Mencari Seira

Seorang wanita berjalan pelan dan sedikit pincang di bawah guyuran hujan. Mendekap tubuh sendiri guna menghalau rasa dingin yang dihadirkan jagat malam itu. Tubuhnya menggigil bahkan di kegelapan tanpa cahaya lampu pun, masih dapat terlihat dengan jelas.

Zafran yang menunggu lampu jalan berganti, membenturkan kepala pada kemudi, merutuki dirinya sendiri yang terlanjur bertindak bodoh. Menyesal, rasa itu perlahan hadir mengisi hatinya.

Oh, Zafran! Nasi sudah menjadi bubur, tak ada guna lagi kamu menyesal.

Gemuruh dalam dada amat menyesakkan, ia memukul-mukul dadanya sendiri berharap sesak yang menghimpit akan terurai seperti sedia kala. Tak ada guna! Zafran menangis sendirian di dalam sepi. Tak perlu malu pada dunia karena memang tak ada yang menyaksikan.

Bunyi klakson yang banyak dan cukup kencang menyentak Zafran yang masih tergugu sambil menyembunyikan wajah di atas kemudi. Teriakan demi teriakan menggema di tengah guyuran hujan, mengumpat dan menyumpahserapahi laki-laki itu karena tak kunjung beranjak. Padahal, lampu jalan telah berganti.

Zafran tersadar, gegas menjalankan mobilnya setelah menyusut air mata. Matanya memicing kala melihat wanita yang berjalan tertatih di bawah guyuran hujan. Bola matanya melebar, menyadari dialah sosok yang dicari sejak sore tadi.

"Seira!"

Zafran menepi, tanpa peduli akan basah oleh air yang terus turun dari langit, ia keluar menerjang hujan. Berjalan tergesa, menyeberangi jalan.

Tin ... tin!

Klakson mobil juga sorot lampunya menerpa tubuh Zafran. Ia terus melangkah di tengah jalan, tak peduli pada kemungkinan dirinya akan tertabrak. Klakson itu terus berbunyi, meminta Zafran untuk menyingkir dari jalanan. Namun, laki-laki itu seolah tak mendengar, terus berjalan gontai menyebrang.

Tiiiin!

Zafran menoleh disaat klakson berbunyi panjang, ia menutupi wajah dengan kedua tangannya. Menghalau sorot lampu juga menjadikan tangannya sebagai tameng melindungi diri.

Ciiit!

Ban mobil berdecit cukup nyaring, hampir-hampir tergelincir karena keadaan jalan yang licin akibat guyuran hujan. Zafran terjatuh di jalanan, napasnya tertahan sebelum akhirnya memburu hebat.

Sekali lagi bunyi klakson yang menghentak, menyadarkan Zafran agar segera beranjak. Laki-laki payah itu mendongak sebelum berdiri dan membawa tubuhnya pergi. Pandangannya melilau, mencari sosok wanita yang ingin dikejarnya.

"Ah, sial! Ke mana Sei?" umpatnya kesal.

Zafran terus berlari tanpa sadar ia sudah berada jauh dari jarak mobilnya. Tak peduli. Mungkin kata itu yang kini dapat menggambarkan keadaannya. Tak peduli pada dirinya yang terus diguyur air hujan, tak peduli pada pandangan semua orang, juga tak peduli harta yang ia tinggalkan. Satu-satunya keinginan saat itu adalah menemukan Seira.

"Seira!" Ia kembali memanggil nama gadis yang saat ini menjelma bagai hantu dalam pikirannya.

Wanita itu di sana, terseok-seok sedang menyebrang jalan. Zafran kembali membawa tubuhnya yang menggigil berlari mengejar. Tak ingin terlambat dan kehilangan jejak lagi, Zafran menarik tangan wanita itu sebelum langkahnya menapak di jalan.

"Seira, maafin Mas!" ucapnya sambil menarik tubuh itu ke dalam pelukan.

Mendekapnya erat dan hangat, seolah-olah tak ingin berpisah lagi dengannya. Tiba-tiba sebuah rencana licik muncul dalam pikirannya. Ia akan menarik kembali kata cerai itu dan tetap menjadikan Seira sebagai istrinya, hanya saja ia tak akan tinggal di rumah bersama yang lain.

Zafran akan membelikannya sebuah rumah dan akan sering-sering berkunjung. Ia tak akan kehilangan Seira dan segala bentuk perhatiannya juga akan tetap memiliki anak dari Lita. Senyum terukir dalam hati meski air berjatuhan berbaur dengan hujan.

"Jangan pergi, Sei. Mas mencintai kamu, maafin Mas. Mas menyesal," ucapnya lagi tak mengendurkan pelukan.

Namun, Seira bergeming dalam pelukan. Tak menyahut sepatah kata pun, bergerak saja tidak bahkan tak membalas pelukan Zafran. Tidak begini, seharunya wanita itu balas memeluknya. Merajuk manja seperti biasanya. Belum sampai sehari, dia rindu panggilan mesra wanita itu.

Wanita itu memberontak, tapi tak mengeluarkan suara sedikit pun. Ia seolah bungkam enggan berbicara dengan laki-laki yang tengah memeluknya erat.

"Nggak, jangan lepasin. Mas mohon jangan dilepas. Biarin kayak gini dulu, mas kangen sama kamu, Sei. Maafin Mas, maaf," pinta Zafran semakin mengeratkan pelukan.

"Kamu denger, Mas udah putusin kalo kita nggak jadi bercerai. Mas tarik lagi kata-kata Mas, tapi kamu nggak bisa tinggal di rumah itu. Mas akan beli rumah buat kamu tinggali, Mas juga akan sering berkunjung. Kita akan tetap sama-sama, Sei. Kamu mau, 'kan?" ungkap Zafran tanpa melepas pelukan ataupun mengendurkannya.

Namun, gadis itu bergeming, tidak menjawab iya ataupun tidak. Hal itu tentu saja membuat Zafran keheranan, ia melirik dalam pelukan. Lipatan di dahi terbentuk dengan sendirinya.

"Sei!"

Tak ada sahutan, hanya terdengar gumaman kecil yang lirih darinya. Itu seperti suara tangisan, Zafran tersenyum tanpa sebab. Kembali mengeratkan pelukan sebelum melepasnya.

"Sei, kamu mau, 'kan, kita hidup sama-sama terus?" tanyanya sembari mengguncang kedua bahu Seira dengan lembut.

Ia menunduk demi dapat melihat wajah sang mantan istri yang terhalang rambut basahnya.

"Seira!" panggilnya lagi.

"Aa ... aaa ... aaaaa ... AAAAH!" teriak wanita tersebut sambil mengacak-acak rambutnya kemudian memeluk tubuh sendiri.

Ia menangis tergugu, berjongkok sambil mengoceh tak jelas. Tubuhnya bersandar pada sebuah tiang jalan, dekapan yang ia lakukan semakin erat. Dia mengamuk tak jelas, menendang-nendang udara seperti seorang anak kecil yang tak dibelikan gula-gula.

Zafran termangu, kedua bibir terbelah cukup besar. Matanya yang diterpa air hujan tak berkedip menatap wanita yang baru saja berlabuh di pelukannya. Ia termundur, sadar bahwa dia bukanlah Seira.

"Astaga!" Diusapnya wajah serta rambut, ia membenturkan kepala pada sebatang pohon tanjung yang tumbuh di jalanan tersebut.

"Argh!"

Kepalan tinjunya melayang, menghantam batang pohon tersebut. Tak dirasanya perih pada setiap buku tangan, cairan merah yang timbul segera larut oleh air hujan yang menerpa.

"Sial!"

Ia tersentak disaat sebuah tangan mencengkeram kakinya. Wanita itu berada di bawah menangis sambil memeluk kaki Zafran. Ditepisnya tangan itu hingga tubuh sang wanita terjerembab di tanah.

Zafran segera berlari menuju mobil, dibantingnya pintu hingga menimbulkan suara berdebam cukup keras.

"Sial! Sial! Sial!"

Ia memukul-mukul kemudi, menyugar rambut dengan kasar. Rasa pening yang menyerang membuat kepalanya berdenyut-denyut tak karuan. Diremasnya rambut cukup kuat berharap rasa sakit itu akan menghilang.

Namun, pandanganya justru memburam, ia menggelengkan kepala untuk memperjelas penglihatan. Zafran menjatuhkan kepala pada kemudi, membenturkannya dengan pelan sambil terus mengumpati diri sendiri.

"Aku harus menelponnya, yah. Dia pasti membawa serta ponselnya," gumam Zafran penuh harap.

Ia mencari-cari benda pipih miliknya, dan dengan cepat mengubungi Seira. Satu kali, dua kali, tersambung, tapi tak diangkat wanita itu.

"Nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan. Silahkan hubungi beberapa saat lagi."

Jawaban dari operator menambah kesal yang ada. Sekali lagi dia mencoba, tapi tetap saja mendapat jawaban yang sama.

"Sial!"

Zafran melempar ponsel tersebut, menangis tergugu di atas kemudi.

"Kamu di mana, Sei? Maafin Mas!" rintihnya pilu.

Terpopuler

Comments

Widhi_Wisesha

Widhi_Wisesha

cih..ngarep, penyesalan memang sering datang di akhir, tp waktu takkan kembali...🙄🙄

2023-05-10

1

"my love..ireng"

"my love..ireng"

s zafran..
dasar banci...🤣😂😁😁

2023-03-30

0

R_3DHE (sugar_babby)

R_3DHE (sugar_babby)

😂😂😂😂😂rasain

2023-03-14

0

lihat semua
Episodes
1 Kabar Baik atau Buruk?
2 Pengkhianatan
3 Kemalangan
4 Tak Acuh
5 Sebuah Derita
6 Zafran dan Jago
7 Semuanya Hancur
8 Kenangan Indah Itu
9 Dibuang
10 Pergi
11 Mencari Seira
12 Rindu
13 Perang Batin
14 Kecurigaan
15 Bukan Sei
16 Yang Sebenarnya
17 Ikhlas
18 Seira Pergi
19 Tertinggal Bus
20 Dia Tetap Milikku!
21 Pergulatan
22 Suasana Subuh
23 Keadaan Zafran
24 Penampilan
25 Lagi-lagi Seira
26 Taruhan
27 Was-was
28 Hendra dan Hubungannya
29 Masalah
30 Kehidupan Seira
31 Kebahagiaan Menjadi Ayah
32 Kemarahan Zafran
33 Bertemu Hendra
34 Kebetulan
35 Restu Ibu
36 Kenangan Masa Lalu
37 Rencana Berhasil
38 Semakin Rumit
39 Dua Wanita Lawan Satu.
40 Bersamaan
41 Tak Ingin Bercerai
42 Rasa Khas Sebuah Kue
43 Menuntaskan Rasa Penasaran
44 Sadar
45 Pada Hari Ulang Tahun Naina
46 Perjuangan Dan Kehancuran
47 Perlahan Hancur
48 Frustasi
49 Pertemuan Tak Terduga
50 Malam Kembali Memanas
51 Senyum Kebahagiaan
52 Side Story' Seira
53 Bukan Papah Rayan
54 Seperti Apa Jakarta
55 Pulang
56 Pertemuan Pertama
57 Bertemu Lagi
58 Ibu Pulang
59 Perasaan Seira, Perasaan Biya
60 Bertemu Siapa?
61 Tak Lekang Oleh Waktu
62 Kenyataan
63 Anak Itu ....
64 Panik
65 Antara Lega dan Malu
66 Kenyataan Pahit
67 Siapa Laki-laki Itu?
68 Dugaan
69 Penyesalan Terdalam
70 Naina Yang Malang
71 Apa Lagi?
72 Nasib
73 Semakin Aneh
74 Hamil?
75 Anak Tetaplah Anak
76 Kesialan
77 Kesialan II
78 Kabar Terbaru
79 Sadar?
80 Sebuah Nama Berharga
81 Bertemu Teman Lama
82 Bertemu Teman Lama II
83 Pada Waktu Itu ....
84 Ditolak
85 Malu
86 Berakhir
87 Lebih Busuk
88 Hari Itu ....
89 Pelangi Setelah Badai
90 Gadis Kecil Di Toko Kue
91 Siapa Lagi?
92 Bertemu Lagi
93 Gadis Kecil Itu
94 Keadaan Berbalik
95 Ingin Kembali
96 Kenangan
97 Tidak Jadi
98 Fathiya
99 Anak Itu
100 Sesosok Luka
101 Yang Buruk Tak Selalu Buruk
102 Bertemu
103 Hati Yang Retak
104 Perlahan Mengerti
105 Ikhlas II
106 Beberapa Hari Berlalu
107 Permohonan Gadis Kecil
108 Tak Bisa Pergi
109 Sebuah Surat
110 Bertemu Luka
111 Bertemu Muka
112 Memaafkan dan Mengikhlaskan
113 Akan Bertemu Rayan
114 Tidak Sekarang
115 Kontak Batin
116 Bukan Aids
117 Reuni
118 Keputusan
119 Kemauan Zafran
120 Tempat Ibu
121 Mencari Biang Masalah
122 Bertemu
123 Peringatan
124 Aku dan Kamu
125 Berbicara
126 Bertemu Lita
127 Sebuah Acara
128 Kenyataan
129 Ketakutan Hendra
130 Perubahan Seira
131 Tekad Zafran
132 Penolakan Rayan
133 Penolakan Rayan II
134 Diluar Dugaan
135 Mencoba Mengakhiri Hidup
136 Membuat Ulah
137 Dampak Berita Zafran
138 Tersangka
139 Tersangka Baru
140 Diburu
141 Tersangka Utama
142 Menuntaskan Masalah
143 Klarifikasi
144 Tuntas!
145 Pertemuan
146 Ingin Bertemu Naina
147 Naina Anakku.
148 Waktu Berdua
149 Doa Ibu
150 Hari Yang Ditunggu
151 Berkumpul
152 Kebahagiaan yang Tiada Tara
153 Rahasia Besar Fatih
154 Akhir Sebuah Kisah
155 Akhir Cerita (End)
156 Ekstra Part. Perpisahan
157 Pengumuman
Episodes

Updated 157 Episodes

1
Kabar Baik atau Buruk?
2
Pengkhianatan
3
Kemalangan
4
Tak Acuh
5
Sebuah Derita
6
Zafran dan Jago
7
Semuanya Hancur
8
Kenangan Indah Itu
9
Dibuang
10
Pergi
11
Mencari Seira
12
Rindu
13
Perang Batin
14
Kecurigaan
15
Bukan Sei
16
Yang Sebenarnya
17
Ikhlas
18
Seira Pergi
19
Tertinggal Bus
20
Dia Tetap Milikku!
21
Pergulatan
22
Suasana Subuh
23
Keadaan Zafran
24
Penampilan
25
Lagi-lagi Seira
26
Taruhan
27
Was-was
28
Hendra dan Hubungannya
29
Masalah
30
Kehidupan Seira
31
Kebahagiaan Menjadi Ayah
32
Kemarahan Zafran
33
Bertemu Hendra
34
Kebetulan
35
Restu Ibu
36
Kenangan Masa Lalu
37
Rencana Berhasil
38
Semakin Rumit
39
Dua Wanita Lawan Satu.
40
Bersamaan
41
Tak Ingin Bercerai
42
Rasa Khas Sebuah Kue
43
Menuntaskan Rasa Penasaran
44
Sadar
45
Pada Hari Ulang Tahun Naina
46
Perjuangan Dan Kehancuran
47
Perlahan Hancur
48
Frustasi
49
Pertemuan Tak Terduga
50
Malam Kembali Memanas
51
Senyum Kebahagiaan
52
Side Story' Seira
53
Bukan Papah Rayan
54
Seperti Apa Jakarta
55
Pulang
56
Pertemuan Pertama
57
Bertemu Lagi
58
Ibu Pulang
59
Perasaan Seira, Perasaan Biya
60
Bertemu Siapa?
61
Tak Lekang Oleh Waktu
62
Kenyataan
63
Anak Itu ....
64
Panik
65
Antara Lega dan Malu
66
Kenyataan Pahit
67
Siapa Laki-laki Itu?
68
Dugaan
69
Penyesalan Terdalam
70
Naina Yang Malang
71
Apa Lagi?
72
Nasib
73
Semakin Aneh
74
Hamil?
75
Anak Tetaplah Anak
76
Kesialan
77
Kesialan II
78
Kabar Terbaru
79
Sadar?
80
Sebuah Nama Berharga
81
Bertemu Teman Lama
82
Bertemu Teman Lama II
83
Pada Waktu Itu ....
84
Ditolak
85
Malu
86
Berakhir
87
Lebih Busuk
88
Hari Itu ....
89
Pelangi Setelah Badai
90
Gadis Kecil Di Toko Kue
91
Siapa Lagi?
92
Bertemu Lagi
93
Gadis Kecil Itu
94
Keadaan Berbalik
95
Ingin Kembali
96
Kenangan
97
Tidak Jadi
98
Fathiya
99
Anak Itu
100
Sesosok Luka
101
Yang Buruk Tak Selalu Buruk
102
Bertemu
103
Hati Yang Retak
104
Perlahan Mengerti
105
Ikhlas II
106
Beberapa Hari Berlalu
107
Permohonan Gadis Kecil
108
Tak Bisa Pergi
109
Sebuah Surat
110
Bertemu Luka
111
Bertemu Muka
112
Memaafkan dan Mengikhlaskan
113
Akan Bertemu Rayan
114
Tidak Sekarang
115
Kontak Batin
116
Bukan Aids
117
Reuni
118
Keputusan
119
Kemauan Zafran
120
Tempat Ibu
121
Mencari Biang Masalah
122
Bertemu
123
Peringatan
124
Aku dan Kamu
125
Berbicara
126
Bertemu Lita
127
Sebuah Acara
128
Kenyataan
129
Ketakutan Hendra
130
Perubahan Seira
131
Tekad Zafran
132
Penolakan Rayan
133
Penolakan Rayan II
134
Diluar Dugaan
135
Mencoba Mengakhiri Hidup
136
Membuat Ulah
137
Dampak Berita Zafran
138
Tersangka
139
Tersangka Baru
140
Diburu
141
Tersangka Utama
142
Menuntaskan Masalah
143
Klarifikasi
144
Tuntas!
145
Pertemuan
146
Ingin Bertemu Naina
147
Naina Anakku.
148
Waktu Berdua
149
Doa Ibu
150
Hari Yang Ditunggu
151
Berkumpul
152
Kebahagiaan yang Tiada Tara
153
Rahasia Besar Fatih
154
Akhir Sebuah Kisah
155
Akhir Cerita (End)
156
Ekstra Part. Perpisahan
157
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!