WANITA ITU IBU ANAKKU

WANITA ITU IBU ANAKKU

Part 1

"Dena, untuk pembukaan uotlet cabang di kota S sejauh mana persiapannya?" tanya wanita muda, cantik dan terlihat anggun itu.

"Sudah fix kok kak, kita tinggal berangkat aja. Semua persiapan sudah oke" ucap Dena sang asisten, yang sudah dianggap seperti adik sendiri oleh wanita muda itu.

"Jadi di hari Sabtu ini kan pelaksanaannya? Jangan dirubah lagi ya" mohon Dena. Wanita muda itu mengiyakan ucapan asistennya.

Ya, wanita muda itu adalah Mutia Arini. Seorang pengusaha bakery sukses dengan produk-produk premiumnya.

Pelanggannya adalah kalangan menengah ke atas. Sudah beberapa outlet cabang yang telah berhasil dibukanya. Ribuan karyawan telah dipekerjakan olehnya. Mutia sangat menjaga kualitas bahan dan pembuatan produk kue-kue yang dijual di outlet-outletnya, dia tak segan turun sendiri dalam proses pembuatan dan pengolahan kue. Semua itu dipelajarinya secara otodidak karena sudah menjadi hobinya, Mutia sebenarnya tidak mempunyai cita-cita sebagai pembuat kue.

"Kak, nanti Langit ikut serta kan?" tanya Dena.

"Ya pastilah. Makanya aku minta kamu buatkan acara di akhir pekan" tukas Mutia.

Langit adalah putra semata wayang Mutia. Putra tampan yang sekarang telah berusia lima tahun, saat ini sedang sekolah di sebuah taman kanak-kanak elit di kota J. Anak yang sangat kritis menanyakan hal-hal terutama yang baru dilihatnya.

"Dena, nanti jam dua belasan kutinggal jemput Langit ya" ujar Mutia.

"Oke kak, aku juga lagi nyiapin pesanan kue dari pak Baskoro nih. Biar cepat beres" tukas Dena.

"Pak Baskoro yang mau punya acara hajatan pernikahan putra sulungnya kan? Yang punya perusahaan blue sky?" ujar Mutia duduk di meja kerjanya.

"Betul... Bu Baskoro inginnya kue kering yang fres kak" Dena hendak meninggalkan ruangan Mutia.

"Iya Den, kualitas harus tetap kita jaga. Kepuasan pelanggan harus kita utamakan" tegas Mutia.

Dena meninggalkan ruangan Mutia untuk mengawasi persiapan pengiriman kue ke keluarga Baskoro.

Tepat jam dua belas, Mutia keluar dari ruangannya. Mutia berpapasan dengan Dena di dekat pintu keluar outletnya. Memang di tempat itu selain untuk kantor dari perusahaan "Mutia Bakery", lantai dasar dimanfaatkan untuk outlet kue oleh Mutia.

Mutia sangat pintar memilih lokasi perusahaannya itu. Selain berada di lokasi perkantoran, perusahaan Mutia tepat berseberangan dengan sebuah mall terbesar di kota J. "Den, aku pergi dulu ya" pamit Mutia. Dena mengangguk.

Mobil Mutia pun telah disiapkan oleh satpam tepat di depan pintu keluar. "Terima kasih pak Sarno" ucap Mutia ramah.

"Sama-sama nyonya" jawab sopan pak Sarno sambil membungkuk.

Meski sudah sukses, Mutia tetap tak sombong. "Mau jemput den Langit nyonya?" tanya pak Sarno.

"Pastilah pak. Mari pak Sarno, saya meluncur dulu" tutur Mutia dengan senyum khasnya, sambil membuka pintu samping kemudi mobil.

Mobil mewah itupun meluncur ke TK Harapan Ceria tempat Langit belajar. Mobil Mutia terparkir di samping sebuah mobil sport keluaran terbaru. Mutia turun dan berjalan terburu karena sedikit telat tiba di sekolah. Di perjalanan sempat terjebak macet, karena ada sebuah kecelakaan lalu lintas.

"Bundaaaaa" panggil Langit sambil berlari menyambut bundanya yang baru datang.

"Maaf sayang, bunda terlambat" ucap Mutia memeluk putra tampannya itu.

"Makasih miss, sudah nungguin Langit" ucap Mutia ke guru Langit.

"Sama-sama nyonya" ucap bu Rani.

"Bun, aku mau makan di resto dekat kantor bunda ya?" ujar Langit saat berjalan menuju mobil mereka.

