Rahasia Julian

"Ada apa?" tanya Julian pada Jonatan, sang papa.

"Duh ni anak gak ada sopan-sopannya. Lama gak pulang bukannya nanyain kabar bapaknya atau apa."

"Kebanyakan basa basi Pa." Kilah Julian.

Jonathan menarik nafas. Yah begitulah Julian. Putra bungsunya. Dia memang kebalikan dari Jared, sang kakak. Yang lebih lembut sifatnya meski juga tegas.

"Oke..oke. Bagaimana sekarang?"

"Ya begini saja."

"Pekerjaanmu?"

"Lancar. Aku kan nggak perlu laporan ke Papa. Itu tugasnya Tante May." Ucap Julian sambil tersenyum.

"Dia tahu."

"Kalau begitu langsung saja. Akhir tahun ini Papa minta kamu mulai masuk perusahaan. Papa sudah capek. Mau istirahat sama menikmati waktu sama Siena. Juga calon adiknya."

"Caca hamil?"

"Kakak ipar, Lian."

Julian berdecak kesal.

"Iya dia hamil baru 6 minggu. Baru ketahuan kemarin."

Julian terdiam. Ada sedikit rasa ngilu di hati mendengar Caca hamil.

"Kamu sudah berjanji. Tidak akan mengganggu mereka kan?"

Julian mengangguk. Jonathan menarik nafasnya lega. Dia tahu perkataan Julian bisa di pegang kebenarannya.

"Papa kan belum tua. Kenapa mau istirahat?" Julian mengalihkan topik pembicaraan.

"Papa mau menikmati waktu papa. Bermain dengan Siena, adiknya bahkan mungkin....anakmu."

"Pa..Julian belum kepikiran."

"Ya siapa tahu besok berubah pikiran. Menikah itu enak lo." Goda Jonathan.

"Tahu kalau nikah itu enak. Masalahnya Julian belum ketemu lawannya."

"Kamu kira menikah itu pertandingan, butuh lawan."

"Iyalah, perlu lawan di kasur." Cengir Julian.

"Semprul!" maki Jonathan. Plus satu pulpen melayang ke arah Julian.

"Astaga Pa, dagangan ini." Julian sigap menangkap pulpen yang hampir saja mengenai wajahnya.

"Dagangan...dagangan. Percuma muka kamu dipajang di bilboard paling besar di pusat kota. Digilai banyak perempuan. Bikin laba perusahaan yang kamu promosiin meningkat drastis. Tapi milih istri gak dapat-dapat. Dapatnya malah tukang morotin duit." Gerutu Jonathan.

"Busyet dah gitu amat ma Julian. Bukannya gak dapat. Tapi belum dapat. Ngomong yang bener dong Pa." Julian mengkoreksi omongan Papanya.

"Sama saja. Pokoknya akhir tahun ini kamu sudah harus menikah. Kamu sudah 28 tahun Lian. Masak tidak ada cewek yang bikin dag dig dug jantungmu itu."

Julian tampak berpikir. Yang seperti itu? Sepertinya tidak ada. Eh..wait..wait...ada sepertinya yang seperti itu. Ingatannya melayang pada dua ciumannya bersama Celli. MUA buruk rupa otewe sembuh, yang berhasil menggoda dirinya untuk mencium bibir gadis itu. Julian baru teringat jika dadanya berdebar kencang saat dia mencium bibir Celli.

"Memangnya kalau ada yang begitu, itu artinya Lian jatuh cinta begitu? Standarnya kan nggak hanya itu."

"Berarti ada dong yang seperti itu. Siapa dia?" potong Jonathan.

"Lian bilang kalau ada."

"Berarti ada."

"Belum tentu."

"Ngeyel!"

"Bukannya ngeyel. Cuma Julian ini bukan anak SMA yang masih cinta-cintaan monyet. Nggak. Julian maunya yang serius."

"Berarti sudah ada incaran nih. Siapa? Asal jangan si tukang morotin kamu itu. Papa nggak setuju. Titik!"

"Siapa juga yang mau bekasnya Mike. Ogah. Lagian Julian belum punya incaran."

"Beneran?"

Julian mengangguk.

"Oke kalau begitu. Tapi Papa ogah ya kalau disuruh lamaran dadakan."

"Siapa juga yang mau lamaran?"

"Adalah."

"Aiisshhh Papa ini menyebalkan. Sudahlah Julian mau balik kamar lagi. Kalau Papa cuma bicara halu aja."

"Siapa juga yang ngehalu."

"Papalah. Kebanyakan nonton drakor sama Mama." Ledek Julian.

"Sembarangan. Tapi Papa serius soal akhir tahun ingin kamu masuk perusahaan. Jangan ambil kontrak jangka panjang." Jonathan hampir berteriak karena sang putra hampir menghilang di balik pintu.

Jonathan menghembuskan nafasnya kasar karena Julian hanya melambaikan tangan menanggapi ucapannya.

"Semoga saja Celli bisa membuat Julian berubah pikiran." Batin Jonathan.

***

Awalnya Julian ingin menginap. Tapi nyatanya setelah makan malam. Dan bermain bersama Siena hampir seharian. Julian memutuskan untuk pulang ke apartementnya. Meski harus menunggu Siena tidur dulu. Kalau tidak gadis kecil itu akan menangis jika tahu Julian pulang.

"Pantas nggak nikah-nikah. Tukang ingkar janji." Gerutu sang mama.

"Nggak gitu Ma. Kerjaan Julian besok pagi sekali berangkatnya. Baru keingat."

Sang Mama mencebik kesal.

Julian sudah hampir menekan angka dimana lantainya berada. Namun ia berubah pikiran. Dan akhirnya menekan angka dimana lantai unit sang tante berada. Alias unit Celli.

Beberapa kali Julian menekan bel di unit Celli. Tapi tidak kunjung dibukakan pintu. Hingga pria itu mendengus kesal. Lantas menekan pasword unit milik tantenya itu. Karena dia memang tahu passwordnya.

"Sepi...." Guman Julian melangkah melewati ruang tamu. Hingga sayup-sayup dia mendengar suara televisi di ruang tengah.

"Astaga.." Julian melongo. Melihat Celli yang tertidur hanya memakai tank top dan hot pants saja. Tidur di sofa dengan TV yang masih menyala. Dan satu tepukan mendarat di jidat Julian sendiri melihat acara apa yang ditonton Celli.

"Yah, masak kamu juga fans fanatik boyband ini." Guman Julian.

Julian menghela nafasnya. Lantas kembali menatap Celli yang meringkuk disofa.

"Hei...hei...bangun. Pindah ke kamar sana kalau tidur." Ucap Julian. Namun sepertinya Celli sudah terlanjur asyik di alam mimpinya.

Sesekali gadis itu tersenyum. Membuat Julian mengerutkan keningnya. Pada akhirnya Julian memilih mengangkat tubuh Celli yang bagi Julian benar-benar terlihat seksi di matanya. Tubuh mulus itu hanya tertutup di bagian dada dan ehemm atas paha saja.

"Apa perempuan kalau tidur seperti ini. Kenapa tidak sekalian telanjang saja." Gerutu Julian. Apalagi ketika dia sadar Celli tidak memakai penutup dadanya.

"Bikin berantakan yang dibawah aja." Gerutu Julian.

Tapi kemudian dia pun teringat dirinya kalau tidur hanya memakai bokser saja atau bahkan juga naked sesekali. Apa kami juga sama.

"Tidurlah yang nyenyak. Besok kau harus bangun pagi-pagi." Bisik Julian setelah mencium bibir Celli. Benar kan dia mulai ketagihan dengan bibir Celli.

Sedikit terkejut ketika dia merasakan lengket diwajah Celli.

"Kau pakai masker apa sih?" Gerutu Julian. Berjalan keluar dari kamar Celli terus kembali ke unitnya.

***

Pagi menjelang.

"Ya....Kak."

"Bisa kau bangunkan Julian. Dia belum bangun."

"Astaga"

Gadis itu langsung naik ke unit Julian. Menekan bel berulang-ulang tapi tidak kunjung dibuka. Di telepon juga tidak diangkat.

"Ini orang mati atau masih molor sih." Gerutu Celli.

"Kak...kak..." Teriak Celli.

"Apa sih?" Teriak suara tak kalah judes ketika pintu dibuka.

Wajah Celli membulat melihat wajah no make up Julian. Melihat Celli, Julian langsung menarik gadis itu masuk ke unitnya.

Wajah Celli pucat pasi. Gadis itu terlihat terus memundurkan langkahnya. Hingga akhirnya membentur tembok. Bukan....bukan karena Julian yang hanya memakai boksernya saja. Juga bukan karena tubuh atletis nan mempesona plus menggoda milik pria tampan itu.

Tapi satu hal yang membuat Celli langsung menutup mulutnya yang menganga.

"Apa yang kau lihat?" Tanya Julian sadis. Suaranya penuh ancaman dan intimidasi.

"Tidak! Aku tidak melihat apa-apa." Cicit Celli. Tubuhnya gemetar ketakutan. Juga rasa lemas langsung menghantam tubuhnya. Padahal dia baru saja sarapan satu piring nasi goreng full topping.

Julian perlahan mendekat ke arah Celli. Mengurung tubuh Celli dengan dua lengan kekarnya.

"Kau tahu apa yang harus kau lakukan?" Tanya Julian dingin penuh penekanan.

Celli mengangguk cepat.

"Apa? Aku tidak dengar." Ulang Julian.

"Aku akan tutup mulut. Dan tidak akan memberitahu siapapun." Jawab Celli sambil membuat gerakan mengunci mulutnya"

"Bagus! Tunggu aku lima menit" Ucap pria itu kembali masuk ke kamarnya. Berjalan santai tanpa beban. Meninggalkan Celli yang langsung jatuh terduduk.

"Apa itu tadi wajah aslinya." Batin Celli tidak percaya.

"Ternyata dia punya rahasia sebesar itu."

***

Terpopuler

Comments

Damar Pawitra IG@anns_indri

Damar Pawitra IG@anns_indri

awas mengko mbok sruduk

2023-07-10

1

Damar Pawitra IG@anns_indri

Damar Pawitra IG@anns_indri

skak mat nggak tuh Jul

2023-07-10

1

Nur Purwaningsih

Nur Purwaningsih

tenang aja Lian Cellie nggak ember kok orangnya,,

2022-10-03

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!