Tiga hari ini, toko kurma kesayanganku mendadak menjelma sebagai penjajah yang mengahruskan aku dan para karyawan kerja rodi, pesanan via online begitu banyak, sampai aku harus ikut turun tangan membantu packing. Di tambah novy yang se-enak jidat mengambil cuti seminggu, karena harus menemani keluarganya liburan di bali.
diri ini kapan pula mau liburan ke luar negri ya Allah.. keluar kota aja kagak pernah.. eh.. dalam kota aja belum semuanya aku checklist, tanda sudah ku sambangi, gimana mau ngunjungin kalo hari libur begini aja, aku masih bercumbu dengan puluhan paket kurma yang harus di kirim.
bersyukur, sih, alhamdulillah usaha yang ku dirikan bersama novy lancar, bisa dibilang kelewat lancar malah. tapi eh tapi, emakku numero uno nangis dong, gegara anaknya gagal nikah maning. ya Allah emak.. kalaupun ada lelaki berkuda yang mampu menggoyahkan. bongkahan hati eneng, pasti langsung eneng ajak nikah kok. nggak lagi pakek pacaran dulu. Kelamaan. bakal kuajak pacaran sampek lemes lunglai abis nikah, suer deh!. janji anak baek ini, beneran deh. Ada yang minat check out eneng hari ini juga?.
beberapa hari lalu ibuk memang menangis pilu meratapi kejombloan anak gadisnya, pas tahu aku pulang kerja kelewat malam. ku kira beliau udah tidur di kamar karena lampu di ruang tamu yang biasa dia pakai untuk duduk manis dan mengaji sambil menunggui anak manisnya pulang kerja itu mati.
eh ternyata pas udah masuk, dan menghidupkan lampu, wah ternyata beliau lagi khusyuk nangis di atas kursi.
" Ya Allah buk kenapa?. ada maling ya?" Aku yang khawatir melihat air matanya yang begitu deras menganak sungai, lekas menghampiri.
"nggak ada, ibuk malah nungguin malingnya ini Am. sampek nangis begini"
"kok maling di tungguin sih buk... ngapain?"
"Ya iya.. barangkali malingnya mau ngambil hati kamu, kan enak, kamu bisa dinikahin sama dia"
"Ya Allah ibuk ini!.. bikin ami takut, nangisnya sampek begitu. Lagian masak Ami disuruh bikah sama maling, sih," aku melengos, gini noh, kalau punya ibu korban sinetron. awas aja kalau ketemu artis yang bikin ibuk nangis. kusuruh dia tanggung jawab dan bersimpuh di depan ibuk, untuk memintaku menjadi gulingnya, eh. pendampingnya.
"kalo kamu takut liat ibuk nangis gini. Makanya nikah ami!, jangan kerja melulu.. ibuk kesepian tau nggak Am. ibuk pengen di jagain mantu.. pengen nggendongin cucu." ibuk mengutarakan keinginannya sambil sesekali menyapu ingusnya menggunakan tissue.
"iya ibuk.. kalo ada yang mau pasti ami siap kok.. besok pagi juga ami siap.. lha tapi ini belum ada ibuk. gimana dong."
"kalo gitu kamu mau ya.. ibuk kenalin sama anak temen ibuk, cakep lo am.. pas kalo sama kamu.. " lah, kenapa tetiba semangat begini. air mata?, lari kemana yak tadi?.
"terserah ibuk aja deh... ami ngikut"
aku menjawab sambil berlalu meninggalkan ibuk.
"beneran ya Am..?
ibuk langsung melonjak senang.. dia menyusul langkahku.
"Am, beneran tapi ya.. besok abis dari toko kamu siap-siap ya.." ibuk berlaku seperti bocah yang menagih janji untuk di belikan lollipop, beliau menggoyangkan lenganku berulang kali dan mengerjap bak boneka barbie. Eneng meleot kan jadinya. Mana tega mau nolak kalau udah begini.
"iya ibuk.. iya.. semoga besok ami nggak lembur lagi ya..."jawabku akhirnya. demi habis air mata terbitlah senyuman. okelah eneng jabanin. semoga aja yang akan laki-laki yang akan di temui ini sebelas dua belas dengan abang chiko jeriko. Amiin.
🌻🌻🌻🌻🌻
huuuft. hari ini aku harus pulang lebih awal dafi biasanya, kalo enggak, pasti ibundaku numero uno ngambek tujuh turunan, karena sudah dua hari ini aku mengingkari janji yang telah meluncur manis dari mulutku.
"hes.. 15 menit lagi tutup ya, saya mau ada acara. Kabari yang lain ya,"
"oke mbak. tirainya tak tutup dulu ya.. biar ndak ada yang masuk."
aku hanya mengangguk dan pergi. bersiap untuk pulang,
duh, kebiasaan kan, ini kaki selalu susah di ajak kompromi untuk hal-hal yang berbau jodoh. Mungkin mata kaki ini mengalami trauma berat karena pernah menyaksikan kegagalanku beberapa kali.
aku melangkah ke arah jendela kaca yang berada di sisi ruanganku, dimana dari sana bisa terlihat lalu lalang kendaraan dan aktifitas manusia yang tiada henti.
ah. jadi keinget mas-mas cilok. dia yang memberitahuku serunya melihat hiruk pikuk aktifitas manusia yang begitu beragam. healing paket hemat katanya.
seseorang melambai, lalu tersenyum padaku.
eh.. itukan mas cilok yang kemaren. Apa dia serupa jin dan komplotannya, yang bila mana di panggil tiga kali langsung muncul di hadapan?. Tapi, kok dia rapi gitu.aku bergegas turun menghampirinya yang sedang melangkah ke teras toko.
"ada apa mas?, rapi gini.? ada yang bisa di bantu?" aku bertanya formal padanya.
"maaf ya, beberapa hari kemaren saya nggak mangkal. lagi repot soalnya. Karena tadi mumpung lewat sini terus keingetan mbak. jadi sekalian bawa makan siang, belum makan kan?"
eh, darimana dia tau kalau aku belum makan siang?
"sini... "
dia sudah duduk di kursi dan menyeret satu kursi yang lain untuk kududuki.
aku melangkah mendekat. Di depan toko memang kusediakan 4 kursi dan 2 meja. Sengaja untuk tamu yang mau bersantai menikmati kurma atau hanya ingin berteduh di saat hujan.
aku duduk dan menurut tanpa protes, uluh uluh, manis sekali. padahal aku bisa saja menolak, tapi hati mana bisa berbohong kan, mana bisa menolak perhatian makhluk tuhan paling seksi ini. Dia mengeluarkan dua kotak makanan. Nah toh, auto kalem begini kalau lagi berdua sama ini orang. kenal aja kagak loh.
"ini sendoknya, hmm, apa mau disuapin sekalian aja?" Kerlingnya menggodaku.
"eh eh. enggak usah. tangan saya sehat kok. bisa makan sendiri."
dia tertawa. MasyaAllah. kirimin satu lagi yang modelan begini dong... buat jodoh saya ya Allah. atau dia aja boleh. asal dia mau aja, hiks.
"jadi nanti kalo tangan mbak sakit.. bilang sama saya, biar saya yang suapin"
"masnya jahat juga ya. doain tangan saya sakit"
Lagi-lagi dia tertawa, lalu mempersilahkanku makan. Mungkin malaikat pencatat amal baiknya kewalahan karena hampir setiap menit dia bersedekah senyum.
".hmm. kok masnya tau saya belum makan?"
"nebak aja. Kalo bener, berarti kita jodoh," jawabnya enteng.
"Modusnya, bisa banget" Lirikku tajam sambil menyendok makanan ke mulut.
Dia tampan sekali hari ini, dengan celana bahan warna hitam dan kemeja merah maroon. Berbeda sekali dengan tampilannya beberapa hari lalu, dengan kaos oblong dan celana pendek, juga topi lusuh yang bertengger manis di kepalanya.
setelah makan dia langsung pamit, aku pun hanya mengangguk dan mepersilahkan, tidak ada alasan untuk bisa menahannya lebih lama disini, lagian aku juga harus lekas pulang.
"ciiiie mbak ami... kenapa nggak bilang, sih, kalo abang ciloknya pacarnya mbk ami."
mereka melempar beberapa pertanyaan yang sama sekali tak kujawab, aku tetap berjalan santai ke lantai atas untuk mengambil tas dan segera pulang. mereka tetap ber cia-cie dan mesam mesem seperti orang gila yang bertebaran di lamou merah. heran ya, kenapa yang kelewat seneng justru mereka., kan aku yang di kasih makan.
aku tersenyum saat melewati kursi yang tadi ku pakai makan bersama mas cilok.. eh. wait. kok aku belum tau namanya ya. kita udah makan bareng dua kali dan aku belum tau namanya?. Ampun deh Ami, untuk hal sekecil itu aku bisa lupa?. Pantesan aja, cucu adam nggak ada yang mau nyangkut.
oke stop ami. udah, lanjutin episode begonya besok lagi. lo harus fokus nyetir sekarang.
aku melajukan motor pelan. meninggalkan sekelumit kenangan membegokkan di depan tokoku sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments