Kenangan Indah Itu

Zafran masih termangu di depan almari, di tangannya pula masih digenggam lingerie berwarna merah muda kesukaannya juga Seira. Terbayang di pelupuk saat-saat pertama kali wanita itu memakainya.

Ia melangkah pelan, kedua kaki dirapatkan dan kepala tertunduk. Tangan kanan memegangi bagian dada, dan yang kiri menahan ujung lingerie agar tidak tersingkap ke atas.

Tergugu laki-laki itu, wajahnya memerah padam bukan karena malu, tapi karena tak mampu menahan gejolak yang menggebu dalam jiwa. Panggilan untuk menyentuh setiap jengkal lekuk tubuhnya, meronta-ronta dengan riang.

Gadis itu masih berdiri di ambang pintu kamar mandi, kepala tetap tertunduk dengan rambut yang tergerai dan menutupi wajahnya. Harum sabun bunga menguar menambah gejolak yang telah membara.

Zafran meneguk liurnya sendiri, air itu tak berhenti keluar dari tempatnya. Tak sabar menunggu, ia pun beranjak. Melangkah pelan menghampiri gadis yang malu-malu di hadapan. Disentuhnya kedua lengan lembut itu, jari telunjuk Zafran dengan lancang mengangkat dagu sang bunga agar bersitatap dengannya.

Lagi-lagi, ia meneguk ludah melihat kecantikan paripurna meski tanpa makeup sekalipun. Sungguh, Seira amat jelita bak jelmaan seorang Dewi yang turun dari kahyangan.

"Kamu cantik sekali. Aku mencintaimu, Sei. Kamu milik aku malam ini dan malam-malam selanjutnya. Cuma milik aku," bisiknya dengan tegas.

Ia angkat telunjuk di dagu Seira, wajah itu mendongak sempurna. Perlahan mengikis jarak antara mereka, pandangan tertuju pada satu arah. Benda ranum berwarna merah muda alami yang amat menggoda.

Dipagutnya kedua belah itu dengan mesra, pelan dan hati-hati. Seolah-olah sedang mengajarkan padanya tentang rasa manis dari buah cinta mereka berdua. Pergulatan pun terjadi, cukup lama dan panas.

"Aku ...."

Tanpa melanjutkan kalimatnya, Zafran mengangkat tubuh Seira dan membawanya mendekati ranjang pengantin mereka. Ranjang dengan kelambu merah muda dan kelopak mawar yang bertebaran di atasnya, menambah romantis keadaan.

Lampu ruangan sengaja dibuat redup dan temaram, cahaya lilin bertabur membuat suasana semakin hangat. Zafran meletakkan tubuh itu di atas ranjang mereka, menjamahnya dengan pelan dan penuh cinta.

Seira menggeliat, gelenyar aneh dan asing yang baru saja menyapa tubuhnya memberikan sensasi luar biasa dahsyat. Ia menggigit telunjuk, berdesis tanpa suara. Ingin mengerang, tapi terlalu malu untuk dilakukan. Ini adalah pertama kalinya untuk mereka.

"Keluarkan saja, sayang. Jangan ditahan," lirih Zafran yang entah sejak kapan telah berada di ceruk lehernya, membuat darah berdesir hebat.

Jantung bertalu-talu berpacu dengan iringan napas yang kian memburu. Ia sembunyikan wajahnya yang bersemu di keremangan cahaya lampu. Indah lagi syahdu, malam pertama penuh cinta dan selanjutnya mengundang rindu.

Erangan beserta rintihan kesakitan berbaur jadi satu membuat bangga Zafran yang telah berhasil membobol gawang milik Seira. Bercak merah pada sprei membuktikan bahwa gadis itu memanglah belum tersentuh. Murni dan suci, bersih tanpa noda.

"Makasih, sayang. Mas cinta kamu, Sei. Selamanya," ungkapnya seusai menunaikan kewajiban sebagai pasangan baru yang sah.

"ZAFRAN!"

Lengkingan suara Ibu menyadarkan laki-laki itu dari lamunan. Lamunan tentang malam pertama yang sakral penuh dengan debar menegangkan, tapi berakhir dengan kepuasan. Setelah ini, jikapun ia berhasil menikah dengan Lita tak akan ada malam seperti yang pernah ia lalui bersama Seira.

"Zafran, kenapa lama banget, sih?!" bentak suara Ibu lagi semakin membawa Zafran ke alam kenyataan bahwa sebentar lagi dia akan berpisah dengan pemilik kenangan itu.

Ia bersegera memasukkan semua barang Seira ke dalam kopernya. Tak banyak yang dimiliki wanita itu karena memang ia sangat jarang sekali berbelanja. Katanya, uangnya untuk ditabung guna masa depan.

Zafran beranjak dengan enggan, maniknya berkaca-kaca disaat terjatuh pada meja rias di mana ia sering duduk usai membersihkan diri. Tak akan ada lagi tawa manis nan renyah di kamar itu, tak akan ada lagi kata bijak yang akan dia dengar dari bibir manisnya. Semua akan pudar seiring waktu berjalan.

Mungkin setelah ini, Zafran harus terbiasa dengan ketiadaan sosoknya. Hamilnya Lita membuat laki-laki itu yakin mengambil keputusan bercerai dengan sang istri.

"ZAFRAN!" Suara Ibu kembali terdengar, menggema di ruang tengah rumah.

"Iya, Bu," jawabnya sambil mempercepat langkah. Menyeret koper bercorak bunga milik Seira dengan tergesa.

Ibu dan Lita tersenyum sumringah melihat kesungguhan Zafran dalam mengambil keputusan berpisah dari istrinya. Dalam hati ia ragu dengan semua keputusan ini, tapi Lita justru meyakinkan dengan adanya surat keterangan dari rumah sakit yang mengatakan dia positif.

"Nah, gitu, dong. Jadi laki-laki itu harus tegas, istri nggak bisa hamil kayak gitu, kok, masih dipertahankan. Kalo ada yang bisa kasih Ibu cucu mending dibuang aja istri nggak guna itu," ucap Ibu mertua dengan keji.

Tajam benar lisannya itu, pantaslah bunga yang ujungnya runcing lagi tajam dinamakan lidah mertua. Ternyata memang setajam itu bahkan lebih tajam lagi daripada silet.

Zafran membanting diri di sofa, pergulatan yang terjadi di dalam batinnya membuat kondisi kesehatan Zafran menurun. Kepalanya berdenyut-denyut nyeri, mata berkunang-kunang sehingga penglihatan memburam.

"Udah, nggak usah kamu pikirin lagi. Dia juga akan terima keadaan dan ngebiarin kamu hidup bahagia sama Lita."

Wanita tua itu tak henti meyakinkan sang anak, dan Zafran mencoba percaya meskipun enggan dalam hati. Ia melirik Lita yang bersikap seperti seekor kucing pemalu. Tak banyak tingkah, terus diam dan tertawa bersama Ibu.

Namun, kerlingan matanya yang nakal bermakna lain, menyiratkan sifat aslinya, memang di hadapan Zafran ia tak pernah menyembunyikan diri.

Tak lama deru suara mobil yang khas mengusik telinga mereka, jantung Zafran berdentam-dentam tak karuan. Momen ini yang tak ingin ia alami meskipun ditunggunya.

"Tuh, dia datang. Udah sana, bawa kopernya dan kasihkan sama dia," perintah Ibu tanpa perasaan.

Seolah-olah waktu menolak, Zafran diingatkan pada kondisi kesehatan Seira tadi siang. Suara Mang Udin yang terdengar panik dan bergetar yang tak dihiraukan, baru sekarang ia ingin mengetahui tentang keadaannya.

"Tapi Udin bilang dia sakit, Bu. Mungkin nggak hari ini karena Sei pasti butuh istirahat," ujar Zafran.

Raut cemas tercetak jelas di wajahnya yang kuyu sore itu, membuat Lita mendengus tak senang dengan sikap plin-plan yang ditunjukkannya. Dia melotot, mengancam sekaligus mengingatkan Zafran tentang rencana mengusir Seira.

"Nggak bisa gitu, dong. Itu udah resiko dia, mau dia sehat atau nggak pokoknya kamu harus usir dia hari ini juga. Kalo kamu nggak mau, biar Ibu yang usir," ucap Ibu semakin tak berhati.

Lita tertunduk, tersenyum penuh kemenangan. Berpura-pura sedih dengan situasi yang ada, nyatanya dia memang serigala berbulu domba.

"Kamu tinggal pilih, mau tetap Seira di sini dan nggak punya anak selamanya atau Lita di sini sama anak kamu. Kamu yang nentuin, Zafran. Terserah, tapi kalo kamu pilih Seira di sini Ibu akan ikut pergi sama Lita dan tinggal sama cucu Ibu. Ibu juga nggak akan izinin kamu buat nengokin dia, sekarang terserah kamu. Pilih yang mana," sengit Ibu yang memberi pilihan berat untuk anaknya.

Zafran gamang, semakin gelisah tatkala suara pintu terdengar membuka. Ia seperti berhadapan dengan buah simalakama. Ditelan pahit, tak ditelan pun pahit rasanya. Zafran berdiri mengangkat koper Seira, terus berjalan menuju pintu.

Brak!

Terpopuler

Comments

Bundanya Pandu Pharamadina

Bundanya Pandu Pharamadina

laki ngga tegas😡,
nyesel nantinya ngelepas Seira

2022-12-20

1

ſᑎ🤫ᵇᵃˢᵉ

ſᑎ🤫ᵇᵃˢᵉ

ingin berkata kasar kepada suami tak berperasaan itu..kebanyakan mendengar perkataan dr org lain..tidak punya pendirian... gedek amattt😠😠😠

2022-10-27

1

fifid dwi ariani

fifid dwi ariani

trus bahagia

2022-10-18

0

lihat semua
Episodes
1 Kabar Baik atau Buruk?
2 Pengkhianatan
3 Kemalangan
4 Tak Acuh
5 Sebuah Derita
6 Zafran dan Jago
7 Semuanya Hancur
8 Kenangan Indah Itu
9 Dibuang
10 Pergi
11 Mencari Seira
12 Rindu
13 Perang Batin
14 Kecurigaan
15 Bukan Sei
16 Yang Sebenarnya
17 Ikhlas
18 Seira Pergi
19 Tertinggal Bus
20 Dia Tetap Milikku!
21 Pergulatan
22 Suasana Subuh
23 Keadaan Zafran
24 Penampilan
25 Lagi-lagi Seira
26 Taruhan
27 Was-was
28 Hendra dan Hubungannya
29 Masalah
30 Kehidupan Seira
31 Kebahagiaan Menjadi Ayah
32 Kemarahan Zafran
33 Bertemu Hendra
34 Kebetulan
35 Restu Ibu
36 Kenangan Masa Lalu
37 Rencana Berhasil
38 Semakin Rumit
39 Dua Wanita Lawan Satu.
40 Bersamaan
41 Tak Ingin Bercerai
42 Rasa Khas Sebuah Kue
43 Menuntaskan Rasa Penasaran
44 Sadar
45 Pada Hari Ulang Tahun Naina
46 Perjuangan Dan Kehancuran
47 Perlahan Hancur
48 Frustasi
49 Pertemuan Tak Terduga
50 Malam Kembali Memanas
51 Senyum Kebahagiaan
52 Side Story' Seira
53 Bukan Papah Rayan
54 Seperti Apa Jakarta
55 Pulang
56 Pertemuan Pertama
57 Bertemu Lagi
58 Ibu Pulang
59 Perasaan Seira, Perasaan Biya
60 Bertemu Siapa?
61 Tak Lekang Oleh Waktu
62 Kenyataan
63 Anak Itu ....
64 Panik
65 Antara Lega dan Malu
66 Kenyataan Pahit
67 Siapa Laki-laki Itu?
68 Dugaan
69 Penyesalan Terdalam
70 Naina Yang Malang
71 Apa Lagi?
72 Nasib
73 Semakin Aneh
74 Hamil?
75 Anak Tetaplah Anak
76 Kesialan
77 Kesialan II
78 Kabar Terbaru
79 Sadar?
80 Sebuah Nama Berharga
81 Bertemu Teman Lama
82 Bertemu Teman Lama II
83 Pada Waktu Itu ....
84 Ditolak
85 Malu
86 Berakhir
87 Lebih Busuk
88 Hari Itu ....
89 Pelangi Setelah Badai
90 Gadis Kecil Di Toko Kue
91 Siapa Lagi?
92 Bertemu Lagi
93 Gadis Kecil Itu
94 Keadaan Berbalik
95 Ingin Kembali
96 Kenangan
97 Tidak Jadi
98 Fathiya
99 Anak Itu
100 Sesosok Luka
101 Yang Buruk Tak Selalu Buruk
102 Bertemu
103 Hati Yang Retak
104 Perlahan Mengerti
105 Ikhlas II
106 Beberapa Hari Berlalu
107 Permohonan Gadis Kecil
108 Tak Bisa Pergi
109 Sebuah Surat
110 Bertemu Luka
111 Bertemu Muka
112 Memaafkan dan Mengikhlaskan
113 Akan Bertemu Rayan
114 Tidak Sekarang
115 Kontak Batin
116 Bukan Aids
117 Reuni
118 Keputusan
119 Kemauan Zafran
120 Tempat Ibu
121 Mencari Biang Masalah
122 Bertemu
123 Peringatan
124 Aku dan Kamu
125 Berbicara
126 Bertemu Lita
127 Sebuah Acara
128 Kenyataan
129 Ketakutan Hendra
130 Perubahan Seira
131 Tekad Zafran
132 Penolakan Rayan
133 Penolakan Rayan II
134 Diluar Dugaan
135 Mencoba Mengakhiri Hidup
136 Membuat Ulah
137 Dampak Berita Zafran
138 Tersangka
139 Tersangka Baru
140 Diburu
141 Tersangka Utama
142 Menuntaskan Masalah
143 Klarifikasi
144 Tuntas!
145 Pertemuan
146 Ingin Bertemu Naina
147 Naina Anakku.
148 Waktu Berdua
149 Doa Ibu
150 Hari Yang Ditunggu
151 Berkumpul
152 Kebahagiaan yang Tiada Tara
153 Rahasia Besar Fatih
154 Akhir Sebuah Kisah
155 Akhir Cerita (End)
156 Ekstra Part. Perpisahan
157 Pengumuman
Episodes

Updated 157 Episodes

1
Kabar Baik atau Buruk?
2
Pengkhianatan
3
Kemalangan
4
Tak Acuh
5
Sebuah Derita
6
Zafran dan Jago
7
Semuanya Hancur
8
Kenangan Indah Itu
9
Dibuang
10
Pergi
11
Mencari Seira
12
Rindu
13
Perang Batin
14
Kecurigaan
15
Bukan Sei
16
Yang Sebenarnya
17
Ikhlas
18
Seira Pergi
19
Tertinggal Bus
20
Dia Tetap Milikku!
21
Pergulatan
22
Suasana Subuh
23
Keadaan Zafran
24
Penampilan
25
Lagi-lagi Seira
26
Taruhan
27
Was-was
28
Hendra dan Hubungannya
29
Masalah
30
Kehidupan Seira
31
Kebahagiaan Menjadi Ayah
32
Kemarahan Zafran
33
Bertemu Hendra
34
Kebetulan
35
Restu Ibu
36
Kenangan Masa Lalu
37
Rencana Berhasil
38
Semakin Rumit
39
Dua Wanita Lawan Satu.
40
Bersamaan
41
Tak Ingin Bercerai
42
Rasa Khas Sebuah Kue
43
Menuntaskan Rasa Penasaran
44
Sadar
45
Pada Hari Ulang Tahun Naina
46
Perjuangan Dan Kehancuran
47
Perlahan Hancur
48
Frustasi
49
Pertemuan Tak Terduga
50
Malam Kembali Memanas
51
Senyum Kebahagiaan
52
Side Story' Seira
53
Bukan Papah Rayan
54
Seperti Apa Jakarta
55
Pulang
56
Pertemuan Pertama
57
Bertemu Lagi
58
Ibu Pulang
59
Perasaan Seira, Perasaan Biya
60
Bertemu Siapa?
61
Tak Lekang Oleh Waktu
62
Kenyataan
63
Anak Itu ....
64
Panik
65
Antara Lega dan Malu
66
Kenyataan Pahit
67
Siapa Laki-laki Itu?
68
Dugaan
69
Penyesalan Terdalam
70
Naina Yang Malang
71
Apa Lagi?
72
Nasib
73
Semakin Aneh
74
Hamil?
75
Anak Tetaplah Anak
76
Kesialan
77
Kesialan II
78
Kabar Terbaru
79
Sadar?
80
Sebuah Nama Berharga
81
Bertemu Teman Lama
82
Bertemu Teman Lama II
83
Pada Waktu Itu ....
84
Ditolak
85
Malu
86
Berakhir
87
Lebih Busuk
88
Hari Itu ....
89
Pelangi Setelah Badai
90
Gadis Kecil Di Toko Kue
91
Siapa Lagi?
92
Bertemu Lagi
93
Gadis Kecil Itu
94
Keadaan Berbalik
95
Ingin Kembali
96
Kenangan
97
Tidak Jadi
98
Fathiya
99
Anak Itu
100
Sesosok Luka
101
Yang Buruk Tak Selalu Buruk
102
Bertemu
103
Hati Yang Retak
104
Perlahan Mengerti
105
Ikhlas II
106
Beberapa Hari Berlalu
107
Permohonan Gadis Kecil
108
Tak Bisa Pergi
109
Sebuah Surat
110
Bertemu Luka
111
Bertemu Muka
112
Memaafkan dan Mengikhlaskan
113
Akan Bertemu Rayan
114
Tidak Sekarang
115
Kontak Batin
116
Bukan Aids
117
Reuni
118
Keputusan
119
Kemauan Zafran
120
Tempat Ibu
121
Mencari Biang Masalah
122
Bertemu
123
Peringatan
124
Aku dan Kamu
125
Berbicara
126
Bertemu Lita
127
Sebuah Acara
128
Kenyataan
129
Ketakutan Hendra
130
Perubahan Seira
131
Tekad Zafran
132
Penolakan Rayan
133
Penolakan Rayan II
134
Diluar Dugaan
135
Mencoba Mengakhiri Hidup
136
Membuat Ulah
137
Dampak Berita Zafran
138
Tersangka
139
Tersangka Baru
140
Diburu
141
Tersangka Utama
142
Menuntaskan Masalah
143
Klarifikasi
144
Tuntas!
145
Pertemuan
146
Ingin Bertemu Naina
147
Naina Anakku.
148
Waktu Berdua
149
Doa Ibu
150
Hari Yang Ditunggu
151
Berkumpul
152
Kebahagiaan yang Tiada Tara
153
Rahasia Besar Fatih
154
Akhir Sebuah Kisah
155
Akhir Cerita (End)
156
Ekstra Part. Perpisahan
157
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!