Sesuai arahan ibuk, si IGNIS warna orange ini kuparkir di halaman rumah yang tak terlalu besar dan bernuansa klasik. Suasana rumah ini sangat asri dengan ukiran kayu yang mendominasi bangunan dan tumbuhan yang rimbun, mulai dari buah-buahan, sayuran, dan bunga-bunga, andai saja aku berkunjung pagi, kupastikan, aku akan sangat betah berada disini.
Saat sedang asyik menekuri suasana rumah ini, seorang wanita paruh baya yang kelihatan begitu anggun dan lemah lembut dengan balutan gamis warna ungu, itu tersenyum lebar dan menyambut hangat kehadiran kami.
"mbak alma... apa kabar,?... lama ya.. kita nggak ketemu" ucap teman ibuk.
Seperti adegan sinetron ketika tokohnya tak bertemu puluhan episode. Mereka langsung cipika cipiki, berpelukan berulang kali, dan kalian pasti tahu serial anak berjudul teletubies kan?, Nah, begitulah kiranya sekarang drama berpelukan ala si LALA N PO di depanku.
"eh Am.. kenalin.. ini teman ibuk, namanya tante Lisa. Lis.. kenalin ini ami.. anakku"
"wah.. cantiknya, kok kamu awet muda, sih, pakek apa?.. ibuk kamu bilang umur kamu hampir kepala tiga, tapi kok mukanya kayak anak baru lulus SMA gini? "
tante Lisa berbicara dengan terus menowel pipiku, dia menggiringku beserta ibuk memasuki rumahnya. sepertinya aku menepati janjiku pada ibuk beberapa waktu lalu dengan sangat baik, untuk bersikap manis dan comel di depan teman ibuk.
'yey.. asyik. bakal dapet bonus pasti nih besok'
"Ayah.. Alam.. temen ibuk udah dateng ini.."
"wah.. yang di tunggu tunggu akhirnya datang.. sehat bu alma?.."
tak berselang lama, seorang laki laki seumuran bapak muncul dari belakang, itu pasti suami tante lisa.
"alhamdulillah sehat pak abbas, maaf kalau kedatangan saya menunda perjalanan kalian"
"ah, tidak sama sekali, santai saja. ini juga permintaan alam, sebenarnya yang akan bepergian itu Alam. tapi dia memilih untuk menunda, setelah bu Alma bilang mau berkunjung." ucap suami tante lisa, yang baru kutahu bernama om abbas, itu menjelaskan.
"iya mbk Alma. Biasanya Alam itu kalo udah ada rencana pergi nggak bisa di reschedule, tapi entah pas saya bilang mbak mau kesini sama Ami, dia langsung..."
Pernyataan tante Lisa terpotong oleh kedatang makhluk tuhan paling seksi, eits.. kenapa jadi lirik lagu...
eh tapi??,
"nah, ini dia anaknya. Lam, kenalin ini tante Alma temen ibuk, dan ini Ami.. sudah tahu kan ?
loh loh.. ini kan? ... sebentar, beri tahu aku cara bernapas dengan benar pemirsa. dadaku yang tiba-tiba bergemuruh membuatku sulit mengambil nafas. kalau saja pingsan tak akan membuat ibuk khawatir dan malu. sudah pasti hal itu kulakukan detik ini juga.
" Assalamu'alaikum tante,"
dia menyalami ibuk takdzim, lanjut menoleh ke arahku yang masih melongo tak percaya. berulang kali memastikan bahwa penglihatanku masih sangat normal.
" assalamu'alaikum meena.."
dia tersenyum padaku,berucap salam tanpa jabat tangan, meena?, dia tahu namaku?. makin kesini, aku makin terlihat seperti anak kecil yang di ajak berdiskusi masalah pajak. cengo never ending.
"wa'alaikumsalam, ibuk menjawab dengan sumringah, terlihat senang sekali,mungkin ibuk sangat berharap pada makhluk adam ini, secara dia ganteng plus ramah, ibuk aja langsung cocok, ngobrol ngalor ngidul bersama tante lisa dan anaknya. eh, mas Alam namanya, ya.. laki laki yang beberapa hari ini sangat membuatku bingung di toko karena ulahnya yang di luar nalar, sekarang sedang asyik ngobrol bersama bundanya dan ibuku.
sesekali dia melirikku disela obrolan mereka, aku tak peduli jika setelah ini dia akan memilih mundur dan membatalkan perjodohan ini karena wajahku yang sebelas duabelas dengan papan triplek. Akibat syok yang mendera, aku sampai melupakan pesan ibuk untuk selalu tampil manis.
" Nah.. ini dia cemilan sama minumannya. kalo di suguhi obrolan aja, kan, bisa masuk angin ya Am.. "
om Abbas berucap padaku saat tahu mereka tak menyadari kedatangan pembantu yang menyiapkan kudapan.
"ah iya.. iya... maaf ya mbak.. suka lupa diri kalo udah nimbrung gini kan ya.. "
ibuk hanya menanggapinya dengan senyuman, "eh, tapi saya tadi bawa makanan kesukaan kamu loh, tongseng pedes, ya kan?"
"wah.. beneran.. langsung makan aja yuk, kalo gitu. "
ibu dan tante lisa ngeloyor ke dapur, di ikuti om Abbas. kentara sekali mereka tengah menguar rindu, sembari memberiku kesempatan berdua dengan sesosok manusia baru yang mengisi lembaran putihku beberapa hari lalu.
"iya,, " tiba-tiba dia bersuara. karena tinggal kami berdua disini.
aku mengernyit tanda tak faham.
"iya.. mereka emang sekangen itu, sama kayak aku yang kangen sama kamu."
lagi, dia tersenyum penuh arti. duh duh, manusia sebiji ini memang dermawan tiada tara. lihatlah, dia selalu berbagi senyuman dimanapum dan kapanpun.
aku mencebik memalingkan muka.
"pantes kalo ciloknya yang minat cewek semua.. lha wong dapet bonus gombal gini"
dia tertawa, memamerkan giginya yang rapi.
"kamu tetep sepinter dulu Ameena sayang."
dia melirik jahil.
ameena sayang katanya?. Sepertinya otakku mulai menerima sinyal-sinyal memori kelam.
"kamu... "
"yups.. Aku Muhammad Alamsyah meena, adik tingkat kamu yang terjebak pesona gadis bertahta sepi yang berusaha aku miliki."
whattt!!, aku memekik dalam hati, ku atur ulang raut muka agar tak terlihat begitu terkejut. Fakta gila apa ini gusti?.
Alam si jahil tak tertandingi, menjelma jadi seorang manusia turunan adam yang ketampanannya tak diragukan, dan kelakuan manisnya yang mampu melumerkan hati bak mentega yang di panaskan di atas kompor. Berbanding terbalik sekali. Aku tahu, dia memang memiliki banyak followers dulu. tapi asal kalian tahu saja, aku bukan termasuk jajaran itu. Dari dulu, si jail pemilik nama Muhammada Alamsyah ini termasuk salah satu siswa yang masuk jajaran blacklist di notebook yang tak pernah lupa aku bawa.
"kaget ya sayang?," dia bertanya padaku setelah beberapa waktu di landa sunyi.
"B aja" jawabku sok cuek.
"Segitu aja jawabannya?."
"bukannya diam itu emas"
"untuk beberapa hal, sih, iya"
"than?"
"kalau kamu di tanya, terus jawabannya menggantung, namanya kamu irit bicara, jatuhnya pelit."
"lanjut!" aku masih berada di level sok cuek, dan tak ambil pusing dengan arah pembicaraan ini. Aku hafal sekali tabiatnya, aku berani bertaruh. Obrolan ini akan berakhir unfaedah, tunggu saja.
"Nggak apa-apa, sih. Tapi aku jelas nggak tega kalau jasad ameena cantik sampai terjepit di kuburannya yang menyempit." Alam terbahak setelahnya, tuh kan. Betul kan, apa yang kubilang.
" dasar tengil!, "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments