Tertinggal Bus

"Non! AWAS!"

"Ah!"

Bi Sari bangkit seraya berlari secepat yang dia bisa. Namun, sayangnya, mobil itu telah menghantam pembatas jalan di mana Seira baru saja menampakkan kedua kakinya.

Pintu mobil itu pun cepat terbuka, dan seorang laki-laki berkaos lengan pendek keluar diikuti kerumunan warga yang semakin menutupi tempat tersebut.

Laki-laki itu menyibak kerumunan, ia melihat Seira yang terduduk dengan wajah pucat juga napas yang tersengal. Suara riuh para warga yang mengelilingi tempat itu tidak membuatnya serta merta panik. Ia berjongkok di samping Seira, menelisiknya dari atas hingga bawah.

"Kamu nggak apa-apa?" tanyanya dengan nada rendah, tapi masih bisa didengar Seira.

Pelan kepala wanita itu menoleh, tangannya masih menempel di dada yang terasa sesak akibat terkejut. Bibirnya yang pucat gemetar, matanya sayu menatap sosok yang hampir saja membuat celaka.

"A-air, b-boleh a-aku minta a-air?" ucap Seira dengan lidah kelu hampir tak dapat digerakkan.

Laki-laki itu lekas bangkit dan segera mendekati mobilnya. Mengambil sebotol air mineral, membawanya kepada Seira.

"Maaf, Bapak-bapak dan Ibu-ibu, tolong tinggalin tempat ini. Wanita di dalam sana kesulitan bernapas, tapi kalian malah mengerubunginya. Silahkan pergi!" pinta laki-laki tersebut.

Suaranya rendah, tapi penuh dengan wibawa. Matanya tajam dan dingin, tinggi tegap berdiri bagai seorang raksasa. Para warga membelah diri sebelum bubar meninggalkan tempat tersebut.

Ia kembali berjongkok sambil memutar penutup botol dan memberikannya pada Seira. Ekor matanya melirik bagian kanan mobil, mendesah lembut supaya tidak menyinggung wanita yang hampir celaka itu.

Seira menenggak air tersebut hingga menyisakan setengahnya. Ia merasa sedikit lega, napasnya perlahan mulai beraturan, pandangan yang sempat memburam kembali menjadi normal.

Ia menoleh, mendapati laki-laki tersebut sedang menatap mobilnya yang menabrak pembatas jalan. Seira menggigit bibir tak enak, ia merunduk. Jantungnya berpacu seperti sedang berada di atas sebuah wahana rollercoaster.

"Maaf," cicitnya lirih, "Aku bener-bener minta maaf. Aku nggak tahu kalo mobil Tuan sedang melaju terburu-buru," lanjutnya masih dengan suara rendah hampir seperti bisikan. Genggaman tangan pada botol air mengerat menahan rasa yang bergejolak.

Laki-laki tersebut mengalihkan pandangan dari kerusakan mobil, tapi belum menoleh. Bibir tipisnya membentuk senyuman mendengar suara Seira, entah kenapa jantungnya tiba-tiba berdegup.

Ia menoleh, menatap lekat pada Seira yang masih tertunduk sambil mencengkeram erat botol air mineral di tangan. Senyumnya semakin melebar, wanita itu memang sederhana, tapi ia terlihat berbeda.

"Kenapa kamu minta maaf? Harusnya aku yang minta maaf karena hampir aja nabrak kamu," tanya laki-laki tersebut semakin menyempurnakan garis di bibirnya.

Seira tampak gugup, tak tahu harus berkata apa. Ia menggigit bibir lagi, lebih kuat dari sebelumnya. Botol di tangan bahkan hampir saja remuk akibat kungkungan jemarinya.

"Non! Non nggak apa-apa?" jerit Bi Sari dengan napas memburu cepat.

Wanita paruh baya itu lantas berjongkok di samping Seira. Ia memeluknya dengan penuh rasa syukur.

"Alhamdulillah. Terima kasih, ya Allah," ucapnya dengan air yang menetes dari pelupuk.

Laki-laki itu memandang lekat-lekat dua orang wanita yang kini sedang berpelukan. Ada rasa tak enak, tapi ia sendiri tanpa sengaja hampir menabraknya.

"Maaf, aku nggak sengaja. Aku yang salah karena terburu-buru, jadi nggak merhatiin jalanan," ucap laki-laki itu dengan rendah hati.

Bi Sari mendongak, rasa kesal di hati segera berganti disaat melihat mobil tersebut rusak karena menabrak pembatas jalan. Seira menjauhkan diri dari pelukan, keadaannya sudah lebih baik. Hatinya pun sudah lebih tenang.

"Nggak apa-apa, Tuan. Aku juga ceroboh, nyebrang jalan nggak lihat-lihat dulu. Maaf, berapa yang harus aku bayar buat kerusakan mobil Tuan?" tanya Seira sedikit lirih.

Ia sendiri tidak yakin di dalam kartu debit itu terdapat sejumlah uang yang katanya secara rutin dikirim Zafran. Laki-laki itu terkekeh, tak ada beban sama sekali dalam suara tawa yang menggema kecil itu.

Seira dan Bi Sari sama-sama menoleh, rasa tak percaya ada seorang kaya yang tidak menuntut kerusakan pada mobilnya. Biasanya, salah atau tidak, mereka akan membebani kerusakan pada orang-orang bawah yang bahkan sebenarnya adalah korban.

"Nggak perlu, cuma sedikit aja nggak masalah. Justru aku cemas sama kamu, apa kita perlu ke rumah sakit? Aku takut kamu cedera," ungkapnya benar-benar diluar prediksi.

Beberapa saat lamanya mereka saling mematri tatapan sebelum Seira memutuskan berpaling.

"Nggak perlu, Tuan. Aku cuma kaget tadi," katanya dengan kepala yang menunduk menatap perut rata tempat bersemayam si jabang bayi.

"Non beneran nggak apa-apa? Perut Non gimana? Apa sakit?" cecar Bi Sari dengan panik.

Laki-laki itu mengernyitkan dahi, mendengar soal perut, ia ikut menatap perut Seira.

"Maaf, apa kamu lagi hamil?"

Seira mengangguk kecil.

"Ya udah, kita ke rumah sakit aja. Aku takut bayi kamu kenapa-napa, terus nanti jadi masalah sama suami kamu," ujarnya ikut panik.

Seira tertawa kecut mendengar kata suami disebut. Semakin bingung laki-laki itu dibuatnya, terlebih ketika kepala Seira menggeleng yakin.

"Nggak usah, nggak apa-apa, kok."

Ia mencoba beranjak dibantu Bi Sari, tapi menolak disaat laki-laki itu hendak membantunya. Duduk di trotoar, kedua kakinya masih lemas untuk digerakkan.

"Kamu beneran nggak apa-apa?" Laki-laki itu kembali bertanya memastikan.

Seira menjawabnya dengan anggukan kepala.

"Terima kasih karena Tuan nggak marah-marah kayak yang lain," tutur Seira sambil tersenyum.

Sumpah demi apapun, laki-laki itu terpana dengan senyum yang diukirnya. Ia termangu untuk beberapa saat sebelum menyadari ketidaksopanannya menatap istri orang.

"Nggak usah panggil Tuan. Aku Fatih, panggil aja Fatih," katanya tak enak.

"Iya, terima kasih, Mas Fatih. Kalo Mas Fatih emang buru-buru, nggak apa-apa pergi aja. Beneran aku nggak apa-apa," ucap Seira lagi.

Laki-laki bernama Fatih itu lagi-lagi termangu saat matanya berserobok dengan manik Seira yang sayu. Ia ikut tersentak ketika wajah yang dipandangi kembali memucat.

"Ada apa? Apa ada yang sakit?" Bertanya seraya mengikis jarak bersiap mengangkat tubuh itu jika diperlukan.

Seira menggeleng lemah, digigitnya bibir dengan kuat. Bi Sari sendiri pun turut bingung. Terlebih saat Seira menoleh ke arahnya.

"Kenapa, Non?" Raut panik masih tercetak di wajah keriputnya.

"Bibi ... bisnya udah berangkat," katanya sambil berurai air mata yang tak terkendali seraya memeluk tubuh tua itu.

Bi Sari cepat menatap jalanan, ia termangu lebar. Bis itu sudah melaju di jalanan.

"Non ... bisnya ... ninggalin kita," lirih Bi Sari ikut menangis.

Fatih menatap bis yang melaju, seketika tersenyum saat tahu ke mana arah tujuan bis tersebut. Ia kembali menoleh pada mereka yang kini menangis berdua.

"Sebagai permintaan maaf aku, gimana kalo aku antar kalian saja sampe tujuan," tawarnya yang menyentak tangisan mereka berdua.

Terpopuler

Comments

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

jadiiiiii ....jodoh Seira babang dokter Hendra ato mamas Fatih yaaaa ??? 🤔🤔😍😍

2022-12-20

1

Gini Antika

Gini Antika

hampir tabrakan 2x nihhh...tapi untuk yg sekarang fatih tau siapa gerangan yg di tabrak...yg pasti tabrakan hati mas fatih....💘💘💘💘💘

2022-12-08

1

Sheenta_12

Sheenta_12

asikkkk, mas fatihhh

2022-10-30

0

lihat semua
Episodes
1 Kabar Baik atau Buruk?
2 Pengkhianatan
3 Kemalangan
4 Tak Acuh
5 Sebuah Derita
6 Zafran dan Jago
7 Semuanya Hancur
8 Kenangan Indah Itu
9 Dibuang
10 Pergi
11 Mencari Seira
12 Rindu
13 Perang Batin
14 Kecurigaan
15 Bukan Sei
16 Yang Sebenarnya
17 Ikhlas
18 Seira Pergi
19 Tertinggal Bus
20 Dia Tetap Milikku!
21 Pergulatan
22 Suasana Subuh
23 Keadaan Zafran
24 Penampilan
25 Lagi-lagi Seira
26 Taruhan
27 Was-was
28 Hendra dan Hubungannya
29 Masalah
30 Kehidupan Seira
31 Kebahagiaan Menjadi Ayah
32 Kemarahan Zafran
33 Bertemu Hendra
34 Kebetulan
35 Restu Ibu
36 Kenangan Masa Lalu
37 Rencana Berhasil
38 Semakin Rumit
39 Dua Wanita Lawan Satu.
40 Bersamaan
41 Tak Ingin Bercerai
42 Rasa Khas Sebuah Kue
43 Menuntaskan Rasa Penasaran
44 Sadar
45 Pada Hari Ulang Tahun Naina
46 Perjuangan Dan Kehancuran
47 Perlahan Hancur
48 Frustasi
49 Pertemuan Tak Terduga
50 Malam Kembali Memanas
51 Senyum Kebahagiaan
52 Side Story' Seira
53 Bukan Papah Rayan
54 Seperti Apa Jakarta
55 Pulang
56 Pertemuan Pertama
57 Bertemu Lagi
58 Ibu Pulang
59 Perasaan Seira, Perasaan Biya
60 Bertemu Siapa?
61 Tak Lekang Oleh Waktu
62 Kenyataan
63 Anak Itu ....
64 Panik
65 Antara Lega dan Malu
66 Kenyataan Pahit
67 Siapa Laki-laki Itu?
68 Dugaan
69 Penyesalan Terdalam
70 Naina Yang Malang
71 Apa Lagi?
72 Nasib
73 Semakin Aneh
74 Hamil?
75 Anak Tetaplah Anak
76 Kesialan
77 Kesialan II
78 Kabar Terbaru
79 Sadar?
80 Sebuah Nama Berharga
81 Bertemu Teman Lama
82 Bertemu Teman Lama II
83 Pada Waktu Itu ....
84 Ditolak
85 Malu
86 Berakhir
87 Lebih Busuk
88 Hari Itu ....
89 Pelangi Setelah Badai
90 Gadis Kecil Di Toko Kue
91 Siapa Lagi?
92 Bertemu Lagi
93 Gadis Kecil Itu
94 Keadaan Berbalik
95 Ingin Kembali
96 Kenangan
97 Tidak Jadi
98 Fathiya
99 Anak Itu
100 Sesosok Luka
101 Yang Buruk Tak Selalu Buruk
102 Bertemu
103 Hati Yang Retak
104 Perlahan Mengerti
105 Ikhlas II
106 Beberapa Hari Berlalu
107 Permohonan Gadis Kecil
108 Tak Bisa Pergi
109 Sebuah Surat
110 Bertemu Luka
111 Bertemu Muka
112 Memaafkan dan Mengikhlaskan
113 Akan Bertemu Rayan
114 Tidak Sekarang
115 Kontak Batin
116 Bukan Aids
117 Reuni
118 Keputusan
119 Kemauan Zafran
120 Tempat Ibu
121 Mencari Biang Masalah
122 Bertemu
123 Peringatan
124 Aku dan Kamu
125 Berbicara
126 Bertemu Lita
127 Sebuah Acara
128 Kenyataan
129 Ketakutan Hendra
130 Perubahan Seira
131 Tekad Zafran
132 Penolakan Rayan
133 Penolakan Rayan II
134 Diluar Dugaan
135 Mencoba Mengakhiri Hidup
136 Membuat Ulah
137 Dampak Berita Zafran
138 Tersangka
139 Tersangka Baru
140 Diburu
141 Tersangka Utama
142 Menuntaskan Masalah
143 Klarifikasi
144 Tuntas!
145 Pertemuan
146 Ingin Bertemu Naina
147 Naina Anakku.
148 Waktu Berdua
149 Doa Ibu
150 Hari Yang Ditunggu
151 Berkumpul
152 Kebahagiaan yang Tiada Tara
153 Rahasia Besar Fatih
154 Akhir Sebuah Kisah
155 Akhir Cerita (End)
156 Ekstra Part. Perpisahan
157 Pengumuman
Episodes

