Masih Menunggumu
"happy birthday to you... happy birthday to you...."
Suara nyanyian itu menggema.
riuh tepukan tangan menalun indah di telinga.
Kecupan singkat d keningku
menyempurnakan suasana.
"Tiup lilinnnya sayang... "
Aku tersenyum, hendak meniup lilin.
wuuuus..
"Woi... Ngelamun mulu kerjaan lo ya!. Ngelamunin apaan sih. Seru amat kayaknya. sampek gue panggil dari tadi, nggak denger"
Ambbyyyar.. hilang semua imajinasi gue. pecah berserak seperti runtuhan rengginang di bumi pertiwi, eeeeak gitu amat yak!, Astaghfirulloh.
"Nggak guna banget, sih, emang lo jadi temen. nggak bisa ya, lo diem, nggak gangguin gue pas lagi fokus gini."
"Ya kali.. kalo lo fokusnya sama kerjaan gue nggak bakal ganggu. lha ini, fokus ngehalu! makin lama, makin keriput tau nggak lu. "
"Tuh kan.. doanya makin hari makin nggak bener. kuwalat baru tau rasa lo. sekali-kali kek lu dukung gue gitu. minimal kan gue bahagia di alam lamunan gue dulu. anggap aja gue lagi pemanasan gitu!"
"woooo.. sejak kapan bahagia pemanasannya pakek ngehalu. yang ada nih ya, lo nyamar jadi gembel pinggir jalan. Terus nggak usah makan, biar tahu tuh rasanya kelaperan, kedinginan, sama kepanasan tuh kayak apa! baru deh tu lo tau rasanya bahagia"
"Bener juga tuh ide lo. tapi kan orang kalo ngasi ide tuh harus sesuai pengalaman. Lo udah cobain belum?"
" Gila lo ya, beneran susah emang ngomong sama lo yak!" Novy berulang kali memukul meja dan keningnya bergantian. tampak frustasi terlibat percakapan absurd bersamaku siang ini.
"udah! nyerah gue kalo debat sama lo emang.
mending lambai tangan deh gue, nggak kuat!"
"lebay banget nih bumil sebiji emang"
"anter nih, alamat sejalan sama arah lo balik"
"Ngapain gue sih!. kurir kan ada ."
"Nggak mau. Dia mintanya lo yang anter langsung, pakek bilang mau kasih tips segala lagi orangnya"
"iya,? siapa sih."
"nggak tahu!, mending lo berangkat. daripada kesambet gegara kebanyakan halu"
Novy pergi setelah meletakkan paperbag yang berisi kurma yang harus ku antar.
Usiaku dua puluh tujuh tahun, cukup matang untung masuk ke jenjang perkawinan.
Eits, tunggu dulu, ini sih namanya bukan matang lagi, melainkan hampir gosong gaes, iya kan.
Di umur segini, aku bahkan masih menikmati kesendirian. ya, mungkin beberapa kali sempat lah training kehidupan rumah tangga romantis ala ala drama gitu di dunia halu never ending ala teesya ameena. tapi tetap, keinginan itu belum begiru kuat untuk kujabanin sendiri. Mungkin trauma masalalu ikut andil dalam situasi ini.
Berbanding terbalik dengan ibuk, beliau justru belingsatan karena anaknya tak kunjung menikah. Begitupun dengan novy, dia yang supel dan friendly gampang sekali akrab dengan orang baru. Setelah wisuda dia langsung menikah dengan kekasih nya yang sudah mapan sentosa. errrrr., siapa pula yang mau berpacaran lama kalau calonnya udah bisa menghidupi kita secara layak. Kondisiku yang seperti ini bukan karena tak pernah mencoba berkenalan dengan kaum adam. Justru sangat sering, nggak tanggung tanggung, tujuh kandidat yang di berikan novy demi teman comelnya satu ini. Tapi, dari ke-tujuh kandidat itu, tak satupun yang nyangkut di hati eneng.
Desakan ibu bertambah level setiap harinya. Tapi apa boleh buat, di desak seperti apapun juga kalau nggak pasangannya mana bisa daftar ke KUA coba!?
Ya Allah... Nasib eneng gini amat yak.
sebenarnya, menurut cermin di kamarku, rupaku bukan berada di level buruk rupa. Rupaku ini tertolong oleh senyum manis yang tercipta dari lesung pipi dan gigi gisul, di tambah kulitku yang eksotis ini, cermin kesayangku dari jaman orok ini nggak lagi bohong kan ya. Tapi entah kenapa, sampai hari ini pun, Tuhan belum menjatuhkan kunfayakunnya untukku bertemu jodoh. Be positife thinking, mungkin Tuhan masih menempanya menjadi imam yang tangguh untukku. Seperti doa yang kupanjatkan setiap subuh menyapa. Kenapa doanya setiapa subuh?, nggak tahajjud?. Eneng nggak bohong kawan kawan. Sampai umur segini, aku belum pernah melaksanakan sunnah yang satu ini. Maka dari itu, doaku untuk dapat imam yang baik hati dan sholeh itu benar adanya. Semoga Tuhan meridloi keinginanku dan segera menurunkan kunfayakunnya untukku.
Motorku berhenti tepat di lampu merah, sambil menunggu lampu berganti kelamin eh.. ganti warna ding. Aku melihat sekeliling, Berlagak jadi polisi wanita rupanya, hehehe. eh eh. sebentar, tahan kamera di satu titik, eits, dari pantulan kaca spion ini terlihat sosok yang, duhai rupawannya makhluk tuhan sebiji ini. Dia tersenyum pemirsa.
"Mbak... " Senyumnya menyapaku saat aku menoleh penasaran,aku balas tersenyum dan mengangguk sopan. siapa sih ini orang. Apa kita pernah bertemu, atau malah oernah mengukir cerita?. eeea, pede amat lah anak perawam ibu Alma ini.
lampu berganti, kulajukan motor pelan..
Tii tot tit tot.
"Mbak,, mbak. minggir dulu.. "
mengintip sekilas dari kaca spion. Lah, dia kan yang tadi keciduk lagi senyum pas di lampu meeah. Mau apa sebenarnya, apa dia penagih hutang, tapi kenapa nyamar jadi tukang cilok. lagian aku mana ada hutang sama orang. Aku ini wanita uang menganut menabung pangkal kaya. Kuturuti kemauannya, meminggirkan motor dan berhenti, dia juga berhenti di depan motorku.
"Mbak.. saya dari tadi ngikutin mbak.. saya klakson.. saya teriaki.. mbak nggak denger.. "
" ah masa sih mas.. maaf ya . Saya beneran nggak denger.. tapi ada apa ya mas.. kok sampek ngikutin saya." berbicara sesopan mungkin meski hati bertanya siapa dia gerangan. Bonus kesopanan kali ini adalah memanjakan mata dengan mahluk seksi ciptaan Tuhan.
" saya mau ambil paket yang mbak mau kirim. Tadi saya ke toko mbk. Tapi kata temennya mbk tadi, paketnya sudah di bawa sama mbak. jadi saya buru-buu ngikutin mbak.. eh mbaknya nggak denger pas saya panggil."
" aduh mas.. maafin saya ya.. jauh banget ya ngikutin saya... "
Ku ucapkan maaf berkali-kali dan mengangsurkan paperbag berisi paket yang di mintanya.
"nggak apa mbak, Makasih ya.. tadi bunda yang nyuruh mbak anterin ini.. padahal sudah saya bilang mau saya ambil sendiri, biar nggak merepotkan. "
"nggak apa mas.. inikan searah.. jadi nggak masalah. tapi saya betulan minta maaf ya. tadi beneran nggak denger"
"iya mbk.. tapi lain kali jangan gitu ya.. bahaya mbk.. terus ini.. " dia turun.. mengambil helmku dan memasangkan di kepalaku tanpa izin. eh.. tapi kok malu-maluin banget sih ini. Saking doyannya ngelamun sampek helm cum kugantungin di setir.
"Nah.. ini juga jangan sampe lupa ya," ucapnya ketika memasang helm.
"saya pamit ya. emm, apa mau sekalian saya anter aja?"
ya Allah mas, jangan kebanyakan senyum dong. Ini jantung bisa rontok. mau tanggung jawab emang?.
"Hmm.. nggak nggak mas.. makasih.. saya duluan ya .. "
Aku bergegas melajukan motor, sebelum dia menyadari perubahan pipiku dan mendengar genderang hatiku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments