ragam pribumi

Hari ini pesanan kurma membludak. biasanya di jam istirahat siang seperti ini, aku selalu mencari makan yang jaraknya jauh dari toko bersama novi. Kita punya selera yang sama untuk masalah satu ini. Biasanya kita akan mencari tempat makan angkringan yang letaknya dekat sawah. kebayangkan berapa jauh jarak yang harus kita tempuh., tapi demi merefresh pikiran dan mewaraskan jiwa, oke! Kita jabanin.

Tapi hari ini kita bener-bener kewalahan. eh ralat, bukan kita!, lebih tepatnya diriku sendiri. Ya, aku harus mengecek satu persatu pesanan kurma yang harus di kirim. SENDIRI. catat dengan baik, aku melakukan semuanya sendiri. kenapa sendiri?. karena novi harus izin periksa kehamilannya.. mana orderan lagi meledak begini, kadang teebersit keirian di hati jofisa macam saya. Enak punya alasan buat izin seperti itu. Nah, kalo aku yang izin?. izin apa dong. izin sakit kan ngenes banget ya.. sakit juga ngurus sendiri.. mending sehat wal afiat dong...

"Gimana?, Masih banyak yang belum di packing?, sejam lagi mau di ambil kurir ini." Tanyaku pada hesti yang kupercaya menghandle packingan...

" Iya mbk ami.. insyaAllah sejam lagi beres,

Ini tinggal 50 packs lagi kok." dia menjawab sambil sibuk mengunyah makanan.

Lah, kok aku baru sadar ya, Anak-anak packer pada sibuk packing sama ngunyah cilok.

"Kok bisa pada makan cilok, sih, beli dimana?."

" Di depan mbak ami, enak loh ciloknya, tapi harus antri, soalnya babang ciloknya keren. Dita aja tadi cuma pesen, terus di tinggal, minta anterin kesini" jawab hesti

Aku sedikit mengernyit, Sejak kapan di depan ada tukang cilok? aku baru tau. ini saking sibuknya apa emang dia baru mangkal.

Krruk krruuk.. ah, ini lagi, cacing-cacing disiplin ini tak bisa di ajak berkompromi. mereka terbiasa makan tepat waktu. mereka juga tak mengenal jam karet kek kebiasaan waraga +62. makanya, telat makan lima memit saja mereka langsung bereaksi.

" Mbak ami mau ta. biar hesti yang belikan." tawar hesti padaku.

" Iya mau. tapi aku beli sendiri aja deh. kalian lanjut aja packingnya, agak cepet ya, sejam lagi di pick up. nggak boleh telat, apalagi sampek nyuruh sopirnya nunggu dulu." aku mewanti-wanti mereka sebelum pergi.

"Siap mbak ami!!. " Jawab mereka kompak.

Anak packing sebenarnya hanya dua orang, tapi kalau pesenan lagi deres begini, biasanya karyawan bagian lain akan membantu tanpa diminta.

Ini yang selalu aku syukuri, disini kami memang kerja, bisnis, tapi rasanya kayak saudara, kayak keluarga, saling mengerti dan ringan ulur tangan untuk membantu tanpa di minta.

aku dan novi memang sepakat untuk tidak bersikap bossy. meskipun toko kurma ini hasil kerja keras kami. Tapi, kami sadar betul bahwa usaha kami tak akan semaju ini tanpa bantuan mereka.

aku melangkahkan kaki keluar toko. celingukan mencari sesuatu, eh seseorang. tadi kata anak-anak rame, mana? ini malah tinggal gerobaknya aja. Mana babang kerennya?

Apa mungkin yang di bungkus pulang babangnya ya, bukan ciloknya. Sekarang kan gitu kalau punya fans fanatik. Duh, kasian dong.

"Cari apa neng?"

"Astaghfirulloh" aku reflek mengelus dada. kaget bukan kepalang, karena ketauan mengintip di sela pintu toko.

" Cari saya? mau makan cilok, ya?"

" Hmm iya bang . Eh, bentar-bentar" Aku memutar memori. Berusaha mengingat sesuatu yang tampak tak asing.

Wah. aku reflek menutup mulut dengan kedua telapak tangan. Ya Allah.. bego banget, sih, Ameena, Astaghfirulloh.

" Iya. Saya tukang cilok yang tempo hari ngejar kamu. " Dia menjelaskan tanpa kuminta, sambil terus mengulas senyum.

Aku masih melongo dibuatnya, Ish, Kenapa gini banget, sih, kalau tau dia yang jualan cilok, mana berani aku nampakin batang hidung. Kan baru kering ini malu, kenapa harus di basahin lagi, sih.

"Mau tetep nyempil disitu? kasihan yang mau lewat dong."

" Yuk makan dulu, kasian cacing kamu tuh.

Udah pada demo minta jatah " lanjutnya.

Aku hanya bisa pasrah, berjalan lemas di belakangnya.

" Eh . Tapi saya lebih suka kamu panggil mas ya, kayak kemaren itu, bukan abang kayak tadi "

Dia menoleh ke arahku sambil tersenyum. Lagi!.

Ya ampun, ini orang stok senyumnya berapa giga sih. Unlimited apa gimana?.

"Makan sini aja ya. temenin saya"

" Eh. nggak bisa bang. eh, mas. pekerjaan saya masi belum kelar ini"

" Nggak akan lama kok. Lima belas menit aja. rehat dulu lah. Jangan kebut gitu.. nggak baik buat kesehatan"

Eh, ini orang darimana taunya aku paling nggak bis telat makan.

"Ini. Saya jamin, lima belas menit cilok semangkuk ini bakal tandas, dan kamu bisa kekbali. nikmatin ya. jangan terburu-buru." Dia menyodorkan semangkuk cilok padaku, aku menerima dengan gamang, emang semua pembeli di layani seperti ini ya? Kalau iya, pantes aja sampek ngantri. Lha, gombalnya aja ngabisin waktu banget.

"Iya mas, makasih."

Hmm.. ini sih bukan enak lagi. tapi lezat banget.Nggak seperti yang aku bayangin.

bumbunya enak, kukira cuman saus kecap plus sambel doang, ternyata bumbunya pakek kacang, ciloknya juga enak, rasa

dagingnya kuat, tapi nggak kayak bakso juga, kenyal tapi empuk. Nggak seperti cilok

gerobak kebanyakan.

" Coba deh kamu perhatikan, populasi kita tuh beragam." WDia berbicara di sela kegiatan makan kami, menunjuk ke arah jalan. Dimana banyak orang sibuk dengan aktifitasnya masing-masing. aku paling enggan melihat situasi seperti ini, semua terlihat sibuk dengan urusan masing-masing, seperti tidak punya waktu barang sedetik untuk memedulikan yang lain.

aku menggelengkan kepala tanda tak setuju.

"Saya nggak suka mas. ruwet semua.. pada sibuk sendiri, nggak ada yang bisa bikin saya tenang. makanya saya lebih suka makan di pinggir sawah. tenang, nggak ramai, sesekali liat petani pulang, mereka kelihatan semringah meski kelelahan beradu kuat dengan terik matahari.

" Sesekali kamu juga harus liat sekitar kamu. coba liat deh. edarkan pandangan kamu,

Populasi kita tuh beragam. Disana, ada sepasang suami istri yang sudah renta. Mereka Santai mendorong gerobak sambil sesekali bercanda"

"Nah. Yang disana." Dia menunjuk dua bocil yang sedang asyik main video tik tok di trotoar. Di seberang jalan, aku melihat sepasang kekasih mungkin, atau pengantin baru, dimana si cowok sedang membujuk ceweknya yang tak kunjung mau naik motornya, si cewek ini justru terus berjalan santai tak menggubrisnya sama sekali.

Disisi lain, segerombol muda-mudi yang masih seumuran anak kampus, ada yang sedang mengacak rambutnya frustasi, ada yg fokus dengan bukunya, ada yang justru main game dengan santainya seperti tanpa beban. Tak kurasa seulas senyum terukir di bibirku.

"Hidup ini beragam. Semua orang pasti punya masalah. pasti memikul beban.

Tapi tinggal bagaimana kita mengolahnya . Mau di selesain borongan dengan resiko berat, atau mau diselesaikan satu persatu dengan resiko waktu"

Tuturnya membuatku serta merta menoleh. ada benarnya, semua pasti memikul bebannya masing-masing, dengan kekuatan masing-masing pula.

aku menganggukkan kepala. membenarkan argumennya.

"Baru kali ini saya melihat sekitar. ternyata seru juga, saya baru menyadari bahwa sepelik apapun masalah saya, di luar sana pun banyak yang berjuang melawan kepelikan hidupnya "

" Ini bisa jadi support sistem gratis buat kamu"

dia mangambil mangkok dari tangaku yang sudah kosong. loh, kapan makannya?.

"Berapa mas "Aku bertanya walau masih bingung, nggak mungkin kan kalau mangkoknya bolong.

"Hmm.. bayar pakek janji boleh?"

"Hah?.. "

"Janji untuk nggak ngelamun lagi?,

Bahaya tau nggak"

Dia mengucap sambil tersenyum manis sekali.

"Dah. masuk sana.. 15 menit lewat 30 detik"

Aku membalikkan badan. Menurut, membawa serta kebingungan yang masih mendera.

"Bang, ciloknya makan sini ya. Toga porsi!"

"Wah. Nggak bisa buk. saya cuma bawa dua mangkok. udah kotor lagi."

aku menoleh ke arah gerobak dengan tatapan bingung membingkai muka. Nah, ini maksutnya apa lagi, bingung kuadrat kan, jadinya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!