Istri Kedua

Istri Kedua

Bab 1. Mempertahankan harga diri

Kisah ini berawal dari suara ketukan palu hakim, yang memisahkan sebuah hubungan halal menjadi haram. Hanya menyisakan panggilan mantan dan orang tua bagi seorang anak yang terlahir dari hubungan keduanya.

Status yang baru yang kini disandang oleh Winda, kerap kali membawa tatapan napsu dan menggoda bagi sebagian laki-laki. Apalagi pekerjaan Winda menuntutnya selalu berpenampilan menarik dan bertemu dengan banyak laki-laki, apa pun status mereka.

Tatapan dan kalimat menggoda sudah sering kali ia dengar. Bahkan sudah terasa akrab di telinganya. Meski begitu Winda tidak pernah menanggapi dengan serius. Sebab ia tahu resiko status yang di kini melekat pada dirinya.

Bukan inginnya memiliki status yang selalu di anggap miring dan hina bagi sebagian orang. Tapi keadaan 'lah yang memaksanya harus melakukannya demi kedamaian hidup bersama sang putri.

Sejak Winda memasuki lobby gedung sebuah dealer mobil tempatnya bekerja, siulan dan kerlingan mata genit dari karyawan laki-laki menyapanya. Namun Winda hanya membalasnya dengan senyum ramah. Meski begitu ia tetap mendapatkan tatapan tak suka dari karyawan perempuan. Yang menganggap dirinya sebagai wanita penggoda.

Winda menghempaskan tubuh di atas kursi empuk, sesaat setelah masuk ke dalam ruangannya. Kemudian menghela napas panjang, merasa lelah menghadapi mata beringas para laki-laki di kantornya.

Tok tok tok.

"Masuk." teriak Winda saat pintu ruangannya diketuk dari luar.

Seorang laki-laki muncul dari balik pintu. Kemudian masuk ke dalam ruangannya dengan membawa map berwarna biru tua. Lalu meletakkan di atas meja Winda.

"Data unit yang akan datang."

Sebagai satu-satunya manager marketing perempuan, tentu ia harus bersikap professional. Memastikan penjualan unit tepat sesuai terget. Agar tidak menimbulkan kerugian bagi dealer.

Berkumpul dan berdiskusi bersama dengan rekan kerja laki-laki, itu sudah biasa. Selama ia tidak menanggapi gombalan dan menjaga diri itu sudah cukup. Meski kerap kali emosinya terpancing. Sebab mengahadapi pria dewasa lebih sulit.

"Akan ku periksa nanti," jawabnya sambil memindahkan map tersebut ke sisi mejanya.

"Win, nanti malam ada acara nggak?" tanya laki-laki itu, "Kita jalan yuk?" lanjut laki-laki itu seraya mengering ke arah Winda.

Winda menanggapinya dengan senyum, kemudian menolak ajakan itu selembut mungkin.

"Nonton aja Win, nggak sampai tengah malam." laki-laki itu bersikukuh mengajak Winda.

"Nggak bisa, sudah ada janji," jawab Winda ramah dan penuh kesopanan. Berharap laki-laki itu mengerti dan segera pergi.

"Udah di boking ya?"

Namun, laki-laki justru semakin merendahkan Winda. Membuat emosi Winda terpancing. Kemudian menatap marah kearahnya.

"Pintu keluar belum berpindah!" Winda menunjuk kearah pintu. "Saya harap kamu keluar, sebelum saya panggil scurity untuk menyeret kamu keluar!" ucapnya dengan nada penuh emosional.

"Halah! Sok jual mahal Lo!" laki-laki itu menggebrak meja, kemudian beranjak keluar dari ruangan Winda.

Sudah sering kali Winda mendapat perlakuan seperti itu. Tetapi ia selalu bisa menghindari dan menolak baik-baik. Namun kali ini, ia sudah merasa lelah. Tak tahu lagi harus berbuat apa untuk melindungi dirinya dari mata beringas para laki-laki.

Winda menangkup wajahnya menggunakan kedua tangan. Berusaha menenangkan diri untuk meredam emosinya. Terkadang ia ingin mudur dari pekerjaannya, tetapi ia masih membutuhkan biaya untuk dirinya dan putri semata wayangnya.

Sementara itu, telopon di meja Winda berdering. Sebuah panggilan dari kepala dealer, yang meminta Winda datang keruanganya membawa data penjualan bulan lalu.

Merasa ada yang aneh, Winda menanyakan kembali perihal permintaan kepala dealer datang ke ruangannya. Sebab selama ini, Winda hanya mengirimkan data melalui email.

Namun, kepala dealer mengatakan ada beberapa titik yang tidak mencapai target penjualan. Ia perlu berdiskusi dengan Winda untuk meningkatkan penjualan di bulan berikutnya.

Winda pun segera menuju ruang kepala dealer dengan membawa data yang di minta. Ia cemas, apa yang di ucapkan kepala dealer benar adanya. Sebab itu adalah tanggung jawabnya sebagai manager marketing.

Winda menarik napas panjang sesaat setelah sampai di depan pintu ruangan kepala dealer. lalu menghembuskan perlahan, sebelum mengetuknya.

"Masuk."

Perlahan Winda memutar kenop pintu melangkah masuk. Sedangkan kepala dealer sudah berdiri menyambut kedatangannya dengan senyum mengembang.

"Ini data yang bapak minta," ucap Winda dengan perasaan khawatir bercampur cemas. Karena mendapat tatapan tak biasa dari kepala dealer.

"Bawa ke sini, kita harus berdiskusi," laki-laki berperawakan tegap itu berjalan menuju kursi sudut yang ada di ruangannya. Lalu mengambil duduk tepat di tengah kursi. Winda pun segera mengikutinya, lalu duduk di jarak yang agak jauh dari kepala dealer.

"Kenapa jauh sekali duduknya? Bagaimana bisa diskusi kalau begini?" lantas, kepala dealer berpindah duduk di samping Winda.

Winda tersenyum kaku, kemudian langsung membuka map yang ia bