Kecurigaan

"Selamat malam! Saya Hendra, dokter yang diminta Ibu datang ke sini untuk memeriksa Zafran. Boleh saya masuk?"

Lita terkesima melihat sosok tinggi dan putih berkacamata di teras. Matanya berkedip-kedip, bibir terbelah hingga membuat celah yang tidak sedikit.

"Hallo! Mmm ... di mana Bu Sei? Bisa saya bertemu dengannya?" tanya dokter itu lagi sambil mengibaskan tangan di depan wajah Lita.

"Eh?" Lita sadar ia tertunduk dengan wajah bersemu merah. Melirik malu-malu pada laki-laki di hadapannya itu.

"Mari masuk, Dokter. Mas Zafran ada di kamarnya," ucap Lita sembari membuka lebar-lebar pintu rumah tersebut.

Dokter itu melirik bingung, menatap jalan yang akan dilaluinya seraya berkata, "Maaf, bisa izinkan saya lewat?"

Suara yang terdengar syahdu di telinga Lita itu kembali mengalun. Menggetarkan hatinya yang sedari tadi pun bertalu-talu karena emosi.

Sadar posisinya memang menghalangi jalan, ia menyingkir dengan kepala tertunduk. Rambut diselipkannya di belakang telinga, mengurangi gugup yang melanda.

Dokter Hendra melangkah, memasuki rumah besar itu. Lita berbalik sambil menggigit bibir memandangi punggung tegap yang kian menjauh dari posisinya berdiri.

Dia sempurna banget, ganteng terus keren. Mana wangi lagi. Hmm ... kayaknya aku mau pindah hati aja sama dia.

Bunga-bunga cinta yang baru, mulai bermekaran kembali dalam hatinya. Dorongan hasrat untuk memiliki menjadi kuat, semakin kuat disaat suara itu mengiang di telinga.

Lita tersentak disaat dokter tersebut tiba-tiba berbalik menatap dingin pada sosoknya.

"Bawakan segelas kopi panas juga susu jahe panas. Ingat! Tutup yang rapat agar panasnya nggak ke mana-mana," titahnya dengan cepat berbalik lagi dan melangkah lebar-lebar.

Hati Lita mencelos lemas, ia pegangi jantungnya yang semakin berdebar-debar.

"Jantung aku ... kenapa rasanya kayak mau copot begini?" gumamnya tersenyum senang hanya karena ditatap laki-laki berkacamata itu.

Teringat akan perintahnya, bergegas Lita pergi ke dapur. Membuatkan apa yang tadi dimintanya, kopi panas juga susu jahe.

"Duh, di mana kopi sama susu jahenya?" Ia berjinjit di depan sebuah lemari, mencari-cari keberadaan kopi juga susu jahe kemasan yang hanya tinggal seduh, dan beres.

Sementara Lita sibuk dengan pencariannya, dokter muda itu terus melangkah menuju kamar Zafran. Ia hafal betul seluk beluk rumah itu lantaran di sana adalah tempat bermainnya dulu bersama Zafran disaat mendinga ayah saudagar beras itu masih hidup.

"Assalamualaikum, Bu!" sapa Hendra sembari mengetuk pintu kamar yang terbuka sedikit.

Ibu menoleh, raut gelisah dan cemas tak dapat disembunyikannya. Wajah keriput itu menatap sedih sekaligus lega pada dokter muda yang sudah ia anggap anak sendiri.

"Wa'alaikumussalaam, Hendra. Cepat kamu periksa Zafran," sambut Ibu yang dengan cepat beranjak dari tepi ranjang membiarkan dokter Hendra memeriksa keadaan putranya.

"Kenapa lagi, Bu? Kehujana lagi, ya?" tebaknya tepat.

Tak perlu jawaban karena ia sudah tahu kenapa Zafran terbaring tak sadarkan diri.

"Aku nggak liat Sei, Bu. Emang ke mana dia? Terus ada perempuan itu ... siapa, Bu?" cecar Hendra sembari memeriksa keadaan Zafran tanpa menoleh pada Ibu.

Terdengar helaan napas berat dari arah wanita yang berada di belakangnya. Hanya dengan begitu saja dokter muda itu tahu sedang terjadi masalah di rumah tersebut.

"Ada apa, Bu? Apa ada masalah?" Bertanya lagi sambil memeriksa denyut nadi dan detak jantung Zafran. Ia menggeleng, keduanya terasa lemah.

"Yah, begitulah, Hen. Namanya kehidupan pasti ada aja masalah," ucap Ibu dramatis.

Hendra mengerutkan dahi, ia melirik wanita tua yang duduk di sofa tempat biasanya Seira menunggu sepanjang pemeriksaan.

"Masalah apa emangnya? Selama ini, kan, mereka baik-baik aja. Nggak pernah ada masalah, kenapa tiba-tiba ada masalah?" selidiknya.

Dokter Hendra berbalik sembari melepas stetoskop dari telinga. Menghadap Ibu dengan segudang pertanyaan yang memancar dari sorot matanya.

"Seira pergi dari rumah, dia udah nggak mau lagi tinggal di sini. Dia juga minta cerai sama Zafran tadi sore sewaktu baru pulang. Ibu nggak tahu ada masalah apa? Seira nggak ngomong apa-apa, cuma minta bagian harta gono-gini aja," ucap Ibu berdusta.

Hendra menatap intens kedua manik berkabut milik wanita tua itu. Ibu menunduk menghindar dari bersitatap dengan mata tajam sang dokter muda. Laki-laki itu selalu tahu jika lawan bicaranya sedang berbohong.

Hendra berpaling, menatap sebuah figura kecil di atas nakas gambar Zafran dan Seira. Terlihat bahagia seolah-olah dunia hanya milik mereka berdua. Biasanya di sana sudah teronggok dua gelas minuman yang dia pinta.

"Bu, kenapa minuman yang saya minta nggak datang-datang, ya?" celetuknya melirik Ibu dengan ekor mata. Mencari pengalihan topik.

"Sebentar, biar saya lihat dulu," ucap Ibu yang langsung saja berdiri meninggalkan kamar Zafran.

Hendra mengikuti arah kepergian wanita tua itu dengan ekor matanya. Kecurigaan muncul di hati, praduga tentang kepergian Seira. Wanita itu adalah gadis yang amat dicintai Zafran. Mereka berdua bahkan pernah bersaing memperebutkan hatinya, tapi Zafran yang memenangkan.

Ia bangkit dan berjalan menuju almari, hanya ada pakaian Zafran yang tersisa. Seira benar-benar pergi.

"Apa bener mereka udah cerai? Tapi kenapa? Terus itu siapa perempuan yang di dapur tadi?" Bergumam lirih seraya menutup pintu lemari kembali.

Ia berbalik dan duduk di sofa menatap laki-laki yang masih setia tak sadarkan diri. Rasanya ada yang berbeda dari rumah itu, ketiadaan Seira di dalamnya membuat hatinya sunyi. Biasanya, wanita itu akan mengajak berbincang sambil menunggu Zafran sadar.

"Aku yakin masalahnya bukan di Seira, pasti ada sangkut pautnya sama perempuan yang di dapur tadi." Lagi-lagi ia bermonolog seorang diri.

Kakinya dibentur-benturkan pada dipan berharap laki-laki itu akan dapat merasakannya dan terbangun dari tidur. Sayangnya, dia bukan Seira. Wanita cantik itu dapat dengan mudah membangunkan Zafran sekalipun dalam keadaan pingsan. Bukan mudah sebenarnya, tapi sabar dan rela menunggu.

Meninggalkan Hendra dengan segala kecurigaan di hatinya, Ibu mempercepat langkah menuju dapur. Tak ingin berlama-lama mengobrol dengan dokter muda di kamar Zafran.

Dahinya mengernyit kala tiba di dapur melihat Lita yang sedang mengobrak-abrik lemari penyimpanan.

"Kamu nyari apa?" Suara Ibu yang tiba-tiba mengejutkannya.

Lita tersentak, berdiri tegak dengan kesal. Dihirupnya udara cukup rakus lalu kemudian dibuangnya dengan kasar. Masih sangat kesal dengan wanita tua yang hobinya mengatur itu.

"Kamu pasti diminta buat kopi sama susu jahe, ya?"

Wanita itu menoleh seraya menganggukkan kepalanya.

"Kamu nggak bakal nemu di sana, kopi ada di meja. Susu jahe ... ya, bikin sendiri. Seira juga suka bikin bukan pake yang instan. Itu di sana susu, itu di sana jahe merah. Ingat, ya, jahe merah," papar Ibu yang membuat Lita meneguk ludah basi dengan susah payah. Tangannya dengan gesit menunjuk tempat-tempat keberadaan benda yang dia sebutkan.

Lita mengumpat dalam hati.

Terpopuler

Comments

sherly

sherly

rasain, ngarep jd nyonya eh blm apa2 dah ditraining jd babu..

2023-03-07

3

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

hahaaaiiiii ... jodoh nya Seira cepet banget muncul ...
ayo babang dokter ... bikin Seira bahagia yaaa ... 💝💝😍😍⚘️⚘️

biar Zafran dan mak lampir cuma bisa nangis darah menyesal ...
dan Lita ngesot ngesot sbg jal@ng hina ...

2022-12-20

2

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

itu mulut perlu disetrika biar ngomongnya lurus .. 😡

2022-12-20

0

lihat semua
Episodes
1 Kabar Baik atau Buruk?
2 Pengkhianatan
3 Kemalangan
4 Tak Acuh
5 Sebuah Derita
6 Zafran dan Jago
7 Semuanya Hancur
8 Kenangan Indah Itu
9 Dibuang
10 Pergi
11 Mencari Seira
12 Rindu
13 Perang Batin
14 Kecurigaan
15 Bukan Sei
16 Yang Sebenarnya
17 Ikhlas
18 Seira Pergi
19 Tertinggal Bus
20 Dia Tetap Milikku!
21 Pergulatan
22 Suasana Subuh
23 Keadaan Zafran
24 Penampilan
25 Lagi-lagi Seira
26 Taruhan
27 Was-was
28 Hendra dan Hubungannya
29 Masalah
30 Kehidupan Seira
31 Kebahagiaan Menjadi Ayah
32 Kemarahan Zafran
33 Bertemu Hendra
34 Kebetulan
35 Restu Ibu
36 Kenangan Masa Lalu
37 Rencana Berhasil
38 Semakin Rumit
39 Dua Wanita Lawan Satu.
40 Bersamaan
41 Tak Ingin Bercerai
42 Rasa Khas Sebuah Kue
43 Menuntaskan Rasa Penasaran
44 Sadar
45 Pada Hari Ulang Tahun Naina
46 Perjuangan Dan Kehancuran
47 Perlahan Hancur
48 Frustasi
49 Pertemuan Tak Terduga
50 Malam Kembali Memanas
51 Senyum Kebahagiaan
52 Side Story' Seira
53 Bukan Papah Rayan
54 Seperti Apa Jakarta
55 Pulang
56 Pertemuan Pertama
57 Bertemu Lagi
58 Ibu Pulang
59 Perasaan Seira, Perasaan Biya
60 Bertemu Siapa?
61 Tak Lekang Oleh Waktu
62 Kenyataan
63 Anak Itu ....
64 Panik
65 Antara Lega dan Malu
66 Kenyataan Pahit
67 Siapa Laki-laki Itu?
68 Dugaan
69 Penyesalan Terdalam
70 Naina Yang Malang
71 Apa Lagi?
72 Nasib
73 Semakin Aneh
74 Hamil?
75 Anak Tetaplah Anak
76 Kesialan
77 Kesialan II
78 Kabar Terbaru
79 Sadar?
80 Sebuah Nama Berharga
81 Bertemu Teman Lama
82 Bertemu Teman Lama II
83 Pada Waktu Itu ....
84 Ditolak
85 Malu
86 Berakhir
87 Lebih Busuk
88 Hari Itu ....
89 Pelangi Setelah Badai
90 Gadis Kecil Di Toko Kue
91 Siapa Lagi?
92 Bertemu Lagi
93 Gadis Kecil Itu
94 Keadaan Berbalik
95 Ingin Kembali
96 Kenangan
97 Tidak Jadi
98 Fathiya
99 Anak Itu
100 Sesosok Luka
101 Yang Buruk Tak Selalu Buruk
102 Bertemu
103 Hati Yang Retak
104 Perlahan Mengerti
105 Ikhlas II
106 Beberapa Hari Berlalu
107 Permohonan Gadis Kecil
108 Tak Bisa Pergi
109 Sebuah Surat
110 Bertemu Luka
111 Bertemu Muka
112 Memaafkan dan Mengikhlaskan
113 Akan Bertemu Rayan
114 Tidak Sekarang
115 Kontak Batin
116 Bukan Aids
117 Reuni
118 Keputusan
119 Kemauan Zafran
120 Tempat Ibu
121 Mencari Biang Masalah
122 Bertemu
123 Peringatan
124 Aku dan Kamu
125 Berbicara
126 Bertemu Lita
127 Sebuah Acara
128 Kenyataan
129 Ketakutan Hendra
130 Perubahan Seira
131 Tekad Zafran
132 Penolakan Rayan
133 Penolakan Rayan II
134 Diluar Dugaan
135 Mencoba Mengakhiri Hidup
136 Membuat Ulah
137 Dampak Berita Zafran
138 Tersangka
139 Tersangka Baru
140 Diburu
141 Tersangka Utama
142 Menuntaskan Masalah
143 Klarifikasi
144 Tuntas!
145 Pertemuan
146 Ingin Bertemu Naina
147 Naina Anakku.
148 Waktu Berdua
149 Doa Ibu
150 Hari Yang Ditunggu
151 Berkumpul
152 Kebahagiaan yang Tiada Tara
153 Rahasia Besar Fatih
154 Akhir Sebuah Kisah
155 Akhir Cerita (End)
156 Ekstra Part. Perpisahan
157 Pengumuman
Episodes

Updated 157 Episodes

1
Kabar Baik atau Buruk?
2
Pengkhianatan
3
Kemalangan
4
Tak Acuh
5
Sebuah Derita
6
Zafran dan Jago
7
Semuanya Hancur
8
Kenangan Indah Itu
9
Dibuang
10
Pergi
11
Mencari Seira
12
Rindu
13
Perang Batin
14
Kecurigaan
15
Bukan Sei
16
Yang Sebenarnya
17
Ikhlas
18
Seira Pergi
19
Tertinggal Bus
20
Dia Tetap Milikku!
21
Pergulatan
22
Suasana Subuh
23
Keadaan Zafran
24
Penampilan
25
Lagi-lagi Seira
26
Taruhan
27
Was-was
28
Hendra dan Hubungannya
29
Masalah
30
Kehidupan Seira
31
Kebahagiaan Menjadi Ayah
32
Kemarahan Zafran
33
Bertemu Hendra
34
Kebetulan
35
Restu Ibu
36
Kenangan Masa Lalu
37
Rencana Berhasil
38
Semakin Rumit
39
Dua Wanita Lawan Satu.
40
Bersamaan
41
Tak Ingin Bercerai
42
Rasa Khas Sebuah Kue
43
Menuntaskan Rasa Penasaran
44
Sadar
45
Pada Hari Ulang Tahun Naina
46
Perjuangan Dan Kehancuran
47
Perlahan Hancur
48
Frustasi
49
Pertemuan Tak Terduga
50
Malam Kembali Memanas
51
Senyum Kebahagiaan
52
Side Story' Seira
53
Bukan Papah Rayan
54
Seperti Apa Jakarta
55
Pulang
56
Pertemuan Pertama
57
Bertemu Lagi
58
Ibu Pulang
59
Perasaan Seira, Perasaan Biya
60
Bertemu Siapa?
61
Tak Lekang Oleh Waktu
62
Kenyataan
63
Anak Itu ....
64
Panik
65
Antara Lega dan Malu
66
Kenyataan Pahit
67
Siapa Laki-laki Itu?
68
Dugaan
69
Penyesalan Terdalam
70
Naina Yang Malang
71
Apa Lagi?
72
Nasib
73
Semakin Aneh
74
Hamil?
75
Anak Tetaplah Anak
76
Kesialan
77
Kesialan II
78
Kabar Terbaru
79
Sadar?
80
Sebuah Nama Berharga
81
Bertemu Teman Lama
82
Bertemu Teman Lama II
83
Pada Waktu Itu ....
84
Ditolak
85
Malu
86
Berakhir
87
Lebih Busuk
88
Hari Itu ....
89
Pelangi Setelah Badai
90
Gadis Kecil Di Toko Kue
91
Siapa Lagi?
92
Bertemu Lagi
93
Gadis Kecil Itu
94
Keadaan Berbalik
95
Ingin Kembali
96
Kenangan
97
Tidak Jadi
98
Fathiya
99
Anak Itu
100
Sesosok Luka
101
Yang Buruk Tak Selalu Buruk
102
Bertemu
103
Hati Yang Retak
104
Perlahan Mengerti
105
Ikhlas II
106
Beberapa Hari Berlalu
107
Permohonan Gadis Kecil
108
Tak Bisa Pergi
109
Sebuah Surat
110
Bertemu Luka
111
Bertemu Muka
112
Memaafkan dan Mengikhlaskan
113
Akan Bertemu Rayan
114
Tidak Sekarang
115
Kontak Batin
116
Bukan Aids
117
Reuni
118
Keputusan
119
Kemauan Zafran
120
Tempat Ibu
121
Mencari Biang Masalah
122
Bertemu
123
Peringatan
124
Aku dan Kamu
125
Berbicara
126
Bertemu Lita
127
Sebuah Acara
128
Kenyataan
129
Ketakutan Hendra
130
Perubahan Seira
131
Tekad Zafran
132
Penolakan Rayan
133
Penolakan Rayan II
134
Diluar Dugaan
135
Mencoba Mengakhiri Hidup
136
Membuat Ulah
137
Dampak Berita Zafran
138
Tersangka
139
Tersangka Baru
140
Diburu
141
Tersangka Utama
142
Menuntaskan Masalah
143
Klarifikasi
144
Tuntas!
145
Pertemuan
146
Ingin Bertemu Naina
147
Naina Anakku.
148
Waktu Berdua
149
Doa Ibu
150
Hari Yang Ditunggu
151
Berkumpul
152
Kebahagiaan yang Tiada Tara
153
Rahasia Besar Fatih
154
Akhir Sebuah Kisah
155
Akhir Cerita (End)
156
Ekstra Part. Perpisahan
157
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!