Bukan Sei

Zafran melenguh tepat disaat Lita membawakan kopi dan susu jahe yang diminta dokter Hendra. Dahi sempit Lita mengernyit ketika menemukan dokter muda itu sedang berdiri di dekat jendela. Tirai kamar dibiarkannya terbuka, pemandangan kota malam yang diguyur hujan menjadi view yang indah untuk dinikmati. Sekaligus romantis.

Dokter Hendra berbalik disaat mendengar pintu berderit yang disertai rintihan Zafran. Ia berjalan mendekat ke ranjang seraya duduk di tepinya. Memeriksa denyut nadi dan detak jantung, memastikan keadaan Zafran sudah lebih baik. Ia sempat memberikan obat lewat suntikan tadi.

"Dokter, ini kopi sama susu jahenya," ucap Lita yang sengaja berdiri di samping dokter Hendra.

Dua kancing atas kemeja yang ia kenakan, sengaja tak dikaitkan demi menarik perhatian sang dokter. Bahkan dia sempat bercermin dan membenahi penampilannya sebelum membawa dua minuman itu ke kamar Zafran.

"Letakkan saja di sana? Kamu udah bikin sup? Zafran udah bangun, dan dia harus cepet makan," sahut dokter Hendra tanpa menoleh ataupun melirik ke arahnya.

Lita gelagapan, ia lupa pada satu perintah itu. Buru-buru meletakkan nampan tersebut di atas nakas dan bersegera menarik diri dari kamar Zafran. Oh, sial! Ada nenek sihir di dapur. Lidahnya berdecak kesal, tapi tak urung jua melanjutkan langkah.

Benar saja, Ibu masih di sana menatap pada pintu dapur dengan tajam. Bagai seekor pemangsa yang bersiap melahap mangsanya. Lita menggulung rambut tinggi-tinggi sambil memasuki dapur. Tak perlu banyak bicara, yang pasti kerjakan saja apa yang diperintahkan.

Dengan tangan gemetaran, Lita mulai meracik bumbu.

"Zafran nggak suka masakan yang lain selain masakan istrinya. Dia nggak biasa makan masakan orang lain," ujar Ibu semakin menambah ketegangan.

Lita mendengus sebal, tidak menanggapi celotehan tak mengenakan dari wanita tua yang banyak bicara itu.

"Ugh!" Ia menjauh disaat menumbuk bawang, rasa perih terus dirasakannya menyerang kedua mata.

Seperti hatinya yang teriris berulang-ulang, air mata pun rembes tanpa dia inginkan.

Sialan, mata aku jadi perih kayak gini. Seumur-umur nggak pernah masak bikin bumbu kayak gini. Orang kaya satu ini emang nyebelin.

Dia mengumpat, tapi hanya dalam hati. Tak mampu lisannya berucap walau hanya sebatas lirih semata. Lita melanjutkan menumbuk bumbu, tanpa peduli pandangan aneh wanita itu.

"Seira nggak pernah kayak kamu, lho. Dia biasa aja tuh numbuk bumbunya. Kamu nggak pernah masak, ya?" celoteh Ibu yang lagi-lagi menyebut nama wanita yang enggan didengarnya.

Lita membanting ulekan, menghela napas lelah, pandangannya menengadah sebelum kembali melanjutkan pekerjaan yang menurutnya menyebalkan itu.

Ibu mendengus, lelah sendiri melihat tingkah sang calon menantu yang terlihat tak becus apa-apa itu.

"Tante mau lihat Zafran dulu, kasih tahu kalo kamu udah selesai," pintanya seraya beranjak meninggalkan dapur sambil melirik dan mencibir.

Lita mendesah lega, akhirnya terbebas dari mandor yang selalu berbicara tak enak itu. Ia dapat dengan tenang menuntaskan pekerjaan. Pandangannya melirik pada jendela yang tirainya tersingkap.

Langit masih menurunkan airnya meski hanya berupa gerimis, kilatan petir yang menyambar pun tak lagi terlihat. Semoga saja dia tidak diusir setelah ditawari menginap. Lagipula tubuhnya terasa lengket dan lelah, ingin rasanya berendam air hangat yang tak pernah bisa ia lakukan di kontrakan.

Asap yang mengepul dari masakan mengeluarkan bau, Lita melongo ke dalam panci melihat sup ayam yang dibuatnya. Diambilnya kuah sedikit untuk ia cicipi rasanya.

"Mmm ... nggak buruk. Ini juga enak, walaupun nggak sama kalo dibanding masakan Sei, tapi tetap enak." Ia bermonolog bangga.

Sementara itu, di kamarnya Zafran mulai sadarkan diri. Dahinya mengernyit disaat pening melanda, dokter Hendra menunggu sembari bersedekap dada. Bersikap seolah-olah seorang hakim yang akan mendakwa tertuduh.

"Udah bangun?"

Nada ketus dari suara yang tak asing di telinganya mengusik kenyamanan Zafran yang masih ingin terpekur dalam buaian. Ia menoleh ke samping, menatap sayu dokter muda itu.

"He-hendra?" panggilnya dengan suara parau.

Dokter Hendra lekas membantu disaat Zafran hendak merubah posisinya menjadi duduk. Tak lagi berminat duduk di sofa, dokter berkacamata itu duduk di tepian ranjang. Mengambil segelas susu jahe dan membukanya.

Asap mengepul mengeluarkan bau yang khas. Zafran tersenyum mencium bau itu.

Sei pulang, terima kasih, ya Allah. Ternyata dia masih peduli sama aku, tapi di mana? Kenapa dia nggak ada di kamar?

Zafran bergumam dalam hati, teramat senang saat pikirannya mengatakan Seira berada di rumah itu. Ia menerima suapan demi suapan susu jahe yang diberikan oleh Hendra. Dahinya mengernyit bingung, rasa yang dicecap lidahnya tak sama meskipun memiliki bau yang serupa.

Namun, ia tetap meminumnya, demi menghangatkan tubuh yang sejak sore menggigil kedinginan.

"Nggak usah disimpan, aku mau habiskan," sergah Zafran disaat Hendra hendak meletakkan gelasnya di tempat semula.

Zafran merebut gelas tersebut, mulai menyuapi diri sendiri. Bahagia yang terlihat di wajah pucatnya membuat kening Hendra mengkerut. Tak ingin larut dalam pikiran yang macam-macam, ia melirik gelas lainnya.

Kopi yang dibuatkan Lita belum disentuhnya sama sekali. Rasanya enggan untuk mencicipi cairan hitam kesukaannya dari dalam cangkir tersebut. Namun, penasaran dengan rasanya, berharap semoga akan sama seperti yang Seira buatkan.

Ia mengambilnya, menyesap sedikit, dan wajah tampan itu berubah aneh. Berkali-kali lidahnya berdecak memastikan rasa kopi tersebut. Dahinya mengernyit, rasa aneh itu membuat perut mual. Ia meletakkan kembali di tempatnya. Hal itu mengundang rasa penasaran Zafran.

"Kenapa nggak diminum? Biasanya kamu habiskan, terus memuji kopi buatan Sei emang nggak ada duanya," protes Zafran yang tak senang melihat sikap Hendra.

"Iya, tapi ini rasanya beda. Nggak nikmat kayak buatan Sei, malah bikin perut enek terus mual," ucapnya jujur.

Zafran semakin bingung terlihat, diliriknya gelas yang ia genggam, susu tersebut hampir tandas sepenuhnya. Lalu, membuang pandangannya lagi pada Hendra yang beralih tempat duduk.

"Beda gimana? Masa rasanya bisa beda? Kan, yang bikin masih sama," tanya Zafran seraya menenggak susu jahe di tangannya.

"Kamu yakin rasanya masih sama?"

Zafran tercenung.

"Sedikit beda emang, tapi mungkin itu karena hatinya lagi nggak senang. Kami bertengkar, dan dia pergi dari rumah. Aku mencari dia sampai menorobos hujan, tapi nggak ketemu. Nggak nyangka aja dia bisa balik lagi ke rumah," ungkapnya sedikit berbohong soal bertengkar.

Dokter Hendra tak langsung percaya, bertekad dalam hati setelah dari rumah itu ia ingin mencari keberadaan Seira dan memastikan kejadian yang sebenarnya. Pasalnya, ia juga tak melihat Bi Sari di rumah tersebut juga Mang Udin yang biasanya berjaga di pos gerbang.

"Kamu yakin, kalian bertengkar? Asal kamu tahu aja, susu itu bukan buatan Sei, tapi perempuan di dapur sana," beritahu dokter Hendra membuat Zafran kembali merenung.

Terpopuler

Comments

Muhtar Ndori

Muhtar Ndori

ceritanya hampir mirip2 sama sinetron tv indo***,tapi mudah2an saja tidak😁😁👍👍👍

2022-10-13

2

Tri Wijayanti

Tri Wijayanti

cari seira hen,,,dan menangkan hatinya🥰

2022-10-10

2

Wildan Ilham Ramadhan

Wildan Ilham Ramadhan

hadeh....ni mertua songong bener. apa dia gak sadar ya dengan apa yg diucapin....dah tau anaknya gak bisa makan masakan orang lain, eh dia malah jahatin mantunya Sampek nyuruh cerai lagiiii....

2022-10-08

2

lihat semua
Episodes
1 Kabar Baik atau Buruk?
2 Pengkhianatan
3 Kemalangan
4 Tak Acuh
5 Sebuah Derita
6 Zafran dan Jago
7 Semuanya Hancur
8 Kenangan Indah Itu
9 Dibuang
10 Pergi
11 Mencari Seira
12 Rindu
13 Perang Batin
14 Kecurigaan
15 Bukan Sei
16 Yang Sebenarnya
17 Ikhlas
18 Seira Pergi
19 Tertinggal Bus
20 Dia Tetap Milikku!
21 Pergulatan
22 Suasana Subuh
23 Keadaan Zafran
24 Penampilan
25 Lagi-lagi Seira
26 Taruhan
27 Was-was
28 Hendra dan Hubungannya
29 Masalah
30 Kehidupan Seira
31 Kebahagiaan Menjadi Ayah
32 Kemarahan Zafran
33 Bertemu Hendra
34 Kebetulan
35 Restu Ibu
36 Kenangan Masa Lalu
37 Rencana Berhasil
38 Semakin Rumit
39 Dua Wanita Lawan Satu.
40 Bersamaan
41 Tak Ingin Bercerai
42 Rasa Khas Sebuah Kue
43 Menuntaskan Rasa Penasaran
44 Sadar
45 Pada Hari Ulang Tahun Naina
46 Perjuangan Dan Kehancuran
47 Perlahan Hancur
48 Frustasi
49 Pertemuan Tak Terduga
50 Malam Kembali Memanas
51 Senyum Kebahagiaan
52 Side Story' Seira
53 Bukan Papah Rayan
54 Seperti Apa Jakarta
55 Pulang
56 Pertemuan Pertama
57 Bertemu Lagi
58 Ibu Pulang
59 Perasaan Seira, Perasaan Biya
60 Bertemu Siapa?
61 Tak Lekang Oleh Waktu
62 Kenyataan
63 Anak Itu ....
64 Panik
65 Antara Lega dan Malu
66 Kenyataan Pahit
67 Siapa Laki-laki Itu?
68 Dugaan
69 Penyesalan Terdalam
70 Naina Yang Malang
71 Apa Lagi?
72 Nasib
73 Semakin Aneh
74 Hamil?
75 Anak Tetaplah Anak
76 Kesialan
77 Kesialan II
78 Kabar Terbaru
79 Sadar?
80 Sebuah Nama Berharga
81 Bertemu Teman Lama
82 Bertemu Teman Lama II
83 Pada Waktu Itu ....
84 Ditolak
85 Malu
86 Berakhir
87 Lebih Busuk
88 Hari Itu ....
89 Pelangi Setelah Badai
90 Gadis Kecil Di Toko Kue
91 Siapa Lagi?
92 Bertemu Lagi
93 Gadis Kecil Itu
94 Keadaan Berbalik
95 Ingin Kembali
96 Kenangan
97 Tidak Jadi
98 Fathiya
99 Anak Itu
100 Sesosok Luka
101 Yang Buruk Tak Selalu Buruk
102 Bertemu
103 Hati Yang Retak
104 Perlahan Mengerti
105 Ikhlas II
106 Beberapa Hari Berlalu
107 Permohonan Gadis Kecil
108 Tak Bisa Pergi
109 Sebuah Surat
110 Bertemu Luka
111 Bertemu Muka
112 Memaafkan dan Mengikhlaskan
113 Akan Bertemu Rayan
114 Tidak Sekarang
115 Kontak Batin
116 Bukan Aids
117 Reuni
118 Keputusan
119 Kemauan Zafran
120 Tempat Ibu
121 Mencari Biang Masalah
122 Bertemu
123 Peringatan
124 Aku dan Kamu
125 Berbicara
126 Bertemu Lita
127 Sebuah Acara
128 Kenyataan
129 Ketakutan Hendra
130 Perubahan Seira
131 Tekad Zafran
132 Penolakan Rayan
133 Penolakan Rayan II
134 Diluar Dugaan
135 Mencoba Mengakhiri Hidup
136 Membuat Ulah
137 Dampak Berita Zafran
138 Tersangka
139 Tersangka Baru
140 Diburu
141 Tersangka Utama
142 Menuntaskan Masalah
143 Klarifikasi
144 Tuntas!
145 Pertemuan
146 Ingin Bertemu Naina
147 Naina Anakku.
148 Waktu Berdua
149 Doa Ibu
150 Hari Yang Ditunggu
151 Berkumpul
152 Kebahagiaan yang Tiada Tara
153 Rahasia Besar Fatih
154 Akhir Sebuah Kisah
155 Akhir Cerita (End)
156 Ekstra Part. Perpisahan
157 Pengumuman
Episodes

Updated 157 Episodes

1
Kabar Baik atau Buruk?
2
Pengkhianatan
3
Kemalangan
4
Tak Acuh
5
Sebuah Derita
6
Zafran dan Jago
7
Semuanya Hancur
8
Kenangan Indah Itu
9
Dibuang
10
Pergi
11
Mencari Seira
12
Rindu
13
Perang Batin
14
Kecurigaan
15
Bukan Sei
16
Yang Sebenarnya
17
Ikhlas
18
Seira Pergi
19
Tertinggal Bus
20
Dia Tetap Milikku!
21
Pergulatan
22
Suasana Subuh
23
Keadaan Zafran
24
Penampilan
25
Lagi-lagi Seira
26
Taruhan
27
Was-was
28
Hendra dan Hubungannya
29
Masalah
30
Kehidupan Seira
31
Kebahagiaan Menjadi Ayah
32
Kemarahan Zafran
33
Bertemu Hendra
34
Kebetulan
35
Restu Ibu
36
Kenangan Masa Lalu
37
Rencana Berhasil
38
Semakin Rumit
39
Dua Wanita Lawan Satu.
40
Bersamaan
41
Tak Ingin Bercerai
42
Rasa Khas Sebuah Kue
43
Menuntaskan Rasa Penasaran
44
Sadar
45
Pada Hari Ulang Tahun Naina
46
Perjuangan Dan Kehancuran
47
Perlahan Hancur
48
Frustasi
49
Pertemuan Tak Terduga
50
Malam Kembali Memanas
51
Senyum Kebahagiaan
52
Side Story' Seira
53
Bukan Papah Rayan
54
Seperti Apa Jakarta
55
Pulang
56
Pertemuan Pertama
57
Bertemu Lagi
58
Ibu Pulang
59
Perasaan Seira, Perasaan Biya
60
Bertemu Siapa?
61
Tak Lekang Oleh Waktu
62
Kenyataan
63
Anak Itu ....
64
Panik
65
Antara Lega dan Malu
66
Kenyataan Pahit
67
Siapa Laki-laki Itu?
68
Dugaan
69
Penyesalan Terdalam
70
Naina Yang Malang
71
Apa Lagi?
72
Nasib
73
Semakin Aneh
74
Hamil?
75
Anak Tetaplah Anak
76
Kesialan
77
Kesialan II
78
Kabar Terbaru
79
Sadar?
80
Sebuah Nama Berharga
81
Bertemu Teman Lama
82
Bertemu Teman Lama II
83
Pada Waktu Itu ....
84
Ditolak
85
Malu
86
Berakhir
87
Lebih Busuk
88
Hari Itu ....
89
Pelangi Setelah Badai
90
Gadis Kecil Di Toko Kue
91
Siapa Lagi?
92
Bertemu Lagi
93
Gadis Kecil Itu
94
Keadaan Berbalik
95
Ingin Kembali
96
Kenangan
97
Tidak Jadi
98
Fathiya
99
Anak Itu
100
Sesosok Luka
101
Yang Buruk Tak Selalu Buruk
102
Bertemu
103
Hati Yang Retak
104
Perlahan Mengerti
105
Ikhlas II
106
Beberapa Hari Berlalu
107
Permohonan Gadis Kecil
108
Tak Bisa Pergi
109
Sebuah Surat
110
Bertemu Luka
111
Bertemu Muka
112
Memaafkan dan Mengikhlaskan
113
Akan Bertemu Rayan
114
Tidak Sekarang
115
Kontak Batin
116
Bukan Aids
117
Reuni
118
Keputusan
119
Kemauan Zafran
120
Tempat Ibu
121
Mencari Biang Masalah
122
Bertemu
123
Peringatan
124
Aku dan Kamu
125
Berbicara
126
Bertemu Lita
127
Sebuah Acara
128
Kenyataan
129
Ketakutan Hendra
130
Perubahan Seira
131
Tekad Zafran
132
Penolakan Rayan
133
Penolakan Rayan II
134
Diluar Dugaan
135
Mencoba Mengakhiri Hidup
136
Membuat Ulah
137
Dampak Berita Zafran
138
Tersangka
139
Tersangka Baru
140
Diburu
141
Tersangka Utama
142
Menuntaskan Masalah
143
Klarifikasi
144
Tuntas!
145
Pertemuan
146
Ingin Bertemu Naina
147
Naina Anakku.
148
Waktu Berdua
149
Doa Ibu
150
Hari Yang Ditunggu
151
Berkumpul
152
Kebahagiaan yang Tiada Tara
153
Rahasia Besar Fatih
154
Akhir Sebuah Kisah
155
Akhir Cerita (End)
156
Ekstra Part. Perpisahan
157
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!