Part 7

Mutia memulai aktivitas seperti biasanya di awal pekan. Setelah mengantar Langit ke sekolah, Mutia melanjutkan perjalanan menuju ke perusahaan. Tentunya dengan Dena di sampingnya. "Kak, boleh nanya nggak? Tapi jangan marah ya?" Dena berucap setelah Langit masuk ke gerbang sekolah dan mobil telah meluncur. "Nanya apaan? sahut Mutia dengan tetap fokus di jalanan yang padat. "Kak, betah sampai kapan sendiri? Kayaknya Langit butuh figur seorang ayah deh kak" Dena melanjutkan ucapannya.

Mutia menghela nafas panjang seakan menghempaskan beban yang selama ini dipikulnya. "Benar Dena, tapi aku yang belum siap memulainya" jawab Mutia lugas. "Kalau sudah siap, aku pasti akan cerita ke kamu Dena" lanjut Mutia tanpa menoleh.

"Kak, bukannya kita sudah seperti keluarga. Bebanmu adalah bebanmu juga. Jangan kau sangga sendiri. Kalau kakak nggak kuat, marilah berbagi beban" kata Dena melow.

Mutia lagi-lagi menghela nafas panjang. Bulir air mata sedikit lagi sudah mau jatuh. "Aku mendengar ucapan Langit sehari sebelum kita berangkat ke kota S itu Dena. Waktu itu dia bilang ke kamu kalau ingin melihat ayahnya walau hanya makamnya" seloroh Mutia.

"Jadi kakak tau waktu itu, Langit pesan kalau jangan bilang ke kakak. Langit nggak mau buat kakak sedih" Dena meluruskan.

"Aku tau Den. Dan aku juga bingung mau mulai darimana cerita ke kamu" Mutia berhenti di lampu merah.

"Kalau kakak belum siap, nggak papa belum cerita. Tapi aku harap bagilah bebanmu denganku kak. Kakak sudah seperti kakak kandungku" tukas Dena. Dena yang sebatang kara, bersama dengan Mutia seakan menjadikan hidupnya utuh meski tanpa orang tua yang lebih dulu meninggalkannya.

"Kak, sudah lihat berita belum?" tanya Dena mengalihkan pembicaraan, Dena tak ingin menambah kesedihan kakaknya itu. "Berita apaan?" Mutia penasaran. Jangankan lihat berita pagi, paginya Mutia pasti disibukkan dengan segala persiapan Langit berangkat sekolah. Mulai seragam dan segala perbekalannya..he..he...

Dena membuka tablet yang dibawanya, dan menunjukkan layar nya ke arah Mutia. "Cerita aja dong Den, mana bisa aku baca" ucap Mutia tetap fokus menyetir.

"He...he....benar juga kakak. Kakak ingat kan dengan keluarga Baskoro yang pesan kue minggu lalu buat souvenir pernikahan?" Dena mengingatkan.

"Pasti ingat lah, keluarga sultan. Mana bisa aku nggak ingat..he...he..." Mutia mulai bisa tertawa.

"Di berita ini bilang kalau acara pernikahannya batal kak, mempelai laki-laki menolak acara pernikahannya dan tidak menghadirinya" cerita Dena.

"Hah, mana bisa begitu?" sela Mutia.

"Bukannya itu putra sulung tuan Baskoro, wah jelas nggak bener itu. Tiba-tiba meninggalkan calon pengantin wanitanya" urai Mutia sambil bergidik, membayangkan dirinya yang ditinggalkan calon mempelainya.

"Ralat kak, ternyata itu putra kedua tuan Baskoro. Tapi karena dia satu-satunya putra lelaki dari keluarga sultan itu. Maka dia dijadikan penerus untuk menjalankan blue sky" jelas Dena.

"Oooooo..." ucap Mutia dengan mulut membulat. "Cuma begitu kak reaksinya?" ujar Dena yang melihat Mutia hanya ber 'o' ria. Mutia terkekeh. "Terus musti kasih komen apa, lagian itu urusan masing-masing? Pasti ada alasan tersendiri bagi laki-laki itu kenapa tega meninggalkan calon istrinya" sahut Mutia.

"Kakak kok malah belain lakinya, bukannya yang jadi korban wanita nya. Sesama kaum wanita kita harus belain istrinya dong" jawab Dena semangat membuat Mutia terbahak.

"Lagian Dena, ngapain musti ada aksi bela membela. Urusan mereka juga" Mutia masih tertawa. "Benar juga ya?" Dena menggaruk kepalanya paham ucapan Mutia. Mutia pun membelokkan mobilnya di depan lobi kantornya. Security sudah menyambutnya, ketika mobil berhenti. "Makasih pak Sarno" ucap Mutia ramah, dijawab dengan anggukan hormat sang security.

"Kakak duluan aja, aku mau mengecek barang-barang yang baru datang kemarin" Dena langsung melangkah ke arah yang berbeda dengan tujuan Mutia. Mutia hanya menggeleng melihat tingkah Dena yang langsung berlalu meninggalkanya tanpa menunggu jawaban darinya. "Selalu begitu" gumam Mutia lirih. Mutia menyapa semua karyawan yang dilaluinya.

Sementara di apartemen Sebastian, ponselnya telah berdering puluhan kali. Sebastian sengaja membiarkannya. Malas mengangkat panggilan itu. "Aku tau kamu sudah balik bocah teng*k" bunyi pesan yang masuk. Sebastian tersenyum tipis membacanya. "Pak Tua itu ternyata sudah mengawasiku" batin Sebastian. Sebastian pun mendial kontaknya Dewa, "Dewa, kutunggu di apartemen" ucap Sebastian saat tau Dewa sudah mengangkat panggilannya. Tanpa menunggu jawaban Dewa, Sebastian telah menutup panggilannya itu.

Sebastian meluncur dengan Dewa, "Wa langsung ke mansion. Pak Tua itu sudah gatal ingin menonjokku" ujar Sebastian santai. Sementara Dewa yang lagi fokus menyetir hanya bisa bergidik membayangkan amukan tuan besar nya itu. "Aku jangan dibawa-bawa ya Tuan" mohon Dewa dengan muka melas. "Ha...ha...kamu pasti ada sangkut pautnya lah, kamu juga kan yang mengantarkanku melarikan diri" tawa Sebastian pun pecah melihat muka asistennya itu.

"Wah, bahaya laten mengancam nih. Bisa habis aku tuan" sanggah Dewa. "Bagaimana kalau aku langsung ke perusahaan sehabis mengantar tuan" Dewa mencoba menawar. "Wah, nggak bisa. Aku sudah paham dengan modusmu" tolak Sebastian. Dewa hanya bisa menyengir kuda.

Sampailah mereka di sebuah mansion mewah kediaman tuan besar Baskoro, pemilik perusahaan Blue Sky. Benar yang digosipkan oleh Dena dan Mutia. Sebastian adalah penerus keluarga Blue Sky itu. Sebastian melangkah dengan tegap masuk ke mansion itu, sementara Dewa mengikuti langkah tuannya dengan menunduk. Karena Sebastian berhenti tiba-tiba, maka Dewa pun menubruknya. "Ma..maaf tuan" ucap Dewa terbata. Keringat dingin sudah mengalir di tubuh Dewa. Sementara di depan mereka, sebuah tatapan bengis sudah bersiap memangsa mereka berdua.

"Masih berani datang ke sini anak teng*ik????" suaranya seperti menahan amarah. "Setelah apa yang kau perbuat dengan keluarga ini" lanjutnya dengan gigi saling mangatup. Iya, beliau adalah Tuan Besar Baskoro. Kaki Dewa sampai bergetar ketakutan mendengar suara tuan besarnya itu. Sementara Sebastian masih dengan sikap santainya. Sebastian berani menolak pernikahan itu pasti ada alasan yang kuat. Sebastian melempar sebuah amplop ke atas meja, tepat di hadapan tuan besar Baskoro. Mata tuan besar Baskoro menelisik ke arah Sebastian, "Apa maksudnya?" tanyanya. "Kau lihat sendiri saja pak Tua" jawab Sebastian. Nyonya Baskoro yang masih terdiam sedari tadi pun mencoba menenangkan suaminya. Nyonya Baskoro sangat paham dengan polah suami dan anaknya itu. Meski nampak sering berantem, aslinya mereka saling menyayangi. "Pah, Sebastian pasti punya alasan untuk semua itu. Kenapa kita nggak coba mendengarkannya dulu" ucap nyonya Baskoro mengelus pundak suaminya itu. "Sebastian kamu duduk lah" perintah Nyonya Baskoro. Tuan Baskoro menghela nafas panjang, mencoba meredam emosi yang sedari tadi ditahannya.

***to be continued

Sengaja membuat alur yang tak bertele-tele, dan mudah dipahami..he...he...

Yang ringan-ringan aja ceritanya, karena kalau berat itu namanya rindu...beh sudah kayak Dilan aja author 😂***

Terpopuler

Comments

Atik Marwati

Atik Marwati

okey Thor...

2023-10-24

1

Lina ciello

Lina ciello

calon bojone wingi wanita "bebass" mestii😁

2023-10-23

1

Lina ciello

Lina ciello

lungo malah ketemu anake yow

2023-10-23

1

lihat semua
Episodes
1 Part 1
2 Part 2
3 Part 3
4 Part 4
5 Part 5
6 Part 6
7 Part 7
8 Part 8
9 Part 9
10 Part 10
11 Part 11
12 Part 12
13 Part 13
14 Part 14
15 Part 15
16 Part 16
17 Part 17
18 Part 18
19 Part 19
20 Part 20
21 Part 21
22 Part 22
23 Part 23
24 Part 24
25 Part 25
26 Part 26
27 Part 27
28 Part 28
29 Part 29
30 Part 30
31 Part 31
32 Part 32
33 Part 33
34 Part 34
35 Part 35
36 Part 36
37 Part 37
38 Part 38
39 Part 39
40 Part 40
41 Part 41
42 Part 42
43 Part 43
44 Part 44
45 Part 45
46 Part 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Part 50
51 Part 51
52 Part 52
53 Part 53
54 Part 54
55 Part 55
56 Part 56
57 Part 57
58 Part 58
59 Part 59
60 Part 60
61 Part 61
62 Part 62
63 Part 63
64 Part 64
65 Part 65
66 Part 66
67 Part 67
68 Part 68
69 Part 69
70 Part 70
71 Part 71
72 Part 72
73 Part 73
74 Part 74
75 Part 75
76 Part 76
77 Part 77
78 Part 78
79 Part 79
80 Part 80
81 Part 81
82 Part 82
83 Part 83
84 Part 84
85 Part 85
86 Part 86
87 Part 87
88 Part 88
89 Part 89
90 Part 90
91 Part 91
92 Part 92
93 Part 93
94 Part 94
95 Part 95
96 Part 96
97 Part 97
98 Part 98
99 Part 99
100 Part 100
101 Part 101
102 Part 102
103 Part 103
104 Part 104
105 Part 105
106 Part 106
107 Part 107
108 Part 108
109 Part 109
110 Part 110
111 Part 111
112 Part 112
113 Part 113
114 Part 114
115 Part 115
116 Part 116
117 Part 117
118 Part 118
119 Part 119
120 Part 120
121 Part 121
122 Part 122
123 Part 123
124 Part 124
125 Part 125
126 Part 126
127 Part 127
128 Part 128
129 Part 129
130 Part 130
131 Part 131
132 Part 132
133 Part 133
134 Part 134
135 Part 135
136 Part 136
137 Part 137
138 Part 138
139 Part 139
140 Part 140
141 Part 141
142 Part 142
143 Part 143
144 Part 144
145 Pengkhianatan
146 Promote "Aku Yang Tersisih"
147 Promote 'Langit dan Jingga'
148 Promote 'Nikah Untuk Bahagia'
149 Promote "My Aluna"
150 Promote 'Bukan Benih Suami'
151 Promo 'Lost Memory'
152 Promo Again 'Pelabuhan Terakhir Cassanova'
Episodes

Updated 152 Episodes

1
Part 1
2
Part 2
3
Part 3
4
Part 4
5
Part 5
6
Part 6
7
Part 7
8
Part 8
9
Part 9
10
Part 10
11
Part 11
12
Part 12
13
Part 13
14
Part 14
15
Part 15
16
Part 16
17
Part 17
18
Part 18
19
Part 19
20
Part 20
21
Part 21
22
Part 22
23
Part 23
24
Part 24
25
Part 25
26
Part 26
27
Part 27
28
Part 28
29
Part 29
30
Part 30
31
Part 31
32
Part 32
33
Part 33
34
Part 34
35
Part 35
36
Part 36
37
Part 37
38
Part 38
39
Part 39
40
Part 40
41
Part 41
42
Part 42
43
Part 43
44
Part 44
45
Part 45
46
Part 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Part 50
51
Part 51
52
Part 52
53
Part 53
54
Part 54
55
Part 55
56
Part 56
57
Part 57
58
Part 58
59
Part 59
60
Part 60
61
Part 61
62
Part 62
63
Part 63
64
Part 64
65
Part 65
66
Part 66
67
Part 67
68
Part 68
69
Part 69
70
Part 70
71
Part 71
72
Part 72
73
Part 73
74
Part 74
75
Part 75
76
Part 76
77
Part 77
78
Part 78
79
Part 79
80
Part 80
81
Part 81
82
Part 82
83
Part 83
84
Part 84
85
Part 85
86
Part 86
87
Part 87
88
Part 88
89
Part 89
90
Part 90
91
Part 91
92
Part 92
93
Part 93
94
Part 94
95
Part 95
96
Part 96
97
Part 97
98
Part 98
99
Part 99
100
Part 100
101
Part 101
102
Part 102
103
Part 103
104
Part 104
105
Part 105
106
Part 106
107
Part 107
108
Part 108
109
Part 109
110
Part 110
111
Part 111
112
Part 112
113
Part 113
114
Part 114
115
Part 115
116
Part 116
117
Part 117
118
Part 118
119
Part 119
120
Part 120
121
Part 121
122
Part 122
123
Part 123
124
Part 124
125
Part 125
126
Part 126
127
Part 127
128
Part 128
129
Part 129
130
Part 130
131
Part 131
132
Part 132
133
Part 133
134
Part 134
135
Part 135
136
Part 136
137
Part 137
138
Part 138
139
Part 139
140
Part 140
141
Part 141
142
Part 142
143
Part 143
144
Part 144
145
Pengkhianatan
146
Promote "Aku Yang Tersisih"
147
Promote 'Langit dan Jingga'
148
Promote 'Nikah Untuk Bahagia'
149
Promote "My Aluna"
150
Promote 'Bukan Benih Suami'
151
Promo 'Lost Memory'
152
Promo Again 'Pelabuhan Terakhir Cassanova'

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!