dari depan. Salah satu serigala besar yang masih berdiri di atas bukit tiba-tiba melolong dengan sangat keras.

“ Dia memangggil kawanan lainnya. Berpencar!”

Kami langsung mengikuti instruksi kapten dan berpencar. Aku pergi ke arah seberang sungai dan memasuki pepohonan yang rimbun. Aku tak sempat melihat ke arah mana kapten dan Noel pergi. Dibelakangku mengejar beberapa serigala batu yang tadi menyerang. Kawanan serigala batu kini terpecah, jadi kami lebih mudah untuk menghadapinya. Aku menggapai ranting pohon tebal yang ada di depaanku dan langsung melompat keatas salah satu serigala itu, lalu menusukkan kedua pedang ke punggungnya. Kini tersisa 4 serigala yang masih mengejar.

Aku langsung memanjat pohon dan melompat dari satu pohon ke pohon lainnya sampai akhirnya berada di atas kuda besiku, lalu melompat ke atasnya dan memacu kuda besiku dengan cepat. Dengan kecepatan ini, rasannya sedikit sulit bermanuver di dalam hutan yang berbatu ini. Kuputuskan untuk menghadapi 4 serigala batu itu secara langsung. Aku melompat dari kendaraanku, dan bersembunyi di atas pohon. Serigala ini benar-benar cerdik. Mereka berhenti mengejar kuda besiku dan mengawasi daerah sekitar begitu tahu aku menghilang.

Aku harus cepat menyelesaikan ini dan mencari anggota tim yang lain. Aku yakin kapten akan baik-baik saja. Hanya saja aku khawatir pada noel yang ahli berburu dengan menggunakan jebakan. Kemungkinan dia akan kesulitan bila bertarung secara langsung. Ada salah satu serigala batu yang mendekat dibawahku. Aku langsung melompat dan memenggal kepalanya.

“ Tersisa 3!”

Salah satu dari mereka langsung berlari kearahku dan melompat. Aku menghindari terkamannya ke arah kanan dan langsung berlari ke arah serigala lainnya. Kutusukkan pedang di tangan kiriku kearah kepalanya, dan aku langsung membalikkan badan serta mengayunkan pedang di tangan kananku, dan membelah kepala serigala batu lainnya secara horizontal.

Kini hanya tersisa 1 serigala batu yang melarikan diri. Monster ini memang tidak akan berburu kalau sendirian dan lebih memilih kabur. Mereka hanya kuat saat berkelompok. Itu sebabnya kapten memberi kami perintah untuk berpencar. Kini aku dalam perjalanan kembali ke tepi sungai. Sebelum bertemu yang lain, aku harap bisa membersihkan diriku yang berlumuran darah serigala batu di sungai.

Gua Misterius

Aku yang baru sampai di sungai langsung membersihkan diri.

“ Rasanya sangat lengket!"

Setelah selesai, aku langsung pergi ke tempat awal kami berpisah tadi, namun tidak ada seorang pun yang kulihat baik kapten maupun Noel. Aku hanya menemukan tulisan di atas tanah.

'Bertemu di ujung bukit batu! Kami menunggu disana.'

Sepertinya aku terlalu lama dan ditinggalkan oleh mereka.

Aku langsung bergerak untuk menyusul. Walaupun sudah biasa bergerak sendiri, namun di medan yang asing seperti ini rasanya sedikit menakutkan. Kapten pernah bilang area ini berbahaya karena dihuni banyak monster kan?

“ Tega-teganya meninggalkanku sendirian.”

Aku terus memacu kendaraanku, berharap bisa mengejar mereka. Sampai tiba-tiba aku tertabrak sesuatu dengan keras dari arah kiriku. Aku pun terpental dari tungganganku dan jatuh di atas bebatuan tepi sungai. Aku langsung bangun dan sadar tangan kiriku tidak bisa digerakkan.

“ Sial! Tangan kiriku terkilir!”

Aku melihat apa yang menabrakku. Ternyata itu adalah kelinci tanduk. Seperti namanya, monster ini mempunyai bentuk seperti kelinci, namun dengan ukuran tubuh seperti manusia dewasa dan memilik sepasang tanduk besar yang bercabang di atas kepalanya. Monster ini adalah karnivora khas pegunungan. Mereka berburu dengan menabrakkan tanduk besarnya pada target, membuat target pingsan, lalu memakannya. Aku segera mengeluarkan pedang di punggung tangan kananku dan bersiap bertarung.

Kelinci itu langsung melompat ke arahku tanpa memberi aba-aba. Aku yang terkejut langsung menghindar kearah kanan tanpa pikir panjang. Dia berhenti dan kembali melompat ke arahku. Memang gerakannya termasuk cepat. Namun, respon dan kecepatanku berada di atasnya. Kali ini aku maju dan belari ke arahnya. Sambil menghindari serangannya ke arah kanan, kutusukkan pedangku ke bagian perut sampingnya. Monster itu langsung terjatuh tanpa bergerak lagi. Sepertinya sudah selesai?

“ Dasar monster sial! Akan kumakan kau!”

Aku membedah kelinci tanduk dan bersiap memanggangnya di atas api. Sambil menunggu daging kelinci ini matang, aku memperbaiki posisi tulang pundak kiriku yang tadi terkilir. Untuk seorang hunter, mendapat luka seperti ini sudah biasa, begitupun aku. Aku beristirahat sejenak setelah selesai makan. Tanganku sudah kembali bisa digerakkan.

“ Biarlah kapten dan Noel menunggu sedikit lama. Siapa suruh meninggalkanku sendirian!”

Setelah merasa cukup mengisi tenaga, aku melanjutkan perjalanan. Aku mengambil jalan sedikit memutar untuk menikmati pemandangan yang luar biasa di bukit duri ini. Rentetan bukit duri ini sangat luar biasa menurutku, seperti bukan dibumi rasanya.

Aku berhenti di salah satu kaki bukit karena melihat gua aneh yang mengarah ke dalam tanah. Gua ini berbentuk diagonal ke arah bawah bukit. Yang membuatku penasaran, ada angin yang bertiup dari dalam gua ini. Aku sempat ragu untuk memasukki gua ini. Namun bukan penjelajah namanya kalau tidak menjelajahi area yang baru ditemukan. Aku meninggalkan kuda besiku di dekat mulut gua, dan masuk kedalam secara hati-hati. Gua ini sepertinya bukan buatan seseorang, melainkan dibuat langsung oleh alam.

aku memperhatikan sekeliling gua sambil menyusurinya. Kurasa, gua ini tercipta dari tabrakan antara dua lempengan bumi. Namun aku tak pernah dengar ada gua di area bukit duri ini. Di dalam peta pun tak pernah ditunjukan ada gua di bukit duri. Semakin dalam, jalan masuk ini semakin curam, dan hembusan angin dari dalam gua ini semakin terasa dingin.

Rasanya sudah beberapa jam aku berjalan dalam gua yang semakin dingin ini, namun aku belum menemukan pusat dari gua dan sumber angin yang entah darimana. Aku menemukan beberapa tulang belulang monster di dalam gua ini. Setelah beberapa lama, akhirnya aku sampai di sebuah ruangan yang sangat besar yang dipenuhi semacam batu Kristal yang menjulang dari atap dan lantai gua. Aku sempat memperhatikan kristal yang begitu cantik ini. Ada beberapa warna yang kutemukan di dalam gua ini, namun warna merahlah yang paling indah menurutku. Lebih bercahaya dan menonjol dibanding kristal dengan warna lain. Aku masih belum menemukan sumber angin yang bertiup. Karena itu aku masih terus melanjutkan penjelajahanku dalam gua ini.

“ setelah kembali dari misi aku akan mampir lagi kesini untuk mengambil Kristal, dan kuberikan pada professor untuk diteliti.”

Aku sampai di ujung ruangan indah ini,dan dihadapkan dengan lorong bercabang. Kedua lorong gua ini sama-sama menghembuskan angin. Aku hanya asal memilih dan mulai menyusuri lorong gua yang ada di sebelah kanan. Sama seperti saat memasuki gua tadi, lorong ini berbentuk diagonal dan mengarahkanku semakin jauh ke dalam tanah.

Setelah beberapa lama menyusuri lorong, akhirnya aku sampai di ujungnya. Kini aku ada dihadapan jurang dengan lebar sekitar 3 meter yang dasarnya tak terlihat. Ku ambil tulang dari monster yang ada di sekitar lalu kujatuhkan ke dalam jurang itu. Namun tak terdengar suara apapun.

“ rasanya jurang ini begitu dalam!”

Aku mundur beberapa meter, mengambil ancang-ancang, berlari ke arah jurang, dan melompatnya. Kini aku ada dibagian lain jurang ini. Di bagian lain ini ada lorong pendek yang aku lalui dan setelah lorong pendek ini, aku menemukan ruangan lagi seperti sebelumnya. Namun tak ada kristal dalam ruangan ini. Hanya ada jamur dan tanaman aneh yang berbunga dan mengeluarkan cahaya tipis. Setelah kudekati dan kuperhatikan, ternyata cahaya itu bukan dari tanaman itu, namun dari semacam serbuk tipis yang menutupinya. Karena bukan bidangku, aku tak ingin tahu apa itu. Aku langsung melanjutkan penjelajahanku.

rasanya aku semakin jauh dari permukaan tanah. Di sini suhunya mulai terasa panas. Setelah berjalan terus, aku menemukan beberapa peninggalan masa lalu dalam ruangan ini. Ada pilar besi yang sudah ditutupi karat, kendaraan masa lalu yang masih menggunakan roda, dan sedikit bekas bangunan. Penjelajahanku semakin menarik, dan membuat rasa penasaranku semakin besar.

Semakin kedalam, semakin banyak peninggalan dari masa sebelum kehancuran yang kutemukan. Sepertinya, dimasa lalu ini adalah sebuah kota.

“ aku harus mengajak profesor kesini kapan-kapan!”

Setelah sampai di ujung ruangan, aku kembali menemukan jurang. Namun kali ini ada sungai yang sangat deras di bawahnya. Aku putuskan untuk berjalan mengikuti arus sungai ini, dan lagi-lagi aku melewati jalan yang menurun. Sungai ini seperti mengeluarkan cahaya yang membuat sekelilingnya menjadi terang. Setelah aku perhatikan, ternyata terdapat banyak kristal di dasar sungai yang tidak dalam namun deras ini. Yang membuatku heran selama menjelajah gua ini, aku tidak menemukan monster apapun. Hanya ada tulang belulang monster yang sering aku temukan.

Setelah menyusuri sungai bawah tanah ini, akhirnya aku sampai di hulu sungai. Ternyata ada danau bawah tanah yang sungguh indah dan luas di sini. Kuputuskan untuk beristirahat karena sudah beberapa jam aku berjalan tanpa henti.

Pertarungan di Bawah Tanah

Setelah beristirahat aku kembali menyusuri gua ini. Menjelajahi bagian pinggir danau yang luas ini dan mencari jalan yang bisa kulalui. Aku tak ingin memeriksa danau ini lebih lanjut karena aku tak bisa menyelam. Setelah mengitari setengah dari danau yang luas ini akhirnya aku menemukan jalan lagi yang membawaku ke tempat yang tak pernah kupercaya akan ada di dalam tanah.

Aku menemukan hutan yang ditumbuhi pohon. Di aliri sungai yang lebih kecil dan tidak terlalu deras. Hutan ini lumayan luas dan benar-benar ditumbuhi dedaunan. Di atap gua ini terdapat Kristal-kristal yang bersinar terang. Mungkin karena itu tumbuhan bisa berfotosintesis disini. Walaupun aku tak tahu darimana Kristal itu bisa memantulkan cahaya. Aku menyusuri hutan ini dan tak menemukan hal yang berbahaya. Ditumbuhi pepohonan yang lebat dan hanya dihuni banyak salamander kecil disungainya.

Aku terus berjalan dan saat berada di ujung hutan, aku melihat seperti ada bayangan yang bergerak. Kini aku mulai waspada dan mengeluarkan pedang di kedua punggung tanganku. Tidak akan heran di tempat seperti ini bila ada monster yang menghuninya. Bayangan yang bergerak dan suara terdengar dari berbagai arah. Lagi-lagi aku harus bertarung di dalam hutan. Aku segera memanjat salah satu pohon untuk melihat situasi. Tak ada satupun pergerakan. Aku tak menemui apapun selain lubang-lubang berbentuk lingkaran di dinding gua. Aku yang merasa penasaran akhirnya kembali turun dan mendekati lubang itu.

“hm... Lubangnya cukup besar. Bahkan aku pun bisa masuk dengan mudah.”

Aku pun tak mau mengambil resiko untuk masuk kedalam lubang itu, karena sepertinya aku tahu monster apa yang bisa membuat lubang seperti itu dalam jumlah banyak. Tiba-tiba ada suara pergerakan dari arah kanan dan disusul dengan serangan. Akupun menangkisnya dengan pedangku dan mundur ke belakang.

Ternyata benar dugaanku. Monster yang membuat lubang ini adalah tikus tanah berkaki 6. Monster ini berukuran lebih besar dari manusia, memiliki 6 kaki dengan kaki depan memiliki 3 cakar di masing-masing kakinya yang sangat tajam seperti pisau. Kekurangan monster ini adalah tak memiliki mata. Namun memiliki indra penciuman yang luar biasa, dengan hidung yang memiliki tentakel. Walau ukurannya besar, monster ini adalah salah satu monster yang paling mudah dihadapi. Aku segera mengambil kaleng gas yang ada di tas pinggangku, dan mengirisnya hingga kaleng itu bocor, lalu melemparkan kalengnya di dekat tikus tanah itu. Dengan mengacaukan indra penciumannya, moster ini sangat mudah dihadapi. Aku segera berlari ke arahnya dan menusuk kepala tikus itu. Aku segera berlari ke ujung hutan dan meninggalkan area itu karena aku tahu ada banyak tikus berkaki 6 yang tinggal di daerah hutan itu. Terlihat dari banyaknya lubang di dinding gua.

Aku tak memiliki cara untuk mengalahkan tikus tanah berkaki 6 bila mereka muncul dalam jumlah banyak, karena kaleng gas yang tadi adalah satu-satunya yang kupunya. Setelah menyusuri lorong, dan tiba di area selanjutnya, justru bayangan kematian yang menghampiriku.

“ Basilisk, sial!”

Moster ini bisa dibilang raja para reptile. Memiliki ukuran yang besar dan kecepatan yang sulit ditandingi. Namun ada yang aneh dengan basilisk ini. Biasanya basilisk berwarna hitam dengan ekor yang berbentuk seperti pisau dan ukuran kepala yang tidak jauh lebih besar dari tubuhnya. Namun basilisk yang kulihat ini memiliki warna biru dan ekor seperti gumpalan yang mengkilap. Kepalanya juga lebar dan sedikit gepeng.

Walaupun sedikit aneh, monster ini tetap basilisk. Mimpi buruk semua hunter penjelajah. Bahkan untuk hunter yang sudah berpengalaman sekali pun, sangat sedikit yang bisa selamat bila menghadapi monster ini. Monsteri itu langsung dengan cepat datang ke arahku dan ingin langsung menelanku. Aku pun langsung menghindar ke arah kiri depan dan tiba-tiba aku terpental membentur dinding gua. Kini aku tahu kenapa ekornya berbentuk bulat. Kepalaku terasa sangat sakit dan kupingku berdengung seperti di pukul palu yang besar. Aku langsung bangun dan mencoba melarikan diri sambil melihat ke arah monster itu. Sepertinya kepalanya sedikit tersangkut di lorong tempat aku datang tadi.

Aku berusaha lari dari monster ini namun terjatuh. Kepalaku benar-benar terasa sakit. Tanpa sadar darah mengucur menutupi mata kiriku. Kulihat monster itu sudah melepaskan kepalanya yang tersangkut dan mulai datang ke arahku. Aku mengambil suar yang ada di tas pinggangku dan menembakan ke matanya dan langsung berlari walaupun masih sempoyongan. Basilisk itu menjadi semakin liar setelah matanya terkena suar yang aku tembakan tadi, dan sekali lagi mengibaskan ekornya ke arahku. Lagi-lagi aku terkena dan terpental ke arah kiri. Mungkin matanya terluka, dan dia menabrakan kepalanya ke arah batuan sekitar. Aku yang terkena kibasan ekornya terpental dan mulai kesulitan bernafas. Kali ini tulang rusukku patah, dan tangan kananku tak bisa digerakkan. Beruntung ada lorong di tepi gua yang jaraknya dekat denganku.

Aku segera bangun dan berjalan ke lorong itu. Baru selangkah memasuki lorong itu, basilisk kembali mengejarku. Kini dengan mulut terbuka. Aku langsung mengambil granat yang ada di tasku dan melemparnya ke dalam mulut basilisk.

“ Makan ini dasar monster!”

granat langsung meledak dan membuatku terpental. Suara dari ledakan membuat gendang telinga kananku hampir pecah dan berdengung hebat. Aku pun berusaha bangun dan melanjutkan perjalanan. Kondisiku akan semakin parah jika tetap berada dalam gua ini. Aku harus keluar dan meminta pertolongan dari yang lain! Sakit kepalaku semakin parah dan semakin kesulitan bernafas. Aku kehilangan terlalu banyak darah dan cideraku terlalu banyak.beruntung lorong kali ini menanjak. Itu berarti adalah jalan keluar ke permukaan.

Aku terus berjalan dan berusaha tetap sadar. Aku pasti akan tewas ditempat ini bila berhenti dan kehilangan kesadaran. Entah sudah berapa lama aku berjalan, yang aku tau sakit di tubuhku tak berkurang dan justru semakin parah. Aku mulai melihat cahaya di depanku. Semoga itu adalah jalan keluar, karena semakin sulit untukku mempertahankan kesadaran ini. Yang ada dipikiranku saat ini hanya ingin cepat keluar dari sini dan bisa bertemu professor Cage. Hanya sekali saja. Hanya sekali saja aku ingin bertemu lagi dan memanggilnya dengan sebutan Ibu. Dia adalah penyelamatku, orang yang mengadopsiku dari tumpukan sampah, memberikanku tempat tinggal, memberiku pendidikan, dan segalanya untukku. Namun aku terlalu angkuh dan malu untuk memanggilnya Ibu.

Tanpa sadar aku pun menangis dan merindukannya. Aku tak ingin menyesali kematianku di tempat ini. Aku harus bertahan dan pulang untuk menemui ibuku. Sedikit lagi! Sedikit lagi aku bisa keluar.

Setelah keluar aku terduduk disamping mulut gua, dan menyalakan suar. Aku yakin kapten dan Noel pasti melihat suar ini. Aku berusaha keras untuk tetap sadar sampai mereka datang. Sesaat sebelum kesadaranku hilang, kulihat Noel muncul dari kejauhan, yang disusul kapten di belakangnya, dan aku pun pingsan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!