Semuanya Hancur

Zafran membanting pintu mobil begitu tiba di halaman rumah besarnya. Rumah yang awal menikah dulu hanyalah sebuah rumah sederhana, tak sebesar seperti saat ini. Sejak kehadiran Seira, kehidupan Zafran mulai meningkat.

Rumah itu ia renovasi atas permintaan sang Ibu, dan berkat dukungan Seira semua terwujud dengan begitu mudahnya. Hanya saja, untuk saat ini dan nanti tak akan ada lagi nama Seira disebut di dalamnya. Perlahan punah dan dilupakan begitu saja.

Wanita tua yang setiap sore duduk di teras sambil menikmati secangkir teh melati hangat itu, menurunkan majalah yang dibacanya ketika mendengar suara pintu mobil terbanting.

Ia mengerutkan dahi, meletakkan majalah tadi di pangkuan. Melihat langkah gontai sang putra, juga bahunya yang turun, ia tahu putra kebanggaannya itu sedang dirundung masalah berat.

"Assalamualaikum, Bu!" sapa Zafran lesu. Ia membanting diri di kursi yang bersebrangan dengan kursi ibunya setelah mencium tangan.

"Wa'alaikumussalaam. Kenapa kamu lesu begitu? Nggak biasanya, ada masalah apa? Cerita sama Ibu, atau ... Seira lagi?" Sederet pertanyaan dilayangkan wanita yang tak lagi muda itu. Diakhiri nada ketus ketika menyebut nama sang menantu.

Zafran menghela napas panjang, tubuhnya bersandar dengan kepala yang ia biarkan terkulai. Kedua matanya terpejam, lelah hati dan fisik akibat pergulatan di gudang bersama Lita.

"Salah satunya, Bu," sahutnya lemah.

Zafran terbiasa menceritakan semua hal tentang Seira, ia juga kerap mengeluh tentang keinginannya memiliki anak dari wanita yang telah dinikahinya selama lima tahun itu. Setiap kali mendengar, Ibu selalu menyarankan Zafran untuk menikah lagi. Jika tidak mau dimadu, maka perceraian adalah jalan yang harus diambilnya.

"Udah berapa kali Ibu bilang, kalo kamu terus bertahan sama dia selamanya kamu nggak akan punya anak. Percaya sama Ibu. Udahlah, lebih baik kamu cari aja perempuan yang mau jadi istri kedua kamu. Kalo dia bisa hamil, ceraikan aja perempuan mandul itu," sengit sang Ibu yang telah membuka majalahnya kembali.

"Udah sore begini aja dia belum pulang. Kamu tahu dia pergi dari kapan? Dari sejak pagi, alasan katanya nggak enak badan mau periksa, tapi sampe sekarang nggak muncul juga. Ke mana itu selain kelayaban nggak jelas. Perempuan yang nggak betah tinggal di rumah itu nggak pantes dipertahankan. Udahlah, kamu nunggu apa lagi? Udah nggak ada harapan sama dia. Keburu tua Ibu belum juga punya cucu," sungutnya lagi berapi-api.

Ia bahkan membalik setiap lembar majalah itu dengan kasar seolah-olah lembar demi lembar itu adalah jelmaan dari Seira, sang menantu yang tak diinginkan.

Helaan napas Zafran semakin berat terdengar, ia menjatuhkan kepala ke samping menatap sang Ibu yang tak acuh kembali. Deru sepeda motor mengusik hening keduanya, mereka sama-sama menoleh.

Zafran yang lunglai seketika terlonjak melihat seorang wanita berpakaian seksi turun dari motor dan berjalan memasuki halaman rumahnya. Ia mengusap wajah gugup, melirik sang Ibu yang tengah memicingkan mata menatap wanita tersebut.

Berkali-kali Zafran menjilati bibir sendiri, duduk gelisah dengan jantung berdebar-debar. Napasnya semakin berat terasa, terlebih saat wanita tersebut berdiri di hadapan sang Ibu.

Lihat saja, wanita yang tak lagi muda itu membuka kacamata tebalnya, melirik tubuh semampai di hadapan dari ujung rambut hingga ujung heels yang ia kenakan.

"Selamat sore, Tante. Saya Lita, teman Mas Zafran. Boleh saya berkunjung ke sini, sekedar silaturahmi," ucap Lita tanpa tahu malu dan sesekali matanya akan berkedip ketika jatuh pada Zafran.

Laki-laki itu mengusap wajah gusar, semakin gelisah tak menentu. Dalam hati mengumpat tindakan beraninya yang datang tanpa izin. Menggeram, tapi tak bisa melampiaskan amarah.

"Sore, silahkan. Mari masuk!" ajak sang Ibu tanpa segan.

Ibu melempar lirikan tajam pada Zafran, memberi perintah tanpa kata agar putranya itu membawakan cangkir teh. Dia menggaruk kepala dengan kesal, bertambah pening terasa. Gegas berdiri karena tak ingin mendengar teriakan sang Ibu yang melengking bagai suara guntur.

Zafran menyambar cangkir keramik tersebut, bibirnya komat-kamit tak jelas, tampak kesal dan jengkel menatap dua punggung wanita berbeda usia itu. Lita terlihat berbincang, mudah sekali baginya akrab dengan Ibu. Tak seperti Seira.

"Duduk dulu, saya mau ambil air karena asisten di rumah lagi keluar," titah Ibu setelah tiba di ruang tamu. Ia melempar lirikan tajam pada Zafran yang masih mematung di ruang tengah sembari memegangi cangkir keramik miliknya.

Anak laki-laki itu melanjutkan langkah, meletakkan cangkir di atas meja seraya duduk bersilang kaki menatap jengah pada Lita yang mengagumi keadaan rumahnya.

"Kenapa kamu datang ke sini? Bukannya aku suruh kamu buat nunggu kabar dulu?" tanya Zafran sedikit ketus.

"Ugh!" Lita mendengus, berpaling wajah darinya menatap ke arah lain. Manik tajam Zafran benar-benar membuat nyalinya ciut.

"Aku bilang tunggu sampai aku kasih kabar kamu? Kenapa, sih, kamu nggak denger? Kamu harusnya ngertiin aku, Lita! Tunggu sehari saja lagi apa susahnya?" cecar Zafran tak segan memprotes tindakan Lita yang nekad.

"Aku nggak bisa, Mas. Aku nggak tenang di kontrakan, aku cuma mau mastiin aja kalo kamu akan bener-bener ngusir dia dari rumah. Emangnya salah?" sahut Lita tanpa rasa bersalah sama sekali.

Zafran berdecak kesal, ia menurunkan kedua kaki yang semula menumpuk dan mencondongkan sedikit tubuhnya.

"Kenapa kamu kayak nggak percaya gitu sama aku? Bukannya kamu bilang mau nunggu sampai aku pisah sama Sei? Terus kenapa sekarang jadi nggak sabaran gini?" cecar Zafran seraya menyandarkan tubuhnya lagi pada kursi. Lelah pikiran juga hayati.

"Yah ... itu ... itu karena aku takut kamu boong, Mas. Aku udah kasih kamu semuanya, lho. Kita juga udah sering ngelakuin itu, 'kan? Aku nggak mau kamu sampai boongin aku. Apalagi sekarang ... aku lagi hamil," ucap Lita terdengar lirih di ujung kalimat.

Prang!

Sontak kedua orang itu menoleh begitu mendengar suara benda terjatuh tak jauh dari ruang tamu.

"Ibu?" Zafran rasa tak enak.

Ia bangkit dan menghampiri ibunya yang termangu dengan wajah pucat karena terkejut. Lita menjadi gusar, membuang pandangan ke segala arah menghindari tatapan wanita itu.

"Bu-"

Ibu mengangkat tangan menolak ucapan anaknya itu. Dia fokus menatap Lita yang menggigit bibirnya gugup juga takut. Sesekali memejamkan mata menutupi rasa cemas di hati.

"Ka-kamu ha-hamil? A-anak Zafran?" tanya Ibu dengan suara terbata dan bergetar.

Posisinya masih berdiri di tempat bersama sang anak yang tampak emosi sekaligus malu dibuat wanita itu.

"I-iya, Tante. Maaf, bukan maksud-"

"Ah, nggak apa-apa. Nggak apa-apa," katanya.

Wajah tegang dan terkejut itu raib digantikan senyum sumringah sembari mengambil langkah semakin mendekat. Duduk di samping wanita itu dan menepuk tangannya.

"Kamu nggak boong, 'kan?" Ibu memastikan.

Lita menggeleng, tangannya merogoh ke dalam tas mengambil sesuatu. Sebuah amplop dengan logo rumah sakit ia berikan pada ibu Zafran. Wanita yang antusias ingin memiliki cucu itu pun menerima dengan segera, membukanya lantas membaca setiap huruf yang tertera dalam selembar kertas tersebut.

"Hah, dia beneran hamil. Ini beneran anak kamu, Zafran? Klo gitu kamu harus cerai sama dia dan nikah sama Lita. Secepatnya, Ibu nggak mau cucu Ibu lahir di luar pernikahan. Biar nggak jadi gunjingan," katanya menggebu-gebu.

Zafran sendiri pun aneh sekaligus bingung, tapi mereka memang sering melakukannya. Tidak menutup kemungkinan semua itu terjadi. Pada akhirnya, dia benar-benar akan menjadi seorang Ayah dan Lita tidaklah berbohong.

"Zafran! Eh, malah ngelamun! Cepat kamu kemasin barang-barang Seira, suruh dia pergi dari rumah ini sekarang juga. Ibu nggak mau nanti dia buat celaka cucu Ibu ini," titah Ibu menyentak lamunan sang anak.

Zafran gamang, dengan adanya kabar tersebut tentu saja hati Seira akan tersakiti. Niat hati ingin berpisah secara baik-baik, tapi apalah daya semuanya harus hancur karena kabar kehamilan Lita.

Tanpa berkata lagi, Zafran membawa dirinya menaiki anak tangga menuju kamar. Membuka lemari pakaian Seira, menatapnya sedih.

"Untuk baju-baju kamu biar aku yang urus, nggak udah Bi Sari. Aku mau berbakti sama suami secara sempurna," ujarnya saat pertama kali ia datang ke rumah itu. Manis sekali dan memang selama berumahtangga, semua keperluan Zafran Seira yang menyiapkan sekalipun ada asisten.

Kenangan itu amat mencubit hatinya, dengan enggan ia keluarkan semua pakaian sang istri dan meletakkannya di dalam koper. Hingga tiba pada satu pakaian sakral yang selalu digunakan Seira saat malam.

Katanya, "Ini baju dinas malam. Supaya kamu bisa mendapat kepuasan yang maksimal."

Dan selama ini, tak ada servis Seira yang tidak memuaskan. Jika dipikir-pikir apa kurangnya Seira? Hanya karena terlambat hamil dan Zafran yang tak sabar menunggu, semuanya hancur.

Terpopuler

Comments

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

bener2 ibu durjana ...
hamil hasil zina koq bangga ..

Zafran suami menye2 ... gak punya power sama sekali ...
Neng Gemoy sumpahin itu anak yg dikandung Lita bukan darah daging Zafran ..
puaassssss ... !!!

