"Aduuh!!!"
Celli langsung mengusap bahunya yang sedikit sakit karena bersenggolan dengan seseorang.
"Jalan pakai mata dong!" Salak orang bersenggolan dengan Celli.
"Eh masnya....situ yang jalan, harusnya situ dong yang pakai mata. Wong jelas-jelas aku dari tadi berdiri di sini. Gak gerak-gerak juga." Protes Celli.
Orang yang menabrak Celli langsung mendelik kesal.
"Berani sekali perempuan ini. Belum tahu siapa aku." Batin orang itu yang tidak lain adalah Julian.
Celli menunggu di depan ruang praktek Darwis. Menunggu Ardi membeli obat tahan nyeri, anti iritasi dan anti inflamasi. Untuk mengurangi efek alergi yang bisa menyebabkan kulit terasa terbakar. Juga menimbulkan radang yang bisa membuat jerawat Celli bertambah parah.
Celli sebenarnya sedikit melamun di depan pintu ruang praktek Darwis. Hingga tidak menyadari jika ada pasien yang ingin masuk.
"Malah melamun. Minggir! Kau menghalangi jalanku!"
"Situ kan lega. Main nyuruh-nyuruh aja. Mentang-mentang badan gedhe terus sok mengintimidasi gitu. Gak takut!" Tantang Celli.
"Kamu belum tahu siapa saya ya. Saya bisa tuntut kamu atas perbuatan tidak menyenangkan kepada saya."
"Alamak! Julian Argantara!" batin Celli terkejut. Melihat Julian yang membuka masker juga kacamatanya.
"Bagaimana kamu kenal siapa saya?"
Celli langsung menunduk begitu melihat wajah Julian. Hilang sudah kemarahan Celli. Menguap, berganti dengan rasa cemas yang melanda.
"Takut sekarang?" ledek Julian.
Celli kembali hanya bisa diam. Dia pikir kenapa juga hidupnya jadi begitu sial dua hari ini.
Mimpi buruk apa aku kemarin malam. Sudah jadi si buruk rupa. Bertemu si Julid yang kemungkinan akan dia hadapi tiap hari. Mana ternyata galak banget lagi orangnya. Satu rentetan keluhan panjang terucap dihati Celli. Sungguh dia merasa menjadi orang paling sial sedunia.
"Diam saja! Minta maaf!" satu suara Julian terdengar begitu dekat di telinga Celli. Ketika dia menoleh ternyata pria sudah berbisik di telinganya.
"Astaga...ngagetin aja sih!" pekik Celli tanpa sengaja.
Julian langsung mendelik mendengar ucapan Celli.
"Berani kamu?" tanya Julian.
Sedetik kemudian entah keberanian dari mana. Celli langsung menatap manik mata Julian.
"Siapa takut? Seharusnya kamu yang takut. Saya tahu siapa kamu. Lalu ngapain kamu ke sini. Ini kan spesialias dokter kulit dan kelamin. Pasti kamu kenapa-kenapa sampai harus periksa ke sini. Saya bisa bocorin ke akun gosip yang itu tu..." Ancam Celli balik.
Julian langsung mengedipkan matanya beberapa kali. Tidak percaya jika gadis di depannya berani padanya. Pakai acara mengancam lagi. Padahal memang benar kalau dia ke sana secara sembunyi-sembunyi.
Melihat Julian yang diam, giliran Celli yang merasa menang.
"Diam saja? Berarti benar omonganku. Jadi penasaran apa yang kamu sembunyikan dari publik." Kata Celli sambil membuat mimik seperti berpikir.
"Bukan urusanmu kalau aku berada di sini." Jawab Julian ketus.
"Memang bukan urusanku sih. Tapi sikapmu membuatnya jadi urusanku." Celli kembali menjawab.
"Kau ini menyusahkan sekali. Minggir aku sudah ada janji dengan dokter Darwis." Ucap Julian. Mendorong ke samping tubuh tinggi semampai Celli. Hingga gadis itu terhuyung hampir jatuh.
"Dasar njelehi!" satu umpatan keluar dari bibir Celli.
"Astaga, belum juga mulai bekerja dia sudah buat aku darah tinggi." Gerutu Celli.Lantas memutuskan menyusul sang kakak. Karena merasa kesal di sana.
"Bertengkar dengan siapa kamu?" tanya Darwis, yang baru keluar dari kamar mandi di ruang prakteknya.
"Tidak tahu." Julian menjawab sambil mendudukkan dirinya di kursi pasien.
"Dia pakai kemeja warna biru sama celana jeans. Pakai masker?" tanya Darwis.
"Kok tahu?" heran Julian.
"Itu Celli, adiknya Ardi."
"Ardi.... wait...adik kelas kita?"
Darwis mengangguk.
"Ngapain dia ke sini?" Julian kepo. Mengingat dia begitu ingin membalas gadis itu jika bertemu lagi. Dan entah kenapa Julian punya feeling kalau dia akan sering bertemu dengan gadis itu.
"Oh dia baru saja mendapat mimpi buruk untuk seorang gadis. Dia salah memakai skincare hingga wajahnya penuh dengan jerawat." Jelas Darwis singkat.
"Ha? Yang benar?"
Darwis mengangguk.
"Iya dia habis konsultasi denganku. Makanya kamu bisa lebih santai ke sininya"
"Sudah jelek, ya jelek saja." Gerutu Julian.
"Eits...kamu salah. Dia cantik lo aslinya. Ni fotonya." Ucap Darwis sambil mengulurkan ponselnya di mana foto Celli terpampang di sana.
Kredit Instagram.com
Kenalkan mbak Celli ya guys..
Julian melongo sekilas. "Cantik juga." Batinnya singkat.
"Aku pikir dia lebih cantik dari Irene lo." Goda Darwis melihat wajah Julian yang sepertinya tertarik dengan Celli.
"Kau jangan mengada-ngada. Apa jerawatnya parah?" nah kan Julian jadi kepo dengan urusan Celli.
"Untuk sekarang iya. Tapi masih bisa pulih. Meski ya dua atau tiga bulan lagi baru bisa mulus kayak di foto itu." Jelas Darwis.
"Dia ceroboh atau bagaimana. Tahu alergi tapi masih tetap dipakai juga skincare-nya."
"Dia memang tipe ceroboh kata Ardi. Tapi aku pikir dia dikerjai temannya. Skincare itu pemberian temannya. Dan dia memang salah tidak memeriksa kandungan skin care itu. Jadi ya begitulah."
"Dikerjai?" tanya Julian. Lah kok dia jadi penasaran banget soal urusan Celli sih.
"Iya, atau mungkin dia tidak suka dengan Celli. Oh ya kalau aku tidak salah dengar. Dia akan ikut audisi untuk jadi MUA-mu. Celli seorang make up artist."
"Yang benar?" Julian jelas terkejut dengan fakta itu.
"Well sepertinya kesempatan untuk membalasmu benar-benar datang padaku." Batin Julian sambil tersenyum.
Entah dia tertarik pada Celli atau hanya sekedar iseng pada gadis itu, Julian tidak tahu. Tapi ketika dia menatap foto Celli ada hal aneh yang dia rasa dalam hatinya.
"Sudah soal Celli-nya?"
"Eh...
"Kita mulai konsultasimu."
Julian langsung menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Sepertinya dia ketahuan kalau tertarik pada Celli.
****
"Aku mundur saja ya Kak." Rengek Celli.
Dia sudah duduk bersama May di sebuah restoran, dekat kantor agensi dimana Julian bernaung.
"Parah sih Cell. Tapi jangan mundur dong. Kamu doang harapan kakak satu-satunya." Pinta May setengah memohon.
"Tapi tu orang judes banget. Celli nggak yakin bisa ngadepin dia. Kalau tiap hari dia nyemburin api dari mulutnya itu." Ucapan Celli langsung membuat May melongo. Tapi detik berikutnya dia tertawa terbahak-bahak.
"Kamu pikir Julian naga." Ucap May sambil memegangi perutnya.
"Iya dia naga. Naga penyembur api. Tapi bukan karena itu juga. Kakak nggak lihat wajah buruk rupa aku." Celli berucap sambil menunjuk wajahnya sendiri.
"Itu kan wajah. Tanganmu masih bisa bekerja dan otak kamu masih bisa berpikir kan?" tanya May mulai ke mode serius.
"Iya sih. Tapi kan wajah buat aku tambah percaya diri."
"Memang iya. Tidak masalah, dua bulan lagi kan sembuh. Buruk rupanya nggak selamanya."
"Tapi..."
"Kamu mau kalah sama Vita?"
Mendengar nama Vita disebut. Celli langsung menggeleng.
"Nggak. Celli nggak mau kalah sama Vita." Tegasnya.
"Kalau begitu jangan menyerah. Lagipula kok Kakak curiga kalau Vita sengaja ngerjain kamu."
"Iya tadi Kak Ardi sama dokter Darwis juga bilang begitu."
"Nah kalau begitu tunjukkan kemampuanmu. Meski buruk rupa...sementara...skill kamu masih tetap luar biasa." Ujar May menyemangati Celli.
Celli menghela nafasnya. Sejenak berpikir.
"Pikirkan juga soal reputasimu. Meski kamu menyebut Julian naga penyembur api, tapi dia akan menjadi batu loncatan untukmu. Siapa sih yang nggak mau jadi MUA-nya Julian Argantara. Pamormu bisa naik kalau kamu bisa mengatasi Julian. Lagipula dia kan ganteng, body uhuy, populer, tajir....."
"Terusin....tak bilangin om Jo lo nanti." Potong Celli. Dia tahu Jonghyun, suami May sangat cemburuan bahkan dengan Julian sekalipun.
"Uuppss sorry, jangan dilaporin nanti aku kena hukum sama dia." Mohon May cepat. Meski Celli tidak tahu, hukuman yang dimaksud May adalah bercinta sepanjang malam.
"Ya...ya...jangan mundur, please."
May harus bisa meyakinkan Celli. Hanya gadis itu yang bisa May percaya sekarang. Meski May cukup pesimis keduanya bisa bekerjasama dengan baik. Mengingat bagaimana Celli menyebut Julian naga penyembur api.,
"Diluar naga tapi kamu belum tahu kalau hatinya hello kitty."
Batin May membayangkan kalau Celli dan Julian bisa jadi Tom and Jerry yang saling mengerjai atau malah bisa menjalin hubungan yang manis seperti kekasih.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Damar Pawitra IG@anns_indri
hmmm hukumannya enak may wkwkkw
2023-07-09
1
Damar Pawitra IG@anns_indri
tanda" itu Jul
2023-07-09
1
Damar Pawitra IG@anns_indri
woelaaah cantik Jul
awas lo bucin, gue sumpahin
2023-07-09
1