"Loh, kan Bunda sudah buatin bekal tadi buat Langit. Nanti kita makan sama-sama di kantor bunda ya" Mutia dengan sabar menjawab Langit.

"Padahal aku lagi ingin ayam goreng bun" Langit merengek.

"Padahal bunda tadi sudah buatin kamu nasi kura-kura loh" celetuk Mutia.

Langit menyambut dengan antusias, "Benar bun, kalau gitu nggak jadi ajalah makan di restonya" sahut Langit. Mutia menggandeng tangan putranya itu. Nampak sekali binar bahagia di mata mereka.

Sampai di parkiran, Mutia dihampiri seorang ibu muda dengan make up tebalnya. "Selamat siang, apa anda orang tua dari Langit" sapanya dengan sedikit tak bersahabat.

Langit mulai berlindung di belakang bundanya.

"Tolong ajari anak anda sopan santun nyonya. Kemarin siang anak saya Bintang dipukul oleh anak nyonya. Sekarang anakku dirawat di rumah sakit" jelasnya dengan berapi-api.

Langit semakin mengeratkan pelukannya. Mutia duduk memandang Langit seakan meminta penjelasan.

"Langit, apa benar yang dikatakan aunty itu?" ucap Mutia dengan sabar.

Langit dengan sedikit takut akhirnya berkata, "Aku mempunyai alasan kenapa memukulnya bunda".

"Langit, bunda pernah bilang kalau tak boleh memakai kekerasan bukan?" ucap lembut Mutia.

"Sekarang kita ke rumah sakit untuk menjenguk temanmu" lanjut Mutia.

"Nyonya, kalau memang anak saya bersalah saya minta maaf. Saya tidak tau kalau anda tadi tidak mengatakan" jelas Mutia ke nyonya muda di depannya.

"Saya akan tuntut anda kalau sampai terjadi dengan anak saya nyonya" ucap mama Bintang itu dengan ketus.

Mutia masuk ke dalam mobil dan mengikuti arah mobil sport mewah yang terparkir di depannya. Lihat kendaraannya, sepertinya aku berhadapan dengan orang yang berpengaruh. Batin Mutia.

Sementara Langit terdiam karena takut dimarahi bundanya. "Langit, coba ceritakan ke bunda. Kenapa sampai memukul Bintang temanmu?" tanya Mutia dengan lembut.

Mutia tidak mau asal menyalahkan putranya itu. "Bintang selalu mengejekku bun. Dia bilang aku tidak punya ayah, karena tidak pernah aku dijemput oleh ayah. Padahal ayah kan sudah berada di surga ya bun. Benar kan bun?" Langit menceritakan dengan suara bergetar.

Mutia menghentikan mobilnya saat tepat di lampu merah. Antrian panjang mobil di depannya memberikan sedikit waktu untuk memeluk putranya itu. Mutia terpejam saat memeluk putranya. Untuk saat ini Mutia berasa dihempas di jurang terdalam.

Hal yang sangat ditakutkan olehnya akhirnya terjadi juga, anak semata wayangnya akan menanyakan keberadaan ayah kandungnya.

Selama ini memang Mutia mengatakan kebohongan tentang keberadaan ayah kandung Langit.

Mutia terkaget saat mendengar bunyi klakson mobil di belakangnya.

"Ternyata lampu sudah hijau ya bun. Bunda sih lama sekali memeluk Langit" Langit sudah kembali ceria.

Langit tak ingin bundanya bersedih lagi. Karena setiap membahas tentang ayah, hanya tatapan sedih bundanya lah yang didapat oleh Langit.

Mobil Mutia berhenti di parkiran rumah sakit. Nyonya muda yang juga mama Bintang itu ternyata bernama Catherine. Mutia tau namanya saat perawat menyapanya. Mutia tetap mengikuti langkah Catherine sambil menggandeng Langit.

Saat memasuki riang VVIP rumah sakit, Mutia memandang sekeliling ruangan. Di dalam nampak beberapa orang yang menunggui Bintang teman Langit itu.

Langit menggenggam erat tangan bundanya. "Selamat siang. Perkenalkan saya Mutia, saya adalah orang tua kandung dari Langit temannya Bintang" Mutia memperkenalkan diri.

"Heh, sapa suruh kamu berpidato di sini, saya hanya ingin menunjukkan keadaan putaku yang kemarin dipukul oleh putramu itu" sarkas Catherine ketus.

"Maafkan saya dan putra saya nyonya" Mutia tetap berkata dengan lembut.