2022-12-20

1

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

ini satu lagi ibu gada akhlak .. 😡

2022-12-20

1

👑A_s3p

👑A_s3p

SDH tau anak salah di belain🔥

2022-10-23

0

lihat semua
Episodes
1 Kabar Baik atau Buruk?
2 Pengkhianatan
3 Kemalangan
4 Tak Acuh
5 Sebuah Derita
6 Zafran dan Jago
7 Semuanya Hancur
8 Kenangan Indah Itu
9 Dibuang
10 Pergi
11 Mencari Seira
12 Rindu
13 Perang Batin
14 Kecurigaan
15 Bukan Sei
16 Yang Sebenarnya
17 Ikhlas
18 Seira Pergi
19 Tertinggal Bus
20 Dia Tetap Milikku!
21 Pergulatan
22 Suasana Subuh
23 Keadaan Zafran
24 Penampilan
25 Lagi-lagi Seira
26 Taruhan
27 Was-was
28 Hendra dan Hubungannya
29 Masalah
30 Kehidupan Seira
31 Kebahagiaan Menjadi Ayah
32 Kemarahan Zafran
33 Bertemu Hendra
34 Kebetulan
35 Restu Ibu
36 Kenangan Masa Lalu
37 Rencana Berhasil
38 Semakin Rumit
39 Dua Wanita Lawan Satu.
40 Bersamaan
41 Tak Ingin Bercerai
42 Rasa Khas Sebuah Kue
43 Menuntaskan Rasa Penasaran
44 Sadar
45 Pada Hari Ulang Tahun Naina
46 Perjuangan Dan Kehancuran
47 Perlahan Hancur
48 Frustasi
49 Pertemuan Tak Terduga
50 Malam Kembali Memanas
51 Senyum Kebahagiaan
52 Side Story' Seira
53 Bukan Papah Rayan
54 Seperti Apa Jakarta
55 Pulang
56 Pertemuan Pertama
57 Bertemu Lagi
58 Ibu Pulang
59 Perasaan Seira, Perasaan Biya
60 Bertemu Siapa?
61 Tak Lekang Oleh Waktu
62 Kenyataan
63 Anak Itu ....
64 Panik
65 Antara Lega dan Malu
66 Kenyataan Pahit
67 Siapa Laki-laki Itu?
68 Dugaan
69 Penyesalan Terdalam
70 Naina Yang Malang
71 Apa Lagi?
72 Nasib
73 Semakin Aneh
74 Hamil?
75 Anak Tetaplah Anak
76 Kesialan
77 Kesialan II
78 Kabar Terbaru
79 Sadar?
80 Sebuah Nama Berharga
81 Bertemu Teman Lama
82 Bertemu Teman Lama II
83 Pada Waktu Itu ....
84 Ditolak
85 Malu
86 Berakhir
87 Lebih Busuk
88 Hari Itu ....
89 Pelangi Setelah Badai
90 Gadis Kecil Di Toko Kue
91 Siapa Lagi?
92 Bertemu Lagi
93 Gadis Kecil Itu
94 Keadaan Berbalik
95 Ingin Kembali
96 Kenangan
97 Tidak Jadi
98 Fathiya
99 Anak Itu
100 Sesosok Luka
101 Yang Buruk Tak Selalu Buruk
102 Bertemu
103 Hati Yang Retak
104 Perlahan Mengerti
105 Ikhlas II
106 Beberapa Hari Berlalu
107 Permohonan Gadis Kecil
108 Tak Bisa Pergi
109 Sebuah Surat
110 Bertemu Luka
111 Bertemu Muka
112 Memaafkan dan Mengikhlaskan
113 Akan Bertemu Rayan
114 Tidak Sekarang
115 Kontak Batin
116 Bukan Aids
117 Reuni
118 Keputusan
119 Kemauan Zafran
120 Tempat Ibu
121 Mencari Biang Masalah
122 Bertemu
123 Peringatan
124 Aku dan Kamu
125 Berbicara
126 Bertemu Lita
127 Sebuah Acara
128 Kenyataan
129 Ketakutan Hendra
130 Perubahan Seira
131 Tekad Zafran
132 Penolakan Rayan
133 Penolakan Rayan II
134 Diluar Dugaan
135 Mencoba Mengakhiri Hidup
136 Membuat Ulah
137 Dampak Berita Zafran
138 Tersangka
139 Tersangka Baru
140 Diburu
141 Tersangka Utama
142 Menuntaskan Masalah
143 Klarifikasi
144 Tuntas!
145 Pertemuan
146 Ingin Bertemu Naina
147 Naina Anakku.
148 Waktu Berdua
149 Doa Ibu
150 Hari Yang Ditunggu
151 Berkumpul
152 Kebahagiaan yang Tiada Tara
153 Rahasia Besar Fatih
154 Akhir Sebuah Kisah
155 Akhir Cerita (End)
156 Ekstra Part. Perpisahan
157 Pengumuman
Episodes

Updated 157 Episodes

1
Kabar Baik atau Buruk?
2
Pengkhianatan
3
Kemalangan
4
Tak Acuh
5
Sebuah Derita
6
Zafran dan Jago
7
Semuanya Hancur
8
Kenangan Indah Itu
9
Dibuang
10
Pergi
11
Mencari Seira
12
Rindu
13
Perang Batin
14
Kecurigaan
15
Bukan Sei
16
Yang Sebenarnya
17
Ikhlas
18
Seira Pergi
19
Tertinggal Bus
20
Dia Tetap Milikku!
21
Pergulatan
22
Suasana Subuh
23
Keadaan Zafran
24
Penampilan
25
Lagi-lagi Seira
26
Taruhan
27
Was-was
28
Hendra dan Hubungannya
29
Masalah
30
Kehidupan Seira
31
Kebahagiaan Menjadi Ayah
32
Kemarahan Zafran
33
Bertemu Hendra
34
Kebetulan
35
Restu Ibu
36
Kenangan Masa Lalu
37
Rencana Berhasil
38
Semakin Rumit
39
Dua Wanita Lawan Satu.
40
Bersamaan
41
Tak Ingin Bercerai
42
Rasa Khas Sebuah Kue
43
Menuntaskan Rasa Penasaran
44
Sadar
45
Pada Hari Ulang Tahun Naina
46
Perjuangan Dan Kehancuran
47
Perlahan Hancur
48
Frustasi
49
Pertemuan Tak Terduga
50
Malam Kembali Memanas
51
Senyum Kebahagiaan
52
Side Story' Seira
53
Bukan Papah Rayan
54
Seperti Apa Jakarta
55
Pulang
56
Pertemuan Pertama
57
Bertemu Lagi
58
Ibu Pulang
59
Perasaan Seira, Perasaan Biya
60
Bertemu Siapa?
61
Tak Lekang Oleh Waktu
62
Kenyataan
63
Anak Itu ....
64
Panik
65
Antara Lega dan Malu
66
Kenyataan Pahit
67
Siapa Laki-laki Itu?
68
Dugaan
69
Penyesalan Terdalam
70
Naina Yang Malang
71
Apa Lagi?
72
Nasib
73
Semakin Aneh
74
Hamil?
75
Anak Tetaplah Anak
76
Kesialan
77
Kesialan II
78
Kabar Terbaru
79
Sadar?
80
Sebuah Nama Berharga
81
Bertemu Teman Lama
82
Bertemu Teman Lama II
83
Pada Waktu Itu ....
84
Ditolak
85
Malu
86
Berakhir
87
Lebih Busuk
88
Hari Itu ....
89
Pelangi Setelah Badai
90
Gadis Kecil Di Toko Kue
91
Siapa Lagi?
92
Bertemu Lagi
93
Gadis Kecil Itu
94
Keadaan Berbalik
95
Ingin Kembali
96
Kenangan
97
Tidak Jadi
98
Fathiya
99
Anak Itu
100
Sesosok Luka
101
Yang Buruk Tak Selalu Buruk
102
Bertemu
103
Hati Yang Retak
104
Perlahan Mengerti
105
Ikhlas II
106
Beberapa Hari Berlalu
107
Permohonan Gadis Kecil
108
Tak Bisa Pergi
109
Sebuah Surat
110
Bertemu Luka
111
Bertemu Muka
112
Memaafkan dan Mengikhlaskan
113
Akan Bertemu Rayan
114
Tidak Sekarang
115
Kontak Batin
116
Bukan Aids
117
Reuni
118
Keputusan
119
Kemauan Zafran
120
Tempat Ibu
121
Mencari Biang Masalah
122
Bertemu
123
Peringatan
124
Aku dan Kamu
125
Berbicara
126
Bertemu Lita
127
Sebuah Acara
128
Kenyataan
129
Ketakutan Hendra
130
Perubahan Seira
131
Tekad Zafran
132
Penolakan Rayan
133
Penolakan Rayan II
134
Diluar Dugaan
135
Mencoba Mengakhiri Hidup
136
Membuat Ulah
137
Dampak Berita Zafran
138
Tersangka
139
Tersangka Baru
140
Diburu
141
Tersangka Utama
142
Menuntaskan Masalah
143
Klarifikasi
144
Tuntas!
145
Pertemuan
146
Ingin Bertemu Naina
147
Naina Anakku.
148
Waktu Berdua
149
Doa Ibu
150
Hari Yang Ditunggu
151
Berkumpul
152
Kebahagiaan yang Tiada Tara
153
Rahasia Besar Fatih
154
Akhir Sebuah Kisah
155
Akhir Cerita (End)
156
Ekstra Part. Perpisahan
157
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!