Diujung Lembanyung
Suasana menjelang senja di ujung gang pantai memang makin gempita. Semakin malam semakin meriah suasana yang dirasakan. Rumah-rumah yang tampak sederhana, namun akan terlihat cantik dengan lampu kelap-kelip nya dimalam hari. Dan mulailah para kupu-kupu berterbangan keluar dari sarangnya. Memasuki malam, suara musik mulai terdengar menghingar-bingarkan permulaan malam.
Asap rokok dan aroma alkohol perlahan-lahan mulai menyeruak. Dan ... para wanita sexy itu mulai menawarkan jasanya. Aneka pilihan yang ada membuat kaum adam yang terjebak didalamnya akan makin terbuai dengan kesemuan indah itu.
"Hi, Deeva ... Mau kemana kamu?" sapa seorang laki-laki.
"Cari angin ... " jawab Deeva santai
"Kalo masuk angin nanti cari aku ya, cantik. Biar babang tamvan yang obati," celoteh seorang pelanggan club.
Adeeva Elora, biasa dipanggil Deeva tidak memperdulikan celoteh laki-laki yang sedang mabuk itu dia terus menuju luar gang. Mencari hembusan angin segar yang bebas asap rokok dan alkohol. Sangat menyebalkan pikirnya, kenapa dia harus terjebak dikeadaan seperti ini. Perempuan muda berwajah cantik itu hanya nongkrong di depan mini market langganannya. Rambut indahnya terurai panjang sepinggang, wajahnya yang cantik perpaduan eropa dan asia serta kulit kuning gadingnya yang selalu berlapis hand and body lotion. Kakeknya adalah orang Jerman yang menikah dengan neneknya yang asli pribumi.
Keluarga mereka bukan keluarga berada, hanya keluarga sederhana yang tinggal di daerah pesisir pantai. Yang istimewanya adalah Deeva lahir di Frankfurt-Jerman, hingga usia lima tahun dia kembali ke negara ibunya. Siswi kelas dua sekolah menengah pertama ini merupakan anak yang cerdas dan pemberani, sifatnya yang ceria dan mudah bergaul sangat disenangi teman-temannya.
Drrr...drrr....
Ponselnya bergetar. Sebuah pesan whatsApp dari bunda nya masuk.
Klik
"Kamu dimana, Deeva?" pesan whatsApp bunda.
Dia malas membalasnya. Pasti bunda akan menyuruhnya pulang. Dia bosan setiap hari bergaul dengan para perempuan penghibur itu, para mucikari, dan mami yang ada didalam. Pengap nafasnya mencium bau asap rokok dan alkohol yang menyebar di seantero tempat itu. Dia lebih senang duduk diam di depan mini market langganannya di depan jalan raya.
Ya. .. daerah tempat dia tinggal adalah daerah lokalisasi di dekat tepian pantai. Pastinya gadis muda itu akrab dengan hal-hal yang dianggap sebagian orang sangat tabu dan menjijikkan. Namun itulah sebagian dunianya. Bunda merupakan seorang "mami", sebutan untuk induk semang para kupu-kupu liar itu, pekerjaan yang diwariskan dari Bennett yang merupakan mucikari besar dan disegani di daerah itu.
Drrr....drrr...
Kali ini ponselnya menjerit nyaring. Panggilan masuk yang lagi-lagi datang dari Sang Bunda.
Klik ...
"Ya, Bun ... " jawabnya.
"Kamu dimana, Deeva. Kenapa WA Bunda cuma kamu read saja?!"
"Deeva sedang dijalan, Bunda. Ada tugas sekolah yanh harus Deeva tanyakan kepada teman," ucapnya berbohong.
"Ya, sudah. Kalau sudah selesai langsung pulang. Kita sedang ramai tamu disini."
Klik
Deeva mematikan ponselnya. Setiap malam dia membantu Bundanya untuk mengantakan camilan dan minuman keras kepada para tamu-tamu disana. Dia sudah muak meladeni tatapan liar dari laki-laki hidung belang yang mencari tantangan kemikmatan semu disana. Bahkan dia lebih sering berdiam diri saja di kamarnya.
******
Pukul sebelas malam lebih Deeva kembali melangkahkan kaki ke arah rumahnya. Ya ... Maklum disana makin malam bukan makin sepi tapi semakin ramai orang.
"Deeva ... " sapa bundanya.
Deeva menghentikan langkahnya. Dia mendekati ibunya yang duduk di sofa dan gadis muda itu langsung duduk disofa.
"Ada apa, Bun," tanya nya.
"Malam sekali kamu pulang, Deeva? Bukankah tadi Bunda memintamu untuk tidak pulang terlalu malam?"
"Ya, Bun."
"Lalu?"
"Aku sedang ada tugas, Bun. Tadi terlalu lama mengobrol jadi Deeva pulang terlambat."
"Jangan berbohong, Deeva!!" bentak Bunda.
Perempuan muda itu terdiam, dia menundukkan wajahnya. Ada rasa kesal, sedih, marah dan kecewa yang bertarung jadi satu di hatinya. Namun dia mencoba menahan nya.
"Maaf, Bunda. Deeva ngantuk." Deeva masuk kedalam kamarnya.
Dia menangis sambil menutupi wajahnya dengan bantal agar tangisnya tidak terdengar oleh keramaian diluar sana.
Tok ... Tok ...
Suara pintu diketuk dari luar. Deeva menghapus airmatanya. Lalu berjalan membuka pintu.
Krek... Krekk...
Cekreeeeekkk
"Boleh Bunda masuk, Deeva?" Ruz, bunda Deeva berdiri diambang pintu.
Deeva membuka pintu itu sedikit lebar, lalu menutupnya kembali. Dia berpura-pura acuh atas kedatangan Ruz dikamarnya. Dia menghempaskan tubuhnya diatas kasur. Menelungkupkan wajahnya diatas bantal.
"Kapan kamu bisa mulai mendengarkan bunda, Deeva. Bunda tahu kalau semua ini tidaklah kamu sukai, namun perlu kamu ingat, Deeva, kamu hidup dan besar bahkan sekolah dari hasil kerja bunda disini. Dan tolong kamu hargai itu, Deeva ... " papar Ruz.
Gadis muda itu terdiam. Dia merapatkan bantalnya agar dia tak mendengar apa yang bundanya ucapkan, dia sudah bosan mendengar kata-kata itu berkali-kali. Seandainya dia bisa memilih, dia tak ingin hidup seperti ini. Tak ingin terlahir sebagai anak seorang wanita penghibur. Penggoda laki-laki liar yang hanya menginginkan tubuh wanita. Dia sudah muak dengan semua ini. Setiap hari melihat hal-hal menjijikkan itu, sebuah pemandangan neraka yang mengerikan.
"Bunda harap kamu bisa belajar dewasa. Belajar menerima keadaan. Jangan kamu rasa kalau hanya kamulah seorang diri yang menderita dengan keadaan ini. Bunda pun jauh menderita, tapi penderitaan ini bunda tahan untuk melihatmu tetap hidup dan tidak mati kelaparan." Ruz pergi dan menutup pintu kamarnya.
Dengan hati kesal Deeva mengunci pintu kamarnya. Ya, dia harus rajin mengunci pintu kamarnya. Walaupun. Kamarnya terpisah dari kamar-kamar anak asuh bundanya, namun dia harus selalu berhati-hati, bisa saja seorang macan liar masuk dan menerkamnya.
"Bunda tak mengerti bagaimana perasaanku, bunda jahat .... " isaknya yang terduduk dibalik pintu.
Dia menangkupkan kedua telapak tangannya di kedua wajahnya itu. Menampung semua airmata kesedihan yang mengalir dari kedua bola matanya yang indah.
******
Pukul empat pagi barulah suasana mulai terasa sepi. Tamu-tamu yang bermalam mulai pulang meninggalkan tempat itu. Dan satu per satu rumah jajanan malam itu menutup diri dari sambutan fajar. Deeva yang sudah terbangun, mengamati dengan cermat suasana diluar kamar, mendengarkan setiap bisik angin yang berhembus dari celah pintu kamarnya.
"Sepertinya para iblis sudah kembali ke neraka nya yang sebenarnya, huuuh... alangkah damainya keterdiaman ini," gumam Deeva dalam hatinya.
Dia masih duduk diatas tempat tidurnya, menangkupkan kedua kakinya dihadapan dagu lancipnya, kedua tangannya merangkul tungkai panjang dan indah itu. Deeva menyandarkan pipinya diatas lututnya. Seolah sedang memikirkan sesuatu. Tatapan matanya kosong, pikirannya melanglang buana mencari kebebasannya diluar sana. Yang terdengar hanya helaan nafasnya yang sesekali terasa sesak didada.
******
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
gorheen_1607
baru mampir ka, ❤️. menarik
2021-09-21
0
sibiru_mempesona
haiiii tor
2020-12-13
1
nu_rzaqi
ijin promosi thor jangan lupa mampir kakarya pertamaku..
2020-10-29
2