Sejak kehidupan pribadinya terekspose dan penginduran dirinya dari ketua OSIS yang hanya berumur lima bulan, Deeva lebih memilih mengasingkan diri dari teman-temannya. Tidak ada lagi Deeva yang periang dan ceria. Deeva menutup diri dari pergaulannya disekolah. Terkadang dia hanya bisa menangis dalam kesendirian nya.
Tok ... Tok ...
"Deeva ... " panggil Bunda.
Tak ada jawaban dari dalam kamar. Deeva berpura-pura tidak mendengar. Dia tahu pasti akan ada lagi pertengkaran diantara dirinya dan bunda.
Tok ... Tok ...
"Deeva ... " panggil Bundanya lagi.
Lagi, Deeva tak menjawabnya. Ruz menjadi semakin kesal dibuatnya. Kali ini dia mengetuk dan memanggil dengan nada yang meninggi.
Tok ... Tok ...
"Deeva ....!!!"
Krek ... Kreekkk ...
Cekreeeeekkk ...
Deeva langsung kembali ketempat tidurnya setelah membukakan pintu untuk Bunda.
"Apa kamu tidak dengar Bunda memanggil tadi, Deeva?!" tanya Ruz kesal.
"Dengar"
"Lalu kenapa kamu diam saja Deeva?! Kamu mau melawan Bunda?"
Gadis manis itu menahan air matanya yang sudah ada diujung pelupuk matanya. Dia tak ingin menangis dihadapan Bunda.
"Bunda, bukan Deeva mau melawan Bunda tapi tolong Deeva, Bunda. Deeva ingin hidup normal. Deeva tertekan hidup seperti ini. Deeva malu Bunda?!"
"Apa maksudmu Deeva?!"
"Pekerjaan Bunda. Deeva malu di ejek teman-teman. Mereka mulai menanyakan Deeva ini anak siapa. Karena Deeva sendiri tak pernah tahu siapa ayah kandung Deeva" Si pemilik mata indah itu mengungkap semua isi hatinya.
"Kamu tak perlu tahu itu. Dan Bunda minta jangan pernah tanyakan lagi tentang laki-laki itu!" tegas Ruz.
"Deeva berhak tahu siapa ayah kandung Deeva, Bunda. Dimana dia? Siapa dia? Masih hidupkah dia atau sudah mati"
"Bagi bunda dia sudah mati, Deeva!"
"Atau jangan-jangan benar apa yang orang-orang katakan kalau Deeva ini anak yang tidak diinginkan, kalau Deeva anak ha........"
Plaaakkk ...
Sebuah tamparan keras mendarat dipipi Deeva. Mata Ruz membelalak, merah seperti berapi, rahangnya mengeras dan nafasnya turun naik menahan amarahnya.
"Kamu jangan merendahkan Bundamu, Deeva. Kamu anak hasil pernikahan Bunda dengan ayah kandungmu. Bukan anak haram. Kamu berhak memakai nama ayah kandungmu dibelakang namamu. Karena darahnya mengalir dalam tubuhmu, Deeva. Hanya saja ..." Ruz tidak melanjutkan ucapannya. Dia diam.
"Hanya saja apa, Bunda? Tolong katakan padaku siapa ayah kandung ku. Nama siapa yang Bunda sembunyikan dibelakang namaku. Jawab aku Bunda?!"
Ruzana Alnaya Ibram, perempuan berumur empat puluh lima tahun itu hanya diam. Matanya menatap tajam pada putri remajanya itu. Dia tak ingin lagi mengungkit masa lalunya yang sudah terkubur dalam-dalam.
"Sudah Bunda katakan, jangan pernah lagi kamu menanyakan laki-laki itu, Deeva. Jangan lagi kamu mengorek luka lama dihati Bunda" tegas Ruz.
"Tapi Bunda pernah bahagia bersamanya bukan?!. Laki-laki itu pernah membuat Bunda bahagia bukan?! Laki-laki itu yang pernah membuat Bunda tersenyum dan memberikan aku untuk Bunda?! Jangan mengejar luka nya saja Bunda"
Ruz tidak menjawab dia memalingkan wajahnya dari gadis kecil nya itu. Untuk beberapa detik mereka terdiam. Lalu Ruz pergi dan meninggalkan putrinya seorang diri. Deeva segera mengunci kamarnya. Dan sekaranglah baru dia berani mengalirkan aliran sungai deras dipipinya. Bersama kesepian dan dinginnya ruang kamar malam itu.
******
Deeva merasa depresi dengan perlakuan yang diterimanya dari teman-temannya disekolah. Selama ujian akhir kenaikan kelas ini dia sama sekali tidak konsentrasi belajar. Hatinya tidak nyaman dan fikirannya terganggu. Akhirnya setelah selesai ujian, Deeva hanya mengurung diri dikamarnya. Bahkan dia pun tidak keluar saat perutnya merasa lapar.
"Deeva ... " panggil seseorang
Krek ... Krek ...
Cekreeeeekkk ...
"Ini makan siang mu" Nince salah seorang banci yang bekerja di bar itu. Memang itu layak disebut bar dari pada kafe.
"Tolong belikan aku roti dan susu buat makan malamku" titah Deeva
"Siap cantik ... "
Dia malas bertemu dengan anak-anak asuh Bunda nya yang lain, hanya Nince lah yang dia percaya. Nama aslinya Nino, dia sebenarnya bukan benar-benar banci, hanya saja keadaan yang memaksa untuk bekerja seperti itu. Dia harus menghidupi ibunya yang renta dan seorang bayinya. Ya, bayi. Istrinya kabur meninggalkan dia dan anaknya karena tak tahan hidup susah.
Tok ... Tok ...
Cekreeeeekkk ...
Nince datang membawakan beberapa potong roti dan seliter susu untuk Deeva yang baru saja menyelesaikan makan siangnya.
"Ini pesanan mu tadi"
"Terima kasih"
"Deeva ... " panggil Nince
"Hmmm ... "
"Mau sampai kapan kamu berontak seperti ini?" ucap Nince memulai obrolan.
"Entahlah" jawab Deeva datar.
"Didunia ini tidak ada orang yang kan mau bekerja ditempat hina ini. Jujur saja kalau kamu tanyakan pada mereka, hati kecil mereka pun akan menolak. Hidup dan bertahan hidup itulah jawaban nya. Mereka itu hanya orang-orang yang tak diberi kesempatan untuk hidup layak secara normal. Aku yakin Bunda mu tak sepenuhnya bersalah atas keadaanmu ini, dia pasti menangisi nasibnya sendiri tanpa ingin terlihat lemah dimata orang-orang. Deeva ... Cobalah berdamai dengan keadaan. Kamu yang cerdas, keluarlah dari sini. Carilah hidupmu yang layak diluar sana. Mumpung kamu belum rusak seperti yang lain" papar Nince panjang lebar.
"Pergi?? Keluar dari sini??" tanya Deeva.
"Ya, kamu adalah orang satu-satunya yang netral dan tidak terjebak dengan keadaan. Kalau bisa, jauhkan dirimu dari dunia gelap ini. Pergi dan capailah cita-cita mu diluar sana. Aku yakin kamu pasti menemukan hidup yang lebih indah diluar sana, Deeva"
Gadis SMP itu terdiam. Dia mencoba menarik benang merah dari semua ucapan Nince. "Keluar dari sini?? Kemana???" batinnya bergejolak.
******
"Deeva ...?!!" panggil Ruz.
Tok ... Tok ...
Dia mengetuk pintunya kencang-kencang dan meneriakkan nama putrinya itu. Semua orang yang ada disitu melirik pada mereka. Mereka menundukkan kepalanya, tak berani menatap lebih lama pada pertengkaran ibu dan anak itu.
Cekreeeeekkk ...
Braaakkkk...
Ruz menyeruak masuk. Deeva hendak berlari kearah tempat tidurnya namun lebih dulu dia merasakan pedasnya tamparan Bundanya.
Dua kali.
Plaaaakkk...
Plaaaakkk...
Perempuan kecil itu memegang pipinya yang masih memerah akibat pukulan sang Bunda. Kali ini ego dan harga dirinya menantang nya untuk tetap tegar dan tidak mengeluarkan airmata. Matanya memandang Ruz dengan tajam. Nafasnya turun naik dengan cepat.
"Apa mau mu, Deeva" tantang Ruz
"Deeva tidak mau apa-apa Bunda" jawabnya tegas
"Kalau begitu keluar dan bantu Bunda, kita sedang banyak tamu"
"Tidak untuk itu, Bun!!"
Ruz nyaris saja melayangkan tangannya pada Deeva. Namun gadis manis itu berdiri dan membusungkan dadanya dihadapan sang Bunda.
"Bunda mau pukul, Deeva? Pukul Bunda. Lampiaskan semua kekesalan Bunda pada Deeva. Deeva akan menerimanya dengan senang hati. Lakukanlah apa yang bunda sukai pada Deeva. Mau Bunda bunuh sekalipun Deeva siap" tantangnya
"Ingat Deeva hidup kita dan nyawa kita tersambung dari sini. Kalau kamu tidak suka. Kamu silakan pergi dari sini. Atau jika kamu mau kamu bisa bergabung dengan anak-anak asuh mami. Jadi sugar baby lebih menjanjikan dari pada hidupmu yang tak jelas nanti"
"Bunda menyuruh Deeva melacur??! Demi Tuhan Bunda, mana hati nurani Bunda sebagai seorang ibu dan seorang perempuan. Deeva tidak mau mengikuti jejak Bunda. Deeva akan menikah dengan laki-laki baik-baik yang menyayangi Deeva setulus hatinya. Tidak akan pernah Deeva mengikuti jejak Bunda!!" tegas Deeva.
Hahahahahhaha ... pecah tawa Ruz.
"Kamu bodoh Deeva, didunia ini tidak ada yang tulus dan setia. Tidak ada kata kejujuran dari mahluk yang bernama laki-laki. Termasuk ayah kandungmu. Lupakan soal cinta dan tanggung jawab. Jika didunia ini semua itu ada, Bunda tidak akan pernah seperti ini" jawab Ruz dengan nada suara melemah lalu pergi begitu saja meninggalkan Deeva seorang diri dikamarnya.
******
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
vithaa❤️
apa itu bunda kandung deeva???? gk nyangka bunda kandung bisa ngomong kayak gitu😭😭😭😭😭
2021-05-02
1
sibiru_mempesona
tisu mana tisu
2020-12-13
1
Lysa Herlambang
mewek gw bacanya...😭😭😭
2020-09-03
1