Updated 157 Episodes

1
Kabar Baik atau Buruk?
2
Pengkhianatan
3
Kemalangan
4
Tak Acuh
5
Sebuah Derita
6
Zafran dan Jago
7
Semuanya Hancur
8
Kenangan Indah Itu
9
Dibuang
10
Pergi
11
Mencari Seira
12
Rindu
13
Perang Batin
14
Kecurigaan
15
Bukan Sei
16
Yang Sebenarnya
17
Ikhlas
18
Seira Pergi
19
Tertinggal Bus
20
Dia Tetap Milikku!
21
Pergulatan
22
Suasana Subuh
23
Keadaan Zafran
24
Penampilan
25
Lagi-lagi Seira
26
Taruhan
27
Was-was
28
Hendra dan Hubungannya
29
Masalah
30
Kehidupan Seira
31
Kebahagiaan Menjadi Ayah
32
Kemarahan Zafran
33
Bertemu Hendra
34
Kebetulan
35
Restu Ibu
36
Kenangan Masa Lalu
37
Rencana Berhasil
38
Semakin Rumit
39
Dua Wanita Lawan Satu.
40
Bersamaan
41
Tak Ingin Bercerai
42
Rasa Khas Sebuah Kue
43
Menuntaskan Rasa Penasaran
44
Sadar
45
Pada Hari Ulang Tahun Naina
46
Perjuangan Dan Kehancuran
47
Perlahan Hancur
48
Frustasi
49
Pertemuan Tak Terduga
50
Malam Kembali Memanas
51
Senyum Kebahagiaan
52
Side Story' Seira
53
Bukan Papah Rayan
54
Seperti Apa Jakarta
55
Pulang
56
Pertemuan Pertama
57
Bertemu Lagi
58
Ibu Pulang
59
Perasaan Seira, Perasaan Biya
60
Bertemu Siapa?
61
Tak Lekang Oleh Waktu
62
Kenyataan
63
Anak Itu ....
64
Panik
65
Antara Lega dan Malu
66
Kenyataan Pahit
67
Siapa Laki-laki Itu?
68
Dugaan
69
Penyesalan Terdalam
70
Naina Yang Malang
71
Apa Lagi?
72
Nasib
73
Semakin Aneh
74
Hamil?
75
Anak Tetaplah Anak
76
Kesialan
77
Kesialan II
78
Kabar Terbaru
79
Sadar?
80
Sebuah Nama Berharga
81
Bertemu Teman Lama
82
Bertemu Teman Lama II
83
Pada Waktu Itu ....
84
Ditolak
85
Malu
86
Berakhir
87
Lebih Busuk
88
Hari Itu ....
89
Pelangi Setelah Badai
90
Gadis Kecil Di Toko Kue
91
Siapa Lagi?
92
Bertemu Lagi
93
Gadis Kecil Itu
94
Keadaan Berbalik
95
Ingin Kembali
96
Kenangan
97
Tidak Jadi
98
Fathiya
99
Anak Itu
100
Sesosok Luka
101
Yang Buruk Tak Selalu Buruk
102
Bertemu
103
Hati Yang Retak
104
Perlahan Mengerti
105
Ikhlas II
106
Beberapa Hari Berlalu
107
Permohonan Gadis Kecil
108
Tak Bisa Pergi
109
Sebuah Surat
110
Bertemu Luka
111
Bertemu Muka
112
Memaafkan dan Mengikhlaskan
113
Akan Bertemu Rayan
114
Tidak Sekarang
115
Kontak Batin
116
Bukan Aids
117
Reuni
118
Keputusan
119
Kemauan Zafran
120
Tempat Ibu
121
Mencari Biang Masalah
122
Bertemu
123
Peringatan
124
Aku dan Kamu
125
Berbicara
126
Bertemu Lita
127
Sebuah Acara
128
Kenyataan
129
Ketakutan Hendra
130
Perubahan Seira
131
Tekad Zafran
132
Penolakan Rayan
133
Penolakan Rayan II
134
Diluar Dugaan
135
Mencoba Mengakhiri Hidup
136
Membuat Ulah
137
Dampak Berita Zafran
138
Tersangka
139
Tersangka Baru
140
Diburu
141
Tersangka Utama
142
Menuntaskan Masalah
143
Klarifikasi
144
Tuntas!
145
Pertemuan
146
Ingin Bertemu Naina
147
Naina Anakku.
148
Waktu Berdua
149
Doa Ibu
150
Hari Yang Ditunggu
151
Berkumpul
152
Kebahagiaan yang Tiada Tara
153
Rahasia Besar Fatih
154
Akhir Sebuah Kisah
155
Akhir Cerita (End)
156
Ekstra Part. Perpisahan
157
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!