Ikhlas

Satu Minggu sudah dokter Hendra mencari Seira disela-sela kesibukannya sebagai pelayan masyarakat. Selama itu juga ia tak menemui Zafran, baik di rumah ataupun langsung ke gudang berasnya. Terlalu enggan bersitatap dengan laki-laki pecundang itu.

Beberapa hari yang lalu, ia bahkan mendengar kabar tentang rencana pernikahan Zafran dengan gadis selingkuhannya. Tak acuh, dokter Hendra bahkan enggan mendatangi rumahnya lagi meskipun diminta secara langsung.

"Ah, sial! Kemana lagi aku harus cari Sei? Seluruh tempat udah aku datangi, tapi nggak ketemu juga. Ya Allah ... di mana Seira? Dia sendirian di kota ini," umpat laki-laki berkacamata tebal itu seraya membenturkan kepala pada kemudi yang dipegangnya.

Sore itu, lembayung senja memayungi bumi. Di sebuah taman yang dulu sering didatangi Seira, Hendra menepi tepat di depan sebuah pohon dengan danau buatan di bawahnya. Di sanalah Seira seringkali duduk sambil memberi makan ikan-ikan hias yang sengaja ditabur di dalamnya.

Matanya sendu, menatap sedih pada sebuah batu besar yang sering dijadikan tempat duduk oleh gadis itu. Jantungnya berdenyut nyeri, dikala gadis pujaan menolak cinta yang disuguhkannya tepat di bawah pohon tersebut.

Katanya, "Maaf, Mas, tapi aku cinta sama Mas Zafran. Dia juga udah datangin Ibu dan melamar aku. Maaf. Ibu juga udah nerima lamaran Mas Zafran dan bulan depan kami akan menikah."

Setetes air jatuh kala mengingat kalimat penolakan yang merdu lagi syahdu itu. Waktu itu, Hendra melihat pancaran kebahagiaan di matanya. Mencoba yakin bahwa gadis pujaan akan bahagia bersama pilihannya. Ia tersenyum dalam kepahitan, menerima meski hati ingin memaksa.

Memang benar, Hendra sempat merasakan kebahagiaan mereka meskipun setelah lima tahun pernikahan Seira belum juga hamil. Setidaknya sebelum badai itu datang dan Seira menghilang bak ditelan bumi.

Hendra yang tengah larut dalam kenangan masa lalu, dibuyarkan oleh getar ponsel di sakunya. Panggilan dari rumah sakit, pastilah keadaan mendesak dan darurat. Ia lekas mengangkatnya dan mendengarkan.

"Dokter, ada pasien darurat dan membutuhkan penanganan khusus. Segeralah ke rumah sakit, Dokter!"

Hendra tidak menyahut, ia mematikan ponsel dan menjalankan mobilnya meninggalkan taman penuh kenangan itu. Bagaimanapun, panggilan itu adalah sebuah tanggung jawab untuknya.

Tak lama setelah mobil Hendra pergi, dua wanita berbeda usia muncul. Langkah mereka beriringan, dan salah satunya duduk di atas batu tempat biasa ia menikmati senja hari.

"Udah lama aku nggak dateng ke sini, nggak kerasa ikan-ikannya udah pada gede," celetuk wanita yang mengenakan daster dengan motif bunga mawar sambil memainkan air danau yang terasa sejuk. Sesekali akan menyelipkan anak-anak rambut yang nakal ke belakang telinga.

"Itu karena Non terlalu sibuk mengurus rumah, sampe-sampe nggak ada waktu buat main," sahut wanita lainnya yang lebih tua.

Wanita itu tersenyum mengingat semua kenangan yang pernah dilalui di danau tersebut. Ada satu kenangan yang masih melekat dalam ingatan hingga saat ini, dan seringkali membuatnya bingung sendiri.