"Tidak cukup dengan minta maaf, kamu juga harus bertanggung jawab atas segala biaya anak saya di rumah sakit" imbuh Catherine lagi masih dengan nada ketusnya.

"Baik nyonya, saya akan tetap bertanggung jawab untuk hal itu" kata Mutia dengan nada tegas.

"Cih, sombong sekali kau. Kamu tau, biaya perawatan di rumah sakit ini. Tidak sembarang orang bisa membayarnya" urai Catherine.

"Akan saya usahakan nyonya, sebagai ungkapan permintaan maaf kami" imbuh Mutia.

Tiba-tiba datang seseorang yang masuk ke ruangan VVIP tempat Bintang dirawat. Dengan duduk seenaknya dia memperhatikan punggung Mutia yang sedang berbicara dengan kakak perempuan satu-satunya itu. Kakak yang manja dan suka membuat ulah itu. Meski sudah menikah tidak pernah menghilangkan sifat manja yang kadang juga semena-mena itu.

"Sudahlah kak, lagian Bintang juga nggak kenapa-napa. Kakak aja yang lebay, lebam dikit aja musti masuk rumah sakit" ujar

orang yang baru masuk itu santai sambil minum air kemasan di meja.

"Hei, bocah tengil jangan ikut-ikut ya. Ini urusan kakak sama nyonya ini" umpat Catherine.

"Umpatanmu itu tidak baik loh, ada anak kecil di sini" lanjutnya.

Mutia pun berbalik dan menatap asal suara itu. Seorang dengan wajah tampan sedang duduk di kursi penunggu ruangan itu.

"Sudah pulang aja nyonya, keponakanku aman-aman saja. Jangan mau diakali oleh wanita di sampingmu itu" tunjuk tangannya ke arah Catherine.

"Jangan ikut campur ya" sela Catherine.

Dia malah terkekeh, "Kak, aku ke sini mau jemput Bintang karena disuruh oleh papa. Kalau nggak disuruh mana mau aku kesini. Ogah" celetuknya.

"Bintang sudah dibolehin pulang dari kemarin, kakak aja yang ngeyel kalau perlu dirawat. Mana ada pasien lebih pintar dari dokternya. Bintang ayo pulang!!!" ajaknya sambil menggendong Bintang.

Orang tampan itupun berlalu dengan santainya tanpa memperhatikan Langit yang bersembunyi di belakang bunda Mutia.

"Maaf nyonya Catherine, bolehkah kami pamit undur diri?" ujar Mutia berikutnya.

Catherine masih terdiam. "Maafkan atas segala hal yang telah diperbuat oleh anak saya nyonya. Jika ada hal yang belum terselesaikan silahkan hubungi saya. Saya pamit dulu" Mutia menyerahkan sebuah kartu namanya ke Catherine. Mutia dan Langit pun berjalan keluar dari ruangan VVIP tanpa pasien itu.

🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺

semoga suka dengan karyaku ini ya guyssss 💝

Terpopuler

Comments

Sandisalbiah

Sandisalbiah

Mutia tipe wanita tangguh... suka..

2023-11-12

2

~¥^D^~

~¥^D^~

mampir thor.. ceritanya bagus

2023-11-03

1

Meriana Erna

Meriana Erna

sy mampir thor

2023-10-26

1

lihat semua
Episodes
1 Part 1
2 Part 2
3 Part 3
4 Part 4
5 Part 5
6 Part 6
7 Part 7
8 Part 8
9 Part 9
10 Part 10
11 Part 11
12 Part 12
13 Part 13
14 Part 14
15 Part 15
16 Part 16
17 Part 17
18 Part 18
19 Part 19
20 Part 20
21 Part 21
22 Part 22
23 Part 23
24 Part 24
25 Part 25
26 Part 26
27 Part 27
28 Part 28
29 Part 29
30 Part 30
31 Part 31
32 Part 32
33 Part 33
34 Part 34
35 Part 35
36 Part 36
37 Part 37
38 Part 38
39 Part 39
40 Part 40
41 Part 41
42 Part 42
43 Part 43
44 Part 44
45 Part 45
46 Part 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Part 50
51 Part 51
52 Part 52
53 Part 53
54 Part 54
55 Part 55
56 Part 56
57 Part 57
58 Part 58
59 Part 59
60 Part 60
61 Part 61
62 Part 62
63 Part 63
64 Part 64
65 Part 65
66 Part 66
67 Part 67
68 Part 68
69 Part 69
70 Part 70
71 Part 71
72 Part 72
73 Part 73
74 Part 74
75 Part 75
76 Part 76
77 Part 77
78 Part 78
79 Part 79
80 Part 80
81 Part 81
82 Part 82
83 Part 83
84 Part 84
85 Part 85
86 Part 86
87 Part 87
88 Part 88
89 Part 89
90 Part 90
91 Part 91
92 Part 92
93 Part 93
94 Part 94
95 Part 95
96 Part 96
97 Part 97
98 Part 98
99 Part 99
100 Part 100
101 Part 101
102 Part 102
103 Part 103
104 Part 104
105 Part 105
106 Part 106
107 Part 107
108 Part 108
109 Part 109
110 Part 110
111 Part 111
112 Part 112
113 Part 113
114 Part 114
115 Part 115
116 Part 116
117 Part 117
118 Part 118
119 Part 119
120 Part 120
121 Part 121
122 Part 122
123 Part 123
124 Part 124
125 Part 125
126 Part 126
127 Part 127
128 Part 128
129 Part 129
130 Part 130
131 Part 131
132 Part 132
133 Part 133
134 Part 134
135 Part 135
136 Part 136
137 Part 137
138 Part 138
139 Part 139
140 Part 140
141 Part 141
142 Part 142
143 Part 143
144 Part 144
145 Pengkhianatan
146 Promote "Aku Yang Tersisih"
147 Promote 'Langit dan Jingga'
148 Promote 'Nikah Untuk Bahagia'
149 Promote "My Aluna"
150 Promote 'Bukan Benih Suami'
151 Promo 'Lost Memory'
152 Promo Again 'Pelabuhan Terakhir Cassanova'
Episodes

Updated 152 Episodes

1
Part 1
2
Part 2
3
Part 3
4
Part 4
5
Part 5
6
Part 6
7
Part 7
8
Part 8
9
Part 9
10
Part 10
11
Part 11
12
Part 12
13
Part 13
14
Part 14
15
Part 15
16
Part 16
17
Part 17
18
Part 18
19
Part 19
20
Part 20
21
Part 21
22
Part 22
23
Part 23
24
Part 24
25
Part 25
26
Part 26
27
Part 27
28
Part 28
29
Part 29
30
Part 30
31
Part 31
32
Part 32
33
Part 33
34
Part 34
35
Part 35
36
Part 36
37
Part 37
38
Part 38
39
Part 39
40
Part 40
41
Part 41
42
Part 42
43
Part 43
44
Part 44
45
Part 45
46
Part 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Part 50
51
Part 51
52
Part 52
53
Part 53
54
Part 54
55
Part 55
56
Part 56
57
Part 57
58
Part 58
59
Part 59
60
Part 60
61
Part 61
62
Part 62
63
Part 63
64
Part 64
65
Part 65
66
Part 66
67
Part 67
68
Part 68
69
Part 69
70
Part 70
71
Part 71
72
Part 72
73
Part 73
74
Part 74
75
Part 75
76
Part 76
77
Part 77
78
Part 78
79
Part 79
80
Part 80
81
Part 81
82
Part 82
83
Part 83
84
Part 84
85
Part 85
86
Part 86
87
Part 87
88
Part 88
89
Part 89
90
Part 90
91
Part 91
92
Part 92
93
Part 93
94
Part 94
95
Part 95
96
Part 96
97
Part 97
98
Part 98
99
Part 99
100
Part 100
101
Part 101
102
Part 102
103
Part 103
104
Part 104
105
Part 105
106
Part 106
107
Part 107
108
Part 108
109
Part 109
110
Part 110
111
Part 111
112
Part 112
113
Part 113
114
Part 114
115
Part 115
116
Part 116
117
Part 117
118
Part 118
119
Part 119
120
Part 120
121
Part 121
122
Part 122
123
Part 123
124
Part 124
125
Part 125
126
Part 126
127
Part 127
128
Part 128
129
Part 129
130
Part 130
131
Part 131
132
Part 132
133
Part 133
134
Part 134
135
Part 135
136
Part 136
137
Part 137
138
Part 138
139
Part 139
140
Part 140
141
Part 141
142
Part 142
143
Part 143
144
Part 144
145
Pengkhianatan
146
Promote "Aku Yang Tersisih"
147
Promote 'Langit dan Jingga'
148
Promote 'Nikah Untuk Bahagia'
149
Promote "My Aluna"
150
Promote 'Bukan Benih Suami'
151
Promo 'Lost Memory'
152
Promo Again 'Pelabuhan Terakhir Cassanova'

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!