Tak Acuh

Di Selasar rumah sakit, duduk dua orang paruh baya menunggu keajaiban sang pencipta. Kecemasan jelas tergambar di wajah hampir keriput mereka, tatapan kosong mengawang ke depan, pada sang Kuasa mereka menggantungkan asa.

Si wanita berkali-kali menyeka sudut mata, mengusir air yang tak henti meninggalkan jejak di pipinya yang bulat. Pun dengan si lelaki, helaan napas terhembus berat darinya mengurai sesal yang kian menumpuk dalam jiwa.

"Mudah-mudahan Non Sei dan bayinya selamat, Gusti. Ya Allah ...." Terisak wanita itu.

Ia menutup wajah dengan kedua tangan, menyembunyikan tangis dari semua orang yang hilir-mudik di selasar, yang sebenarnya percuma karena mereka masih bisa melihat guncangan di bahunya.

Mang Udin melirik, tapi tak dapat melakukan apapun. Laki-laki berperawakan tinggi kurus itu mengusap wajah lelah nan kuyu miliknya, beriringan dengan helaan napas panjang lagi berat. Seolah-olah beban yang dipikul bahunya teramat berat.

"Semua ini salah saya, Bi. Seharusnya saya nggak bawa Bu Sei ke gudang karena saya tahu pasti akan begini jadinya," ungkap Mang Udin penuh sesal.

Keluhan yang didengar Bi Sari dari laki-laki di sebelah membuat tangisnya terhenti seketika. Lambat-lambat mengangkat wajah, melayangkan tatapan aneh penuh tanya padanya.

"Emangnya apa yang terjadi? Kenapa Non Sei bisa sampe kayak gini?" cecar Bi Sari sambil membalik tubuh Mang Udin sehingga menghadap ke arahnya.

Seraut wajah gugup tertangkap jelas di manik tua Bi Sari, wanita dengan sanggul ala kadarnya itu semakin menajamkan pandangan. Menuntut jawaban dari laki-laki yang saban hari mengantar sang majikan.

"I-itu .... mmm-"

"Apa? Ada apa? Apa Tuan Zafran selingkuh sama si perempuan gatel itu? Iya, 'kan?" cecar Bi Sari lagi sembari meremas kemeja Mang Udin cukup kuat.

Laki-laki itu terperangah, melirik bergantian wajah berminyak Bi Sari dan tangan yang mencengkeram pakaiannya. Kemudian, spontan Bi Sari menghempaskannya sambil berpaling dengan mata yang memicing.

"Udah saya duga, dia emang perempuan nggak bener. Suka ngerebut suami orang, nggak peduli status laki-laki itu adalah suami sahabatnya. Saya udah bilang ini sama Non Sei, tapi karena hatinya seputih salju Non Sei nggak pernah mau berburuk sangka. Sekarang, malah jadi begini. Duh, Gusti! Mugia Neng dunungan sing dikuatkeun hatena," ratap Bi Sari kembali meneteskan air mata.

Sudah sangat lama ia curiga karena di gudang itu pegawai perempuan hanyalah satu, Lita. Tentu saja, siapa lagi? Wanita berusia dua puluh tujuh tahun, yang notabene teman baik Seira. Dia kerap meminta bantuan ketika dalam masa sulit bahkan Seira dengan suka rela melunasi hutangnya pada rentenir dan membawanya bekerja di gudang dengan bayaran yang layak.

Namun, ternyata, dia hanyalah seekor serigala berbulu domba. Kelicikan, ketamakan, rasa iri dan dengki berada di balik wajah lugu dan menyedihkan miliknya itu. Bi Sari sudah tidak menyukainya dan memperingatkan Seira agar berhati-hati sejak pertama kali melihatnya.

"Saya udah nggak suka sama dia, sejak dia pertama kali datang ke rumah. Kamu tahu, Mang? Dia suka ngeliatin Tuan dan matanya kayak orang yang jatuh cinta. Saya juga pernah mergokin dia menggoda Tuan, tapi Non Sei tetep nggak percaya," sambung Bi Sari sambil terisak-isak pilu.

Mendengar itu sontak Mang Udin menoleh, menatap tak percaya pada ungkapan yang dilayangkan wanita di sampingnya itu.

"Yang bener kamu?" tanyanya terkejut.

"Buat apa saya boong, Mang? Nggak ada gunanya," jawab Bi Sari sambil mengusap air matanya yang terasa basah di pipi.

"Jadi bener, Mang, Tuan selingkuh sama perempuan itu?"

Mang Udin mengangguk sambil membuang napas panjang.

"Udah berapa lama?"

"Yah, sekitar lima bulanan yang lalu kayaknya," sahut Mang Udin.

"Itu, 'kan, sebulan dia kerja di gudang. Ah, dasarnya aja emang Tuan juga yang kegatelan. Kurang apa, sih, Non Sei? Cantik, baik, pinter ngurus rumah sama suami. Terus sekarang lagi hamil juga. Kurang apa, duh, Gusti!" keluh Bi Sari sangat menyayangkan dengan tingkah sang Tuan majikan yang selingkuh.

Padahal, dia memiliki istri sempurna tak hanya di mata keluarga, tapi juga di mata semua orang.

"Yah, yang namanya manusia, Bi. Nggak lepas dari hawa nafsu, dan Tuan lagi dibutakan sama nafsu. Makanya nggak bisa lihat istri cantik kayak Bu Sei," timpal Mang Udin yang juga menyesali tindakan Tuannya.

Keduanya menghening, tak lagi saling bicara. Berbincang dengan hati masing-masing tentang apa yang dilakukan oleh Zafran di belakang sang istri.

"Apa kita perlu kabari Tuan kalo Bu Sei masuk rumah sakit?" tanya Mang Udin memecah hening, "Saya takut kenapa-napa sama Ibu," lanjutnya lagi sambil menghela napas panjang.

Bi Sari masih bungkam, enggan menimpali. Masih berpikir tentang Zafran, laki-laki yang tak tahu diuntung.

"Nggak tahu, coba aja telepon. Siapa tahu Tuan masih peduli sama Non Sei," sahut Bi Sari dengan malas. Rasanya ia enggan bertatap muka dengan laki-laki peselingkuh itu.

Mang Udin mengeluarkan ponselnya, menghubungi sang majikan yang baru saja selesai menuntaskan hasrat terlarangnya.

"Ada apa, Din?" tanya Zafran segera setelah ia mengangkat telepon yang berkali-kali dilakukan Mang Udin.

"Anu, Tuan. Mmm ... Bu Sei masuk rumah sakit," jawab Mang Udin takut-takut. Pasalnya itu adalah panggilan telepon kelima yang ia lakukan.

"Hah, apa? Sei masuk rumah sakit? Sejak kapan?"

Zafran yang duduk bersandar sontak menegakkan tubuh terkejut mendengar kabar tentang sang istri. Jelas terlihat pancaran kecemasan di kedua maniknya itu. Bagaimanapun tak mudah untuk Zafran melepaskan wanita yang telah lima tahun dinikahinya itu.

Dia masih ingat betapa berat perjuangan saat ingin mendapatkan hatinya. Seira wanita sempurna dalam segala hal, pandai memanjakan mata juga hati suami. Tak pernah menuntut apapun meskipun Zafran mampu mengabulkan apapun yang dia inginkan. Mungkin hanya satu kekurangannya di mata Zafran, dia tak kunjung hamil hingga usia pernikahan mereka menginjak tahun kelima.

Kenyataannya, semua kesempurnaan Seira kikis hanya karena satu wanita yang terus menggodanya.

"Apaan, sih!" Satu pukulan cukup kuat dari wanita yang berbaring di pangkuannya, menyentak kesadaran Zafran bahwa dia tidak sedang sendiri.

Melihat Lita yang mengerucutkan bibir, Zafran menjadi gugup. Bekas pergulatan mereka saja masih bertebaran di lantai, bahkan mereka belum memakai penutup tubuh dengan sempurna.

Ia tersenyum canggung, kembali menyandarkan punggung mendengarkan Mang Udin berbicara tentang istrinya. Lita yang tak ingin Zafran pergi menemui Seira, mulai kembali menggodanya. Ia menjamah keperkasaan laki-laki itu, demi mengundang renjana yang baru saja pergi.

"Maaf, Din. Saya nggak bisa ke sana, ada kamu sama Bi Sari, 'kan? Udah kalian jaga aja dia, ya. Saya lagi sibuk di gudang," jawab Zafran membuat Lita menyeringai di tengah aksinya.

Ia lantas mematikan sambungan, beralih kedua tangannya meremas rambut wanita itu. Bibirnya berdesis, kelopak mata terpejam dan terbuka menikmati aksi liar yang dilakukan selingkuhannya itu.

Sesungguhnya, ia sempat mencemaskan keadaan Seira, tapi godaan Lita melenyapkan semua rasa. Seluruh tubuhnya kembali memanas, bergejolak menuntut lebih. Lalu, pergulatan haram pun kembali terjadi tanpa dapat ditolak.

Sementara itu, Mang Udin menurunkan ponsel dengan kecewa. Menatap layar kecil yang berkedip-kedip sebelum akhirnya mati.

"Gimana?" sambar Bi Sari penasaran.

Laki-laki itu menoleh, menggeleng lemah menjawab pertanyaan darinya.

"Keterlaluan!" geramnya, tanpa sadar mencengkeram bangku yang ia duduki.

"Maaf ...."

Terpopuler

Comments

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

dasar laki2 lucknut .. emang cocok nya sama perempuan jal@ng...

2022-12-20

1

ſᑎ🤫ᵇᵃˢᵉ

ſᑎ🤫ᵇᵃˢᵉ

Lagi sibuk selingkuh iyah.. dasar suami Durjanah 🤐🤐🤐

2022-10-26

2

Restie Nie

Restie Nie

aku baca deg2an ...😆😆

2022-10-24

0

lihat semua
Episodes
1 Kabar Baik atau Buruk?
2 Pengkhianatan
3 Kemalangan
4 Tak Acuh
5 Sebuah Derita
6 Zafran dan Jago
7 Semuanya Hancur
8 Kenangan Indah Itu
9 Dibuang
10 Pergi
11 Mencari Seira
12 Rindu
13 Perang Batin
14 Kecurigaan
15 Bukan Sei
16 Yang Sebenarnya
17 Ikhlas
18 Seira Pergi
19 Tertinggal Bus
20 Dia Tetap Milikku!
21 Pergulatan
22 Suasana Subuh
23 Keadaan Zafran
24 Penampilan
25 Lagi-lagi Seira
26 Taruhan
27 Was-was
28 Hendra dan Hubungannya
29 Masalah
30 Kehidupan Seira
31 Kebahagiaan Menjadi Ayah
32 Kemarahan Zafran
33 Bertemu Hendra
34 Kebetulan
35 Restu Ibu
36 Kenangan Masa Lalu
37 Rencana Berhasil
38 Semakin Rumit
39 Dua Wanita Lawan Satu.
40 Bersamaan
41 Tak Ingin Bercerai
42 Rasa Khas Sebuah Kue
43 Menuntaskan Rasa Penasaran
44 Sadar
45 Pada Hari Ulang Tahun Naina
46 Perjuangan Dan Kehancuran
47 Perlahan Hancur
48 Frustasi
49 Pertemuan Tak Terduga
50 Malam Kembali Memanas
51 Senyum Kebahagiaan
52 Side Story' Seira
53 Bukan Papah Rayan
54 Seperti Apa Jakarta
55 Pulang
56 Pertemuan Pertama
57 Bertemu Lagi
58 Ibu Pulang
59 Perasaan Seira, Perasaan Biya
60 Bertemu Siapa?
61 Tak Lekang Oleh Waktu
62 Kenyataan
63 Anak Itu ....
64 Panik
65 Antara Lega dan Malu
66 Kenyataan Pahit
67 Siapa Laki-laki Itu?
68 Dugaan
69 Penyesalan Terdalam
70 Naina Yang Malang
71 Apa Lagi?
72 Nasib
73 Semakin Aneh
74 Hamil?
75 Anak Tetaplah Anak
76 Kesialan
77 Kesialan II
78 Kabar Terbaru
79 Sadar?
80 Sebuah Nama Berharga
81 Bertemu Teman Lama
82 Bertemu Teman Lama II
83 Pada Waktu Itu ....
84 Ditolak
85 Malu
86 Berakhir
87 Lebih Busuk
88 Hari Itu ....
89 Pelangi Setelah Badai
90 Gadis Kecil Di Toko Kue
91 Siapa Lagi?
92 Bertemu Lagi
93 Gadis Kecil Itu
94 Keadaan Berbalik
95 Ingin Kembali
96 Kenangan
97 Tidak Jadi
98 Fathiya
99 Anak Itu
100 Sesosok Luka
101 Yang Buruk Tak Selalu Buruk
102 Bertemu
103 Hati Yang Retak
104 Perlahan Mengerti
105 Ikhlas II
106 Beberapa Hari Berlalu
107 Permohonan Gadis Kecil
108 Tak Bisa Pergi
109 Sebuah Surat
110 Bertemu Luka
111 Bertemu Muka
112 Memaafkan dan Mengikhlaskan
113 Akan Bertemu Rayan
114 Tidak Sekarang
115 Kontak Batin
116 Bukan Aids
117 Reuni
118 Keputusan
119 Kemauan Zafran
120 Tempat Ibu
121 Mencari Biang Masalah
122 Bertemu
123 Peringatan
124 Aku dan Kamu
125 Berbicara
126 Bertemu Lita
127 Sebuah Acara
128 Kenyataan
129 Ketakutan Hendra
130 Perubahan Seira
131 Tekad Zafran
132 Penolakan Rayan
133 Penolakan Rayan II
134 Diluar Dugaan
135 Mencoba Mengakhiri Hidup
136 Membuat Ulah
137 Dampak Berita Zafran
138 Tersangka
139 Tersangka Baru
140 Diburu
141 Tersangka Utama
142 Menuntaskan Masalah
143 Klarifikasi
144 Tuntas!
145 Pertemuan
146 Ingin Bertemu Naina
147 Naina Anakku.
148 Waktu Berdua
149 Doa Ibu
150 Hari Yang Ditunggu
151 Berkumpul
152 Kebahagiaan yang Tiada Tara
153 Rahasia Besar Fatih
154 Akhir Sebuah Kisah
155 Akhir Cerita (End)
156 Ekstra Part. Perpisahan
157 Pengumuman
Episodes

Updated 157 Episodes

1
Kabar Baik atau Buruk?
2
Pengkhianatan
3
Kemalangan
4
Tak Acuh
5
Sebuah Derita
6
Zafran dan Jago
7
Semuanya Hancur
8
Kenangan Indah Itu
9
Dibuang
10
Pergi
11
Mencari Seira
12
Rindu
13
Perang Batin
14
Kecurigaan
15
Bukan Sei
16
Yang Sebenarnya
17
Ikhlas
18
Seira Pergi
19
Tertinggal Bus
20
Dia Tetap Milikku!
21
Pergulatan
22
Suasana Subuh
23
Keadaan Zafran
24
Penampilan
25
Lagi-lagi Seira
26
Taruhan
27
Was-was
28
Hendra dan Hubungannya
29
Masalah
30
Kehidupan Seira
31
Kebahagiaan Menjadi Ayah
32
Kemarahan Zafran
33
Bertemu Hendra
34
Kebetulan
35
Restu Ibu
36
Kenangan Masa Lalu
37
Rencana Berhasil
38
Semakin Rumit
39
Dua Wanita Lawan Satu.
40
Bersamaan
41
Tak Ingin Bercerai
42
Rasa Khas Sebuah Kue
43
Menuntaskan Rasa Penasaran
44
Sadar
45
Pada Hari Ulang Tahun Naina
46
Perjuangan Dan Kehancuran
47
Perlahan Hancur
48
Frustasi
49
Pertemuan Tak Terduga
50
Malam Kembali Memanas
51
Senyum Kebahagiaan
52
Side Story' Seira
53
Bukan Papah Rayan
54
Seperti Apa Jakarta
55
Pulang
56
Pertemuan Pertama
57
Bertemu Lagi
58
Ibu Pulang
59
Perasaan Seira, Perasaan Biya
60
Bertemu Siapa?
61
Tak Lekang Oleh Waktu
62
Kenyataan
63
Anak Itu ....
64
Panik
65
Antara Lega dan Malu
66
Kenyataan Pahit
67
Siapa Laki-laki Itu?
68
Dugaan
69
Penyesalan Terdalam
70
Naina Yang Malang
71
Apa Lagi?
72
Nasib
73
Semakin Aneh
74
Hamil?
75
Anak Tetaplah Anak
76
Kesialan
77
Kesialan II
78
Kabar Terbaru
79
Sadar?
80
Sebuah Nama Berharga
81
Bertemu Teman Lama
82
Bertemu Teman Lama II
83
Pada Waktu Itu ....
84
Ditolak
85
Malu
86
Berakhir
87
Lebih Busuk
88
Hari Itu ....
89
Pelangi Setelah Badai
90
Gadis Kecil Di Toko Kue
91
Siapa Lagi?
92
Bertemu Lagi
93
Gadis Kecil Itu
94
Keadaan Berbalik
95
Ingin Kembali
96
Kenangan
97
Tidak Jadi
98
Fathiya
99
Anak Itu
100
Sesosok Luka
101
Yang Buruk Tak Selalu Buruk
102
Bertemu
103
Hati Yang Retak
104
Perlahan Mengerti
105
Ikhlas II
106
Beberapa Hari Berlalu
107
Permohonan Gadis Kecil
108
Tak Bisa Pergi
109
Sebuah Surat
110
Bertemu Luka
111
Bertemu Muka
112
Memaafkan dan Mengikhlaskan
113
Akan Bertemu Rayan
114
Tidak Sekarang
115
Kontak Batin
116
Bukan Aids
117
Reuni
118
Keputusan
119
Kemauan Zafran
120
Tempat Ibu
121
Mencari Biang Masalah
122
Bertemu
123
Peringatan
124
Aku dan Kamu
125
Berbicara
126
Bertemu Lita
127
Sebuah Acara
128
Kenyataan
129
Ketakutan Hendra
130
Perubahan Seira
131
Tekad Zafran
132
Penolakan Rayan
133
Penolakan Rayan II
134
Diluar Dugaan
135
Mencoba Mengakhiri Hidup
136
Membuat Ulah
137
Dampak Berita Zafran
138
Tersangka
139
Tersangka Baru
140
Diburu
141
Tersangka Utama
142
Menuntaskan Masalah
143
Klarifikasi
144
Tuntas!
145
Pertemuan
146
Ingin Bertemu Naina
147
Naina Anakku.
148
Waktu Berdua
149
Doa Ibu
150
Hari Yang Ditunggu
151
Berkumpul
152
Kebahagiaan yang Tiada Tara
153
Rahasia Besar Fatih
154
Akhir Sebuah Kisah
155
Akhir Cerita (End)
156
Ekstra Part. Perpisahan
157
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!