"Dulu, mas Hendra melamar aku di danau ini, tapi aku menolak karena cinta sama Mas Zafran. Bukan ... bukan aku menyesal karena memilih Mas Zafran, tapi aku cuma heran aja. Kenapa sampe sekarang Mas Hendra belum juga nikah, ya, Bi? Padahal, umurnya udah lebih dari cukup," ucapnya sembari menghela napas berat.

Bi Sari melangkah, berdiri di sisinya. Ia menjatuhkan pandangan pada sekelompok ikan yang saling berebut roti dari Seira.

"Yah, mungkin belum ada jodohnya, Non. Orang baik kayak Dokter Hendra pasti dapat perempuan yang baik juga. Mudah-mudahan Non juga dapat pengganti yang lebih baik lagi dari Tuan," ujar Bi Sari sambil melempar lirikan pada majikan yang mengulas senyum manis.

"Bibi bener, Mas Hendra emang baik. Sama kayak Mas Zafran dulu, makanya waktu itu aku yakin menikah sama dia. Ya, kalo sekarang Mas Zafran berubah, bukan berarti dia nggak baik. Cuma mungkin aku yang harus introspeksi diri buat ke depannya. Belajar dari setiap kejadian, supaya kesalahan yang pernah aku lakukan nggak terulang lagi," ucapnya sambil terus menyemat senyum di bibir.

Bi Sari menggelengkan kepala, rasa di hatinya mengharu-biru. Sungguh ia bersyukur mendapat majikan yang baik hati seperti Seira.

"Non emang hebat, hati Non nggak pernah dendam sama siapa pun. Bibi rasanya malu, sempat mengutuk Tuan di hati. Maafin Bibi, Non," ungkap Bi Sari sembari berjongkok di samping Seira duduk.

Wanita lembut itu menundukkan pandangan, tangannya dengan lembut menyentuh kedua bahu Bi Sari seraya memintanya untuk bangun.

"Kita nggak seharusnya menyimpan dendam, yang udah terjadi emang itu yang harus kita jalanin. Nggak perlu menyesal karena kita nggak pernah tahu cerita apa yang menunggu kita di depan nanti," tuturnya benar-benar membuat hati Bi Sari sadar sesadar-sadarnya.

Helaan napas lembut terhembus dari arahnya, sambil menengadah ia berkata, "Udah mau Maghrib, Bi. Kita pulang, yuk!"

Ia menurunkan pandangan, tersenyum pada wanita paruh baya yang tak lepas dari menatapnya itu. Bi Sari mengangguk patuh, dan membantu Seira berdiri. Dengan penuh kehati-hatian, keduanya meninggalkan taman yang dipenuhi dengan kenangan itu.

Sementara di rumah Zafran, keadaan dipenuhi sanak saudara, baik yang jauh maupun yang dekat. Kesibukan terlihat jelas di rumah besar itu menghadapi acara pernikahan kedua Zafran dengan Lita bahkan keluarga mempelai wanita pun turut hadir membantu kelancaran acara tersebut.

"Kamu hebat banget, Lita. Bisa dapet suami kaya kayak begini, Ibu bangga sama kamu," ujar wanita paruh baya dengan wajah sumringah lantaran senang bisa berbesan dengan orang kaya.

"Iya, Bapak jadi nggak perlu susah-susah kerja bangunan lagi. Tinggal minta duit aja sama kamu, masa kamu nggak mau kasih orang tua," sahut suara laki-laki dengan rambutnya yang beruban. Riak wajahnya tak jauh beda dengan si wanita tadi.

"Iya, udah, Bapak sama Ibu tenang aja. Nanti aku kirimin uang tiap bulan, tapi jangan boros-boros, ya. Aku nggak enak soalnya sama Mas Zafran," ucap Lita menatap pantulan kedua orang tuanya di dalam cermin.

"Iya, iya, kamu tenang aja. Ibu sama Bapak nggak bakal boros, kok. Yang penting, kita ini nggak usah capek-capek kerja. Udah tua," jawab sang Ibu sumringah.

Keduanya memeluk Lita, anak kesayangan sekaligus kebanggan mereka berdua.

"Tapi, aku jadi mikirin nasib Sei. Gimana, ya? Dia, kan, udah nggak punya siapa-siapa di sini. Rumahnya juga udah dijual, sekarang dia di mana coba?" racau Lita seolah-olah peduli pada nasib mantan sahabatnya.

Ibu dan Bapaknya menjauhkan diri dari tubuh Lita, menatap tak suka pada wajah sendu sang anak di cermin.

"Halah, udah biarin aja. Ngapain juga kamu mikirin perempuan yang nggak bisa hamil itu. Pikirin aja diri kamu sendiri sama anak yang ada di dalam kandungan kamu. Biar sehat terus, supaya kamu juga bisa dapat warisan yang banyak dari suami kamu," balas sang Ibu setengah berbisik di telinga Lita.

Senyum jahat tercetak jelas di wajah cantik Lita, kedua mata memicing tajam, dalam hati bertekad akan menuruti semua ucapan sang Ibu.

"Kamu harus banyak istirahat, besok akad nikah kamu. Jangan sampe kelihatan loyo akibat kurang tidur. Ibu sama Bapak juga mau turun ke kamar tamu, tidur yang nyenyak, ya." Ia mengusap bahu Lita sambil tersenyum.

Keduanya meninggalkan kamar sang anak yang sebenarnya masih berada di deretan kamar tamu. Berbaur dengan memasang wajah ramah di hadapan semua orang.

Terpopuler

Comments

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

owalaaaa .... ternyata mak lampir ibunya Zafran punya kembaran mak tuyul ibunya Lita ...
cucok lah ...

2022-12-20

1

Gini Antika

Gini Antika

buah jatuh tak jauh dari pohonnya...tapi aku lebih setuju kalau hasil didikan yg salah maka mengasilkan yg salah juga dan merugikan
seorang pelacurpun dalam hatinya tak menginginkan anaknya jadi pela cur karana keadaan yg memaksa

2022-12-08

0

Windy Dewanti

Windy Dewanti

semoga dokter hendra jd jodoh seira

2022-10-29

0

lihat semua
Episodes
1 Kabar Baik atau Buruk?
2 Pengkhianatan
3 Kemalangan
4 Tak Acuh
5 Sebuah Derita
6 Zafran dan Jago
7 Semuanya Hancur
8 Kenangan Indah Itu
9 Dibuang
10 Pergi
11 Mencari Seira
12 Rindu
13 Perang Batin
14 Kecurigaan
15 Bukan Sei
16 Yang Sebenarnya
17 Ikhlas
18 Seira Pergi
19 Tertinggal Bus
20 Dia Tetap Milikku!
21 Pergulatan
22 Suasana Subuh
23 Keadaan Zafran
24 Penampilan
25 Lagi-lagi Seira
26 Taruhan
27 Was-was
28 Hendra dan Hubungannya
29 Masalah
30 Kehidupan Seira
31 Kebahagiaan Menjadi Ayah
32 Kemarahan Zafran
33 Bertemu Hendra
34 Kebetulan
35 Restu Ibu
36 Kenangan Masa Lalu
37 Rencana Berhasil
38 Semakin Rumit
39 Dua Wanita Lawan Satu.
40 Bersamaan
41 Tak Ingin Bercerai
42 Rasa Khas Sebuah Kue
43 Menuntaskan Rasa Penasaran
44 Sadar
45 Pada Hari Ulang Tahun Naina
46 Perjuangan Dan Kehancuran
47 Perlahan Hancur
48 Frustasi
49 Pertemuan Tak Terduga
50 Malam Kembali Memanas
51 Senyum Kebahagiaan
52 Side Story' Seira
53 Bukan Papah Rayan
54 Seperti Apa Jakarta
55 Pulang
56 Pertemuan Pertama
57 Bertemu Lagi
58 Ibu Pulang
59 Perasaan Seira, Perasaan Biya
60 Bertemu Siapa?
61 Tak Lekang Oleh Waktu
62 Kenyataan
63 Anak Itu ....
64 Panik
65 Antara Lega dan Malu
66 Kenyataan Pahit
67 Siapa Laki-laki Itu?
68 Dugaan
69 Penyesalan Terdalam
70 Naina Yang Malang
71 Apa Lagi?
72 Nasib
73 Semakin Aneh
74 Hamil?
75 Anak Tetaplah Anak
76 Kesialan
77 Kesialan II
78 Kabar Terbaru
79 Sadar?
80 Sebuah Nama Berharga
81 Bertemu Teman Lama
82 Bertemu Teman Lama II
83 Pada Waktu Itu ....
84 Ditolak
85 Malu
86 Berakhir
87 Lebih Busuk
88 Hari Itu ....
89 Pelangi Setelah Badai
90 Gadis Kecil Di Toko Kue
91 Siapa Lagi?
92 Bertemu Lagi
93 Gadis Kecil Itu
94 Keadaan Berbalik
95 Ingin Kembali
96 Kenangan
97 Tidak Jadi
98 Fathiya
99 Anak Itu
100 Sesosok Luka
101 Yang Buruk Tak Selalu Buruk
102 Bertemu
103 Hati Yang Retak
104 Perlahan Mengerti
105 Ikhlas II
106 Beberapa Hari Berlalu
107 Permohonan Gadis Kecil
108 Tak Bisa Pergi
109 Sebuah Surat
110 Bertemu Luka
111 Bertemu Muka
112 Memaafkan dan Mengikhlaskan
113 Akan Bertemu Rayan
114 Tidak Sekarang
115 Kontak Batin
116 Bukan Aids
117 Reuni
118 Keputusan
119 Kemauan Zafran
120 Tempat Ibu
121 Mencari Biang Masalah
122 Bertemu
123 Peringatan
124 Aku dan Kamu
125 Berbicara
126 Bertemu Lita
127 Sebuah Acara
128 Kenyataan
129 Ketakutan Hendra
130 Perubahan Seira
131 Tekad Zafran
132 Penolakan Rayan
133 Penolakan Rayan II
134 Diluar Dugaan
135 Mencoba Mengakhiri Hidup
136 Membuat Ulah
137 Dampak Berita Zafran
138 Tersangka
139 Tersangka Baru
140 Diburu
141 Tersangka Utama
142 Menuntaskan Masalah
143 Klarifikasi
144 Tuntas!
145 Pertemuan
146 Ingin Bertemu Naina
147 Naina Anakku.
148 Waktu Berdua
149 Doa Ibu
150 Hari Yang Ditunggu
151 Berkumpul
152 Kebahagiaan yang Tiada Tara
153 Rahasia Besar Fatih
154 Akhir Sebuah Kisah
155 Akhir Cerita (End)
156 Ekstra Part. Perpisahan
157 Pengumuman
Episodes

