Pukul enam tiga puluh pagi, Deeva sudah siap dan rapi dengan pakaian seragamnya. Dia pun mengikat rapi rambut indahnya. Tas ranselnya sudah siap di panggulnya di punggung. Dengan sedikit polesan bedak baby diwajah mulusnya dan sedikit parfum lembut yang disemprotkan, Deeva siap berangkat menuju sekolahnya.
Tok ... Tok ...
"Bun, Deeva berangkat ...." panggilnya dibalik pintu kamar Bunda nya.
Cekreeeeekkk ....
Ruz keluar dari kamarnya, dari balik pintu Deeva melihat seorang laki-laki didalam kamar bundanya sedang merapihkan pakaiannya.
"Sudah mau berangkat?" tanya Ruz
"Iya, Bun..." ucapnya sambil mengambil tangan bundanya dan mencium punggung tangannya.
"Hati-hati dijalan," ucap Ruz pada Deeva.
"Hmmm ..."
Deeva berangkat menuju sekolahnya dengan berjalan kaki, sekolahnya hanya berjarak dua puluh menit dengan berjalan kaki. Tepat pukul tujuh dia sudah berada dibangkunya. Dia masih punya waktu lima belas menit lagi sebelum bel masuk berbunyi. Deeva mengeluarkan buku matematika, pelajaran yang paling dia sukai. Sebelum masuk dia menyempatkan diri untuk membaca buku itu.
Kriiiiiiing ...
Bel masuk telah berbunyi. Seluruh siswa berbaris rapi di depan kelas mereka masing. Tak lama guru pun datang dan mempersilakan anak-anak masuk kedalam kelas. Tiga jam pertama diawali dengan pelajaran matematika. Sebagian anak mulai merasa keram otak dengan pelajaran fungsi matematika. Namun bagi Deeva yang selalu mendapat rangking satu sejak sekolah dasar ini, matematika adalah hal yang menyenangkan.
Tok... Tok...
Seorang murid meyela pelajaran hari itu, sejenak anak-anak bersorak kegirangan, artinya mereka dapat meluruskan lagi syaraf otak mereka yang kering akibat ketegangan ini, walaupun hanya beberapa saat saja.
"Permisi, Pak. Deeva dipanggil Bu Kiki menghadap keruang OSIS sekarang," ucap siswa itu.
Mendengar namanya disebut, Deeva menoleh. Pak guru mempersilakan dia keluar kelas sebentar.
"Deeva, silakan kamu di panggil Bu Kiki ke ruang OSIS," ucap pak guru.
Perempuan muda itu membereskan bukunya lalu memasukkannya kedalam laci, setelah berpamitan dia menuju ruang OSIS di seberang kelasnya. Dia melewati lorong-lorong sekolah, ruang perpustakaan, lalu ruang UKS dan barulah dia tiba di sebuah pintu. Diatasnya tertulis "Ruang OSIS".
Tok ... Tok ...
Cekreeeeekkk ...
"Permisi, Bu... Maaf tadi ibu panggil saya?" tanya Deeva sopan.
"Deeva, masuklah ... " ucap Bu Kiki.
Gadis muda itu masuk dan berdiri dihadapan Bu Kiki, pembina OSIS mereka.
"Begini Deeva, ibu mencalonkan kamu sebagai kandidat calon ketua OSIS tahun ini, berdasar LDKS (Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa) kemarin kamu mendapat poin tertinggi dalam posttes, jadi tolong kamu persiapkan pidato orasi perdananya buat minggu depan," jelas Bu Kiki.
"Tapi bu, apa ibu yakin saya bisa menjadi ketua OSIS? Saya takut mengecewakan ibu dan sekolah."
"Ibu yakin dengan kamu. Prestasi belajar kamu tidak diragukan lagi, sikap dan sopan santunmu juga baik, ibu rasa semuanya mencakup dalam kriteria calon ketua OSIS. Semangat ya ...."
Sejenak Deeva berfikir, akhirnya dia menganggukkan kepalanya. Lalu keluar dan kembali ke kelasnya.
******
Seperti biasa saat jam istirahat Deeva membantu bude kantin berjualan dikantinnya. Siswa disana sangat ramai dan bude sangat terbantu sekali dengan adanya Deeva disana. Dia tidak dipekerjakan secara khusus oleh Bude Kantin, namun Deeva adalah tipe anak yang ceria dan suka menolong sesama. Sejak masuk disekolah itu Deeva membantu Bude Kantin melayani anak-anak yang jajan.
"Deeva ..." panggil Bude Kantin saat anak-anak sudah mulai sepi.
"Ya, Bude ... "
"Bude dengar kamu dicalonkan jadi kandidat ketua OSIS ya?!"
"Hmmm ... "
"Bude, dukung kamu Deeva... Kamu pasti menang," ucap Bude semangat.
"Emangnya Bude mau ikutan serta dalam pemilihan nanti?" ucap Deeva sambil tersenyum.
"Kalau Bude boleh ikut memilih pasti Bude ikut. Dan Bude pasti pilih kamu."
Hahahhahaha... Deeva tertawa.
"Bude bisa saja. Doakan saja Deeva amanah kalau terpilih ya, Bude. Kalau tidak pun Deeva tidak kecewa."
"Aamiin...tapi Bude yakin kamu pasti menang." Bude menggebu-gebu.
Kriiiiiing....
Bel masuk sudah berteriak lantang memanggil semua siswa untuk masuk keruang kelasnya masing-masing. Deeva segera membersihkan tanggannya lalu kembali kekelas. Kantin sekolah yang terletak dibagian belakang sekolah membuat Deeva harus mempercepat langkahnya. Ruang kelasnya terletak disisi kanan lantai satu gedung B.
Dia agak sedikit lega saat melongok kedalam kelas belum ada guru yang masuk. Deeva duduk dikursinya. Dan benar saja tak lama guru datang dan siap memulai pelajaran.
Kali ini mata pelajaran Bahasa Inggris, dan Deeva pun cukup lancar berbicara bahasa Inggris, maklum dia sejak sekolah dasar sudah dikursuskan disebuah lembaga bahasa ternama. Selain itu dia juga fasih berbahasa Jerman. Saat berdua saja dengan Bunda, mereka terkadang memakai bahasa Jerman jika sedang berbicara.
"I will return your last exam result," ucap Miss. Dwi. 1)
Miss. Dwi memanggil siswa satu persatu kedepan kelas untuk mengambil hasil ujian mereka minggu lalu.
"Deeva Elora," panggil Miss. Dwi
Deeva bangkit dari duduknya dan mengambil kertas yang diserahkan itu.
"Congratulation, girl. You have the highest score this term." 2)
"Thank you ..." ucap Deeva sopan.
Sembilan puluh. Nilai tertinggi yang didapatnya diantara semua teman sekelasnya. Untuk materi structure. Deeva menyimpan kerta itu dalam tasnya. Dan kembali fokus dengan materi yang diberikan.
******
Pukul dua siang anak-anak berhamburan keluar kelas. Raut wajah bahagia terpancar dari mereka yang seolah bebas dari kepenatan pelajaran hari ini. Deeva dan beberapa anak lainnya tidak pulang lebih dahulu. Mereka yang diwajibkan piket esok hari harus pulang lebih lama untuk membersihkan kelas mereka. Menyapu, membersihkan meja, lalu menyusunnya kembali, melap kaca dan mengepel. Enam anak yang bertugas dengan cekatan mengerjakan kewajiban mereka tanpa mengeluh. Dalam waktu setengah jam semua pekerjaan selesai. Barulah penjaga sekolah mengunci semua ruangan kelas.
"Selamat ya, Deeva. Aku dengar kamu menjadi kandidat kuat ketua OSIS," ucap salah seorang temannya saat diperjalanan pulang.
"Terima kasih ... aku belum bisa memastikan. Semua kandidat hebat-hebat," ucap Deeva merendah.
"Aku yakin kamu pasti terpilih."
"Aamiin... terima kasih doanya," ucap Deeva.
Mereka lalu berpisah dipertigaan jalan. Deeva membelokkan langkahnya kekiri jalan. Menyusuri sebuah jalan kecil yang hanya bisa dilalui sebuah mobil saja. Ujung jalan itu menembus ketepian pantai. Dan dia harus berhenti sebelum ujung jalan.
"Huuuhhh ..." lengusannya terdengar saat dia menatap sebuah rumah cantik berwarna pink.
Dengan berat dia melangkahkan kakinya menuju kedalam rumah. Suasana sepi saat itu. Hanya ada beberapa anak asuh bundanya yang sedang mengobrol diruang tamu.
"Kamu sudah pulang, Deeva?" sapa salah seorang dari mereka.
Gadis muda itu menoleh dan tersenyum. Dia meneruskan langkahnya menuju kamarnya diujung belakang lorong.
Cekreeeeekkk ...
Kreeekk.... krekkk...
Dia masuk dan kembali mengunci pintu kamarnya. Meletakkan tas sekolahnya lalu merebahkan tubuhnya setelah membersihkan diri dan berganti pakaian. Dia melepaskan nyawanya menuju peraduan yang indah, melepaskan semua kepenantan hari nya itu.
******
Terjemahan
"Saya akan mengembalikan ujian terakhir kalian," ucap Miss. Dwi 1)
"Selamat, Nak. Kamu mendapat skor tertinggi di semester ini." 2)
"Terima Kasih..." ucap Deeva sopan 3)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
gorheen_1607
Psti berat hidup dilingkungan yg ga biasa.😕😕
2021-09-21
0
lembayungsutra
Oalah, pintar kali kau Deeva😍Coba aja lahir jadi anak orang kaya, pasti banyak yang suka haha😘
Aduh, terbawa suasana, Deeva cayooo
2020-06-05
1
¥Dayu~~
oalah ternyata terjemahannya dibawah🙈.
2020-06-05
1