Dia Tetap Milikku!

"Silahkan, Den, diminum. Ya, seadaanya aja karena rumah ini emang nggak ada yang ngerawat," ucap Bi Sari sembari meletakkan sebuah nampan yang di atasnya terdapat tiga cangkir teh juga ada biskuit yang dibelinya di warung tadi.

"Makasih, Bi. Nggak usah repot-repot kayak gini." Fatih tersenyum seraya menerima satu cangkir teh yang diberikan Bi Sari padanya.

Duduk di bale-bale yang terbuat dari bambu, di teras yang dipenuhi tanaman bunga beraneka ragam. Sejuk dan asri, ditambah suasana desa yang tak dapat dijumpai di kota-kota besar seperti Jakarta membuatnya nyaman.

"Makasih, Mas Fatih, udah repot-repot antar kita sampe ke rumah. Padahal jauh," tutur Seira sembari menatap laki-laki baik hati yang duduk di sampingnya.

Setelah melewati waktu setengah hari lebih mereka tiba di sebuah desa di penghujung Provinsi Jawa Barat. Berbatasan dengan Provinsi Banten, tepatnya di laut selatan. Laki-laki itu menoleh, menggenggam cangkir yang terasa hangat di tangan. Udara pedesaan tetap terasa sejuk apalagi memasuki sore hari.

"Aku sering dateng ke sini kalo dapet undangan. Lagian Bapakku juga dari sini, dan ada tetangga juga yang kerja di Jakarta dari sini. Jadi, aku udah biasa ke sini. Jangan sungkan," sahut Fatih sambil tersenyum.

Wajah dingin yang mereka lihat sebelum berangkat tadi, seolah-olah raib dan digantikan dengan senyum menawan yang menambah karisma pada dirinya.

"Oh, siapa emang namanya? Mana tahu saya kenal," tanya Bi Sari sumringah.

"Mmm ... namanya Mang Udin, dia supir di rumah orang kaya. Udah lama juga nggak ketemu," katanya.

Mendengar nama itu keduanya saling menatap satu sama lain. Lalu, terkekeh menerka kemungkinan yang kebetulan. Fatih menautkan kedua ujung alis, bingung dengan reaksi kedua wanita berbeda usia itu.

"Ada apa? Kenapa kalian malah ketawa?" tanyanya.

Ia menyeruput teh tersebut sembari melirik Seira yang tampak manis ketika tertawa. Berbeda dari sebelumnya, sewaktu di dalam mobil. Wanita itu bahkan terlihat murung tak seceria saat ini. Tanpa sadar, dia menyukai sosoknya.

"Nggak ada apa-apa, Mas tunggu aja bentar lagi ada kejutan," ucap Seira misterius.

Mereka menikmati sore dengan secangkir teh juga biskuit sederhana. Namun, meskipun begitu, sama sekali tidak mengurangi rasa bahagia yang dirasakan Seira. Entah mengapa, menjauh dari Zafran hatinya mulai merasa tenang. Semua karena dia benar-benar telah merelakan dan bertekad akan menjalani kehidupan untuk ke depannya. Demi si jabang bayi.

"Bu! Bu Sei! Sari! Kalian udah dateng? Maa syaa Allah, kenapa nggak nelepon? Biar saya jemput tadi," teriak Mang Udin sambil berlari setelah turun dari motor bututnya. Ia belum menyadari kehadiran orang lain di teras bambu tersebut.

"Mang Udin? Alhamdulillah, ada orang baik yang antar kita sampe rumah, Mang." Seira berucap ceria.

Senyum yang diukir membuat terpesona jiwa laki-laki yang tak lepas menatap wajahnya itu. Ia bagai rembulan yang bersinar di kegelapan malam. Bagai semilir angin, di musim panas. Bagai pelangi yang menghadirkan warna-warna indah di jagat langit.

Telinganya terkunci dari semua suara, hanya gelak tawa Seira yang terus memenuhinya. Astaga! Apakah dia jatuh cinta pada istri orang? Entahlah.

"Oh, syukurlah. Alhamdulillah, saya seneng kalian baik-baik aja." Mang Udin terbungkuk-bungkuk saat berkata untuk mengurangi sesak yang melanda.

Mendengar kabar kedatangan mereka, ia bersegera mendatangi rumah Sari yang masih berada di satu kelurahan, tapi berbeda kampung.

Laki-laki paruh baya itu menerima kode lewat gerakan kepala Seira, ia yang mengerti pun lantas menoleh dan melihat dengan jeli laki-laki yang tengah memperhatikan Seira itu.

"Eh, Den Fatih! Maa syaa Allah, Den! Udah lama banget kita nggak ketemu," seru Mang Udin seraya berhambur memeluk laki-laki muda yang terus gelagapan mendengar lengkingan suaranya.

Fatih tersenyum canggung, membalas pelukan Mang Udin. Malu rasanya karena kedapatan memandangi Seira yang notabenenya adalah istri orang lain. Sementara Seira dan Bi Sari tertawa geli melihat tingkah keduanya.

"Gimana kabar Aden? Udah lama nggak pulang kampung ini," tanya Mang Udin setelah melepas pelukan dan duduk di sampingnya.

Dimulailah cerita mereka, kedekatan mereka, juga kisah-kisah tentang seorang Fatih yang mengundang gelak tawa Bi Sari. Seira pun diam-diam mengagumi sosok laki-laki berkarisma itu.

Meninggalkan keseruan mereka, kembali ke kota Jakarta di mana Zafran sedang melangsungkan acara resepsi keduanya dengan Lita. Di atas singgasana itu, sang pengantin wanita terus tersenyum penuh kebahagiaan, sedangkan laki-lakinya hanya sesekali saja.

Hatinya masih diliputi oleh nama sang mantan istri, terus mencari keberadaan wanita itu. Tak satu pun dari orang-orang yang disebarnya, memberi kabar tentangnya. Rasanya memang Seira telah meninggalkan kota ini.

Musik mengalun lembut, tapi tak membuat Zafran tertarik. Sentuhan-sentuhan yang diberikan Lita, tak juga mengusir nama Seira dari hatinya. Nama itu telah bertakhta sepenuhnya dalam jiwa.

Zafran melirik Jago yang sibuk hilir-mudik lantaran mengamankan jalannya acara. Sedikit curiga pada mandor gudangnya itu. Zafran tahu selama ini tahu Jago mengagumi Seira. Untuk itu, ia jarang membawa istrinya ke gudang karena tak ingin mereka bertemu.

"Mas, makasih, ya. Kamu udah tepatin janji kamu."

Lita bergelayut manja di lengan kekar Zafran, laki-laki itu melirik seraya tersenyum seadanya ketika pandang mereka bertemu.

"Aku janji nanti malam aku akan kasih Mas servis yang spesial," katanya lagi merayu.

Tak ada yang dilakukan Zafran selain memberikan anggukkan. Lagipula, sudah lama rasanya ia tidak menikmati pergulatan panas itu. Selain sakit, nama Seira terlalu mengganggu pikirannya.

"Wah ... Bos Zafran, luar biasa! Udah punya istri cantik, sekarang nikah sama yang cantik lagi. Emang hebat, Bos Zafran ini!" seru seorang tamu undangan dengan tiba-tiba.

Penampilannya rapi, mengenakan kemeja dan celana kain, juga sepatu hitam yang mengkilap. Di kanan dan kiri menggandeng dua orang wanita muda sangat bertolak-belakang dengan usianya yang sudah tua.

Lita tersenyum dipuji begitu, tapi juga kesal ketika menyebut kata istri. Dialah satu-satunya istri Zafran sekarang, dan tak akan ada lagi.

"Maaf, Pak-"

"Eh, Nona manis. Jangan panggil 'Pak', tapi panggil 'Om'. Aku ini masih muda, lho," katanya narsis sambil berkedip mata.

Lita termangu, dalam hati mengumpat sekaligus tertawa.

Kakek kali, om? Apanya, udah tua begitu.

