Max pun menatap sang Manager dengan kata terima kasih tersirat di sana dan sang Manager mengerti arti tatapan itu pun mengangguk sebagai jawaban.
"Apa katamu Tuan Manager dia Asisten pribadi pemilik restoran ini? Bukannya dia hanya seorang supir?" tanya Yolanda sambil menatap Max dengan tatapan meremehkan.
Sebenarnya tidak dapat di pungkiri kalau dia pun terpesona dengan aura Max tapi mengingat kalau Max telah memilih Alana sebagai simpanan hatinya pun sakit.
"Dia adalah orang kepercayaan pemilik restoran ini jadi dia bisa berperan sebagai sopir dan asisten pribadi sekaligus," jawab Manager itu.
Max pun kembali menatap Alana dengan tatapan penuh cinta dan itu membuat Yolanda kembali kesal.
"Aku ingin pelayan yang bernama Agnes di pecat dia orang yang tidak bertanggung jawab bekerja di restoran sebesar ini bukannya yang rajin malah meminta temannya untuk menggantikan dia dan parahnya lagi temannya pun tidak becus bekerja membuat gaunku hancur," ucap Yolanda memprovokasi Manager restoran itu.
"Saya mohon jangan pecat Agnes Tuan dia sedang sakit sehingga dia meminta tolong saya untuk menggantikan dia dan dalam kejadian ini Agnes tidak tahu apa apa," ucap Alana memohon pada Manager itu.
"Tenang saja Nona saya tidak akan memecat teman Anda," jawab Manager itu.
Rani pun menghela nafas lega beda dengan Yolanda yang semakin naik pitam.
"Mengapa bisa begitu? Apakah Anda tidak bisa melihat kerugian yang saya alami Tuan lihatlah gaun saya yang seharga seratus juta rancangan butik terkenal Helen pun rusak siapa yang mau bertanggung jawab!" ucap Yolanda penuh emosi.
Max yang mendengar itu pun tersenyum sinis dia merasa heran mengapa di dunia ini ada wanita yang seperti Yolanda bergaya sok kaya padahal harga gaun itu hanya sekitar sepuluh juta tapi dia berkoar koar kalau harga gaun itu seratus juta dan membawa nama butik terkenal segala.
Diam diam Max menghubungi Helen untuk menanyakan perihal tentang gaun itu, Max pun melakukan panggilan video agar mereka semua yang hadir di sana bisa melihat dan mengetahui kenyataan yang sebenarnya.
Tidak beberapa lama telepon Max pun tersambung dan di layar terlihat seorang wanita yang sedang duduk di belakang meja yang penuh dengan kertas bergambar.
"Ada apa Max tumben kamu menghubungiku?" tanya Helen.
"Tidak Tante aku hanya ingin menanyakan apakah kamu merancang gaun seperti yang di oat gadis ini dengan harga seratus juta?" tanya Max dan mengarahkan kamera ke arah Yolanda.
Betapa kagetnya Yolanda ketika mengetahui bahwa yang tengah berbicara di seberang telepon itu adalah Helen sang perancang busana terkenal di kota ini. Dia telah berbohong dengan membawa nama Wanita ini karena dia tidak tahu kalau salah satu orang di istana ini mengenal Helen.
"Tidak aku tidak pernah membuat gaun seperti itu, kamu kan tahu sendiri Max semua gaun rancangan ku ada tanda pengenal khusus," jelas Helen.
"Tapi kata gadis ini memesan gaun yang di pakainya di butik Anda dan dengan harga seratus juta," ucap Max.
"Apa seratus juta? Jangankan seratus juta gaun itu hanya kisaran sepuluh juta harganya," jawab Helen.
Yolanda yang mendengar perkataan Helen pun merasa sangat malu dia ketahuan tengah berbohong.
"Ya sudah Tante terima kasih, maaf sudah mengganggu waktunya, aku tutup dulu teleponnya," ucap Max.
Tidak beberapa lama sambungan itu pun terputus.
"Apa lagi yang ingin Anda katakan Nona Yolanda?" ucap Max dengan tatapan sinis.
Yolanda yang sudah merasa di permalukan pun segera pergi dari restoran itu sebelum pergi dia sempat menyenggol bahu Alana sambil berucap "Tunggu pembalasanku".
Alana hanya menghela nafas panjang dia sebenarnya sudah bosan terus saja berurusan dengan Yolanda.
Sementara itu Manager restoran membungkuk memberi hormat pada Max dan pergi meninggalkan Max dan Alana di sana.
"Ayo pulang! Kamu telah melupakan tugasmu," ucap Max pada Alana.
Seketika Alana teringat kalau tadi Max menyuruhnya segera pulang setelah mengantar Agnes ke rumah sakit tapi Alana malah pergi ke restoran ini menggantikan Agnes bekerja tanpa mengabari Max.
"Maaf ," ucap Alana sambil menunduk.
"Kenapa teleponku tidak kamu angkat? Entah sudah berapa kali aku meneleponmu," ucap Max.
"Maaf ponselku ada di loker jadi aku tidak bisa mendengarnya," ucap Alana.
"Ya sudah ayo pulang ini sudah malam!" ajak Max.
"Tapi pekerjaanku di sini belum selesai," kaya Alana sambil menatap Max.
"Lupakan saja pekerjaan ini pasti ada yang menggantikan dirimu percayalah!" ucap Max.
"Tapi ...," baru saja Alana ingin membantah Max tapi Max sudah memotongnya lebih dukyy.
"Cukup Alana tidak ada tapi tapian ayo pulang!" kata Max.
Alana yang melihat tatapan tajam Max pun menjadi takut dan memilih mengikuti perkataan Max.
Sepanjang perjalanan Alana ingin sekali menanyakan siapa sebenarnya Max hingga sang Manager restoran itu sangat menghormatinya.
"Max sebenarnya sipa kamu?" tanya Alana memberanikan diri.
Max pun menatap Alana sekilas dan kembali fokus menyetir mobil.
"Apa maksudmu Alana?" tanya Max pura pura tidak tahu apa maksud Alana.
Alana melotot ke arah Max yang bisa bisanya berpura pura tidak tahu apa maksud pertanyaannya.
"Katakan padaku Max siapa sebenarnya kamu? Bukannya kamu seorang supir mengapa di pesta itu kamu mengaku seorang Asisten Pribadi," ucap Alana kesal.
Max pun tersenyum tipis untuk menutupi kegundahan hatinya, dia takut kalau Alana tahu tentang dirinya yang sebenarnya akan membuat Alana meninggalkan dirinya dan Max tidak ingin itu terjadi.
"Apakah aku pernah mengatakan padamu kalau aku seorang supir? Bukankah itu anggapan kamu sendiri? Dan aku hanya mengikuti penilaianmu padaku," ucap Max.
"Kenapa kamu tidak mengatakan kebenarannya padaku Max?" tanya Alana lagi.
"Apakah status seseorang itu sangat penting bagimu Ana?" tanya Max.
Alana yang mendengar Max memanggilnya Ana hatinya pun merasakan sesuatu yang berbeda, ada rasa indah yang mengisi relung hatinya.
Kemarahan Alana tiba tiba menguap dan semburat merah pun terlihat di pipinya.
Max yang melihat itu pun tersenyum tipis setidaknya untuk saat ini Alana tidak mempermasalahkan tentang siapa dirinya lagi.
"Kenapa pipimu merah? Apakah kamu sakit? Apa perlu kita ke Dokter?" ucap Max menggoda Alana.
Alana diam tidak menjawab pertanyaan Max karena dia merasa semakin malu dengan pertanyaan Max itu.
"Ana kenapa kamu diam saja? Katakan sesuatu padaku!" Max semakin senang menggoda Alana.
Alana jengkel dengan ulah Max dia pun berbalik menatap Max dengan tatapan tajam.
"Tutup mulutmu Max! Diamlah!" bentak Alana.
Bukannya marah Max yang mendapat perlakuan seperti itu dari Alana malah tertawa dia merasa sangat senang menggoda Alana apalagi kalau dia melihat semburat merah di pipinya.
"Entah apa yang kamu miliki Ana kamu bisa membuatku sering tersenyum saat bersamamu hal yang belum pernah aku lakukan dengan wanita lain," ucap Max dalam hati sambil menatap Alana secara sembunyi sembunyi dia takut Alana akan merasa terganggu dengan tingkahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
NiedaSofian
Kan udah di sebut nama max bukan willy.. gimana itu?
2024-05-28
0
Wawan Witarnawan
awal berkembangnya cinta dan kasih sayang antara Ana dan Max.
2022-11-19
0