Updated 157 Episodes

1
Kabar Baik atau Buruk?
2
Pengkhianatan
3
Kemalangan
4
Tak Acuh
5
Sebuah Derita
6
Zafran dan Jago
7
Semuanya Hancur
8
Kenangan Indah Itu
9
Dibuang
10
Pergi
11
Mencari Seira
12
Rindu
13
Perang Batin
14
Kecurigaan
15
Bukan Sei
16
Yang Sebenarnya
17
Ikhlas
18
Seira Pergi
19
Tertinggal Bus
20
Dia Tetap Milikku!
21
Pergulatan
22
Suasana Subuh
23
Keadaan Zafran
24
Penampilan
25
Lagi-lagi Seira
26
Taruhan
27
Was-was
28
Hendra dan Hubungannya
29
Masalah
30
Kehidupan Seira
31
Kebahagiaan Menjadi Ayah
32
Kemarahan Zafran
33
Bertemu Hendra
34
Kebetulan
35
Restu Ibu
36
Kenangan Masa Lalu
37
Rencana Berhasil
38
Semakin Rumit
39
Dua Wanita Lawan Satu.
40
Bersamaan
41
Tak Ingin Bercerai
42
Rasa Khas Sebuah Kue
43
Menuntaskan Rasa Penasaran
44
Sadar
45
Pada Hari Ulang Tahun Naina
46
Perjuangan Dan Kehancuran
47
Perlahan Hancur
48
Frustasi
49
Pertemuan Tak Terduga
50
Malam Kembali Memanas
51
Senyum Kebahagiaan
52
Side Story' Seira
53
Bukan Papah Rayan
54
Seperti Apa Jakarta
55
Pulang
56
Pertemuan Pertama
57
Bertemu Lagi
58
Ibu Pulang
59
Perasaan Seira, Perasaan Biya
60
Bertemu Siapa?
61
Tak Lekang Oleh Waktu
62
Kenyataan
63
Anak Itu ....
64
Panik
65
Antara Lega dan Malu
66
Kenyataan Pahit
67
Siapa Laki-laki Itu?
68
Dugaan
69
Penyesalan Terdalam
70
Naina Yang Malang
71
Apa Lagi?
72
Nasib
73
Semakin Aneh
74
Hamil?
75
Anak Tetaplah Anak
76
Kesialan
77
Kesialan II
78
Kabar Terbaru
79
Sadar?
80
Sebuah Nama Berharga
81
Bertemu Teman Lama
82
Bertemu Teman Lama II
83
Pada Waktu Itu ....
84
Ditolak
85
Malu
86
Berakhir
87
Lebih Busuk
88
Hari Itu ....
89
Pelangi Setelah Badai
90
Gadis Kecil Di Toko Kue
91
Siapa Lagi?
92
Bertemu Lagi
93
Gadis Kecil Itu
94
Keadaan Berbalik
95
Ingin Kembali
96
Kenangan
97
Tidak Jadi
98
Fathiya
99
Anak Itu
100
Sesosok Luka
101
Yang Buruk Tak Selalu Buruk
102
Bertemu
103
Hati Yang Retak
104
Perlahan Mengerti
105
Ikhlas II
106
Beberapa Hari Berlalu
107
Permohonan Gadis Kecil
108
Tak Bisa Pergi
109
Sebuah Surat
110
Bertemu Luka
111
Bertemu Muka
112
Memaafkan dan Mengikhlaskan
113
Akan Bertemu Rayan
114
Tidak Sekarang
115
Kontak Batin
116
Bukan Aids
117
Reuni
118
Keputusan
119
Kemauan Zafran
120
Tempat Ibu
121
Mencari Biang Masalah
122
Bertemu
123
Peringatan
124
Aku dan Kamu
125
Berbicara
126
Bertemu Lita
127
Sebuah Acara
128
Kenyataan
129
Ketakutan Hendra
130
Perubahan Seira
131
Tekad Zafran
132
Penolakan Rayan
133
Penolakan Rayan II
134
Diluar Dugaan
135
Mencoba Mengakhiri Hidup
136
Membuat Ulah
137
Dampak Berita Zafran
138
Tersangka
139
Tersangka Baru
140
Diburu
141
Tersangka Utama
142
Menuntaskan Masalah
143
Klarifikasi
144
Tuntas!
145
Pertemuan
146
Ingin Bertemu Naina
147
Naina Anakku.
148
Waktu Berdua
149
Doa Ibu
150
Hari Yang Ditunggu
151
Berkumpul
152
Kebahagiaan yang Tiada Tara
153
Rahasia Besar Fatih
154
Akhir Sebuah Kisah
155
Akhir Cerita (End)
156
Ekstra Part. Perpisahan
157
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!