"Eh, iya, Om. Mas Zafran itu udah nggak punya istri, dan sekarang aku istri satu-satunya Mas Zafran," tegas Lita mengembangkan senyum penuh penekanan.

Mata keranjang laki-laki berumur itu mengerling, bibir keriputnya melengkung ke atas, dia melepas gandengan dua wanita itu seraya berjalan mengendap seperti maling mendekati Zafran. Pengantin pria mendengus, dia tahu apa yang dilakukan tua-tua keladi itu.

"Bos Zafran, klo buah ranum itu udah bukan punya Bapak. Biar buat aku aja, di mana ... di mana sekarang orangnya? Aku mau bawa dia pulang," bisiknya dengan nada menggelitik dan membuat Zafran jengkel.

Dari dulu, laki-laki keladi itu memang selalu menggoda Seira. Oleh karena itu juga, Seira jarang berkeliaran di luar rumah demi menjaga perasaan Zafran. Dan Zafran setuju karena ia pun tak ingin ada banyak mata keranjang yang menatap liar pada istrinya itu.

"Eh, Bos! Ditanya, kok, diam aja. Di mana buah ranum yang rasanya manis itu? Baru lihat aja aku udah tahu rasanya gimana? Apalagi kalo icip-icip." Dia terkekeh, wajah mesumnya membuat Zafran muak.

Kedua tangannya mengepal erat, ia memejamkan mata kuat-kuat. Menahan diri agar tidak emosi, tapi suara tawa dari laki-laki itu benar-benar menguji kesabarannya. Ditambah kalimat-kalimat yang terlontar dari mulutnya tak seharusnya ia ucapkan untuk Seira.

Bugh!

Tinju Zafran melayang lepas tepat mengenai wajahnya, ia yang tak siap menerika serangan pun jatuh terjerembab di atas panggung pengantin. Dua wanita yang bersamanya memekik takut.

"Jangan harap kamu bisa dapetin dia! Denger! Sampe kapan pun aku nggak akan ngebiarin laki-laki lain dapetin dia termasuk kamu!" hardik Zafran sambil menuding lurus ke arahnya yang terduduk di panggung pengantin.

Semua orang tersentak, termasuk Ibu dan kedua orang tua Lita.

Terpopuler

Comments

Nurhaslyzha Zainol

Nurhaslyzha Zainol

Seira diceraikan semasa hamil, tdk sah.. talaknya tergantung sehingga melahirkn. Tiada eddah bg wanita yg diceraikan waktu hamil krn msh berstatus isteri bahkn Juga tiada eddah slps melahirkn nanti.

2022-11-26

1

Berlyan Syana

Berlyan Syana

awal dari kehancuran jafran telah di mulai jreng...jreng

2022-11-23

0

fifid dwi ariani

fifid dwi ariani

trus bersyukur

2022-10-18

0

lihat semua
Episodes
1 Kabar Baik atau Buruk?
2 Pengkhianatan
3 Kemalangan
4 Tak Acuh
5 Sebuah Derita
6 Zafran dan Jago
7 Semuanya Hancur
8 Kenangan Indah Itu
9 Dibuang
10 Pergi
11 Mencari Seira
12 Rindu
13 Perang Batin
14 Kecurigaan
15 Bukan Sei
16 Yang Sebenarnya
17 Ikhlas
18 Seira Pergi
19 Tertinggal Bus
20 Dia Tetap Milikku!
21 Pergulatan
22 Suasana Subuh
23 Keadaan Zafran
24 Penampilan
25 Lagi-lagi Seira
26 Taruhan
27 Was-was
28 Hendra dan Hubungannya
29 Masalah
30 Kehidupan Seira
31 Kebahagiaan Menjadi Ayah
32 Kemarahan Zafran
33 Bertemu Hendra
34 Kebetulan
35 Restu Ibu
36 Kenangan Masa Lalu
37 Rencana Berhasil
38 Semakin Rumit
39 Dua Wanita Lawan Satu.
40 Bersamaan
41 Tak Ingin Bercerai
42 Rasa Khas Sebuah Kue
43 Menuntaskan Rasa Penasaran
44 Sadar
45 Pada Hari Ulang Tahun Naina
46 Perjuangan Dan Kehancuran
47 Perlahan Hancur
48 Frustasi
49 Pertemuan Tak Terduga
50 Malam Kembali Memanas
51 Senyum Kebahagiaan
52 Side Story' Seira
53 Bukan Papah Rayan
54 Seperti Apa Jakarta
55 Pulang
56 Pertemuan Pertama
57 Bertemu Lagi
58 Ibu Pulang
59 Perasaan Seira, Perasaan Biya
60 Bertemu Siapa?
61 Tak Lekang Oleh Waktu
62 Kenyataan
63 Anak Itu ....
64 Panik
65 Antara Lega dan Malu
66 Kenyataan Pahit
67 Siapa Laki-laki Itu?
68 Dugaan
69 Penyesalan Terdalam
70 Naina Yang Malang
71 Apa Lagi?
72 Nasib
73 Semakin Aneh
74 Hamil?
75 Anak Tetaplah Anak
76 Kesialan
77 Kesialan II
78 Kabar Terbaru
79 Sadar?
80 Sebuah Nama Berharga
81 Bertemu Teman Lama
82 Bertemu Teman Lama II
83 Pada Waktu Itu ....
84 Ditolak
85 Malu
86 Berakhir
87 Lebih Busuk
88 Hari Itu ....
89 Pelangi Setelah Badai
90 Gadis Kecil Di Toko Kue
91 Siapa Lagi?
92 Bertemu Lagi
93 Gadis Kecil Itu
94 Keadaan Berbalik
95 Ingin Kembali
96 Kenangan
97 Tidak Jadi
98 Fathiya
99 Anak Itu
100 Sesosok Luka
101 Yang Buruk Tak Selalu Buruk
102 Bertemu
103 Hati Yang Retak
104 Perlahan Mengerti
105 Ikhlas II
106 Beberapa Hari Berlalu
107 Permohonan Gadis Kecil
108 Tak Bisa Pergi
109 Sebuah Surat
110 Bertemu Luka
111 Bertemu Muka
112 Memaafkan dan Mengikhlaskan
113 Akan Bertemu Rayan
114 Tidak Sekarang
115 Kontak Batin
116 Bukan Aids
117 Reuni
118 Keputusan
119 Kemauan Zafran
120 Tempat Ibu
121 Mencari Biang Masalah
122 Bertemu
123 Peringatan
124 Aku dan Kamu
125 Berbicara
126 Bertemu Lita
127 Sebuah Acara
128 Kenyataan
129 Ketakutan Hendra
130 Perubahan Seira
131 Tekad Zafran
132 Penolakan Rayan
133 Penolakan Rayan II
134 Diluar Dugaan
135 Mencoba Mengakhiri Hidup
136 Membuat Ulah
137 Dampak Berita Zafran
138 Tersangka
139 Tersangka Baru
140 Diburu
141 Tersangka Utama
142 Menuntaskan Masalah
143 Klarifikasi
144 Tuntas!
145 Pertemuan
146 Ingin Bertemu Naina
147 Naina Anakku.
148 Waktu Berdua
149 Doa Ibu
150 Hari Yang Ditunggu
151 Berkumpul
152 Kebahagiaan yang Tiada Tara
153 Rahasia Besar Fatih
154 Akhir Sebuah Kisah
155 Akhir Cerita (End)
156 Ekstra Part. Perpisahan
157 Pengumuman
Episodes

Updated 157 Episodes

1
Kabar Baik atau Buruk?
2
Pengkhianatan
3
Kemalangan
4
Tak Acuh
5
Sebuah Derita
6
Zafran dan Jago
7
Semuanya Hancur
8
Kenangan Indah Itu
9
Dibuang
10
Pergi
11
Mencari Seira
12
Rindu
13
Perang Batin
14
Kecurigaan
15
Bukan Sei
16
Yang Sebenarnya
17
Ikhlas
18
Seira Pergi
19
Tertinggal Bus
20
Dia Tetap Milikku!
21
Pergulatan
22
Suasana Subuh
23
Keadaan Zafran
24
Penampilan
25
Lagi-lagi Seira
26
Taruhan
27
Was-was
28
Hendra dan Hubungannya
29
Masalah
30
Kehidupan Seira
31
Kebahagiaan Menjadi Ayah
32
Kemarahan Zafran
33
Bertemu Hendra
34
Kebetulan
35
Restu Ibu
36
Kenangan Masa Lalu
37
Rencana Berhasil
38
Semakin Rumit
39
Dua Wanita Lawan Satu.
40
Bersamaan
41
Tak Ingin Bercerai
42
Rasa Khas Sebuah Kue
43
Menuntaskan Rasa Penasaran
44
Sadar
45
Pada Hari Ulang Tahun Naina
46
Perjuangan Dan Kehancuran
47
Perlahan Hancur
48
Frustasi
49
Pertemuan Tak Terduga
50
Malam Kembali Memanas
51
Senyum Kebahagiaan
52
Side Story' Seira
53
Bukan Papah Rayan
54
Seperti Apa Jakarta
55
Pulang
56
Pertemuan Pertama
57
Bertemu Lagi
58
Ibu Pulang
59
Perasaan Seira, Perasaan Biya
60
Bertemu Siapa?
61
Tak Lekang Oleh Waktu
62
Kenyataan
63
Anak Itu ....
64
Panik
65
Antara Lega dan Malu
66
Kenyataan Pahit
67
Siapa Laki-laki Itu?
68
Dugaan
69
Penyesalan Terdalam
70
Naina Yang Malang
71
Apa Lagi?
72
Nasib
73
Semakin Aneh
74
Hamil?
75
Anak Tetaplah Anak
76
Kesialan
77
Kesialan II
78
Kabar Terbaru
79
Sadar?
80
Sebuah Nama Berharga
81
Bertemu Teman Lama
82
Bertemu Teman Lama II
83
Pada Waktu Itu ....
84
Ditolak
85
Malu
86
Berakhir
87
Lebih Busuk
88
Hari Itu ....
89
Pelangi Setelah Badai
90
Gadis Kecil Di Toko Kue
91
Siapa Lagi?
92
Bertemu Lagi
93
Gadis Kecil Itu
94
Keadaan Berbalik
95
Ingin Kembali
96
Kenangan
97
Tidak Jadi
98
Fathiya
99
Anak Itu
100
Sesosok Luka
101
Yang Buruk Tak Selalu Buruk
102
Bertemu
103
Hati Yang Retak
104
Perlahan Mengerti
105
Ikhlas II
106
Beberapa Hari Berlalu
107
Permohonan Gadis Kecil
108
Tak Bisa Pergi
109
Sebuah Surat
110
Bertemu Luka
111
Bertemu Muka
112
Memaafkan dan Mengikhlaskan
113
Akan Bertemu Rayan
114
Tidak Sekarang
115
Kontak Batin
116
Bukan Aids
117
Reuni
118
Keputusan
119
Kemauan Zafran
120
Tempat Ibu
121
Mencari Biang Masalah
122
Bertemu
123
Peringatan
124
Aku dan Kamu
125
Berbicara
126
Bertemu Lita
127
Sebuah Acara
128
Kenyataan
129
Ketakutan Hendra
130
Perubahan Seira
131
Tekad Zafran
132
Penolakan Rayan
133
Penolakan Rayan II
134
Diluar Dugaan
135
Mencoba Mengakhiri Hidup
136
Membuat Ulah
137
Dampak Berita Zafran
138
Tersangka
139
Tersangka Baru
140
Diburu
141
Tersangka Utama
142
Menuntaskan Masalah
143
Klarifikasi
144
Tuntas!
145
Pertemuan
146
Ingin Bertemu Naina
147
Naina Anakku.
148
Waktu Berdua
149
Doa Ibu
150
Hari Yang Ditunggu
151
Berkumpul
152
Kebahagiaan yang Tiada Tara
153
Rahasia Besar Fatih
154
Akhir Sebuah Kisah
155
Akhir Cerita (End)
156
Ekstra Part. Perpisahan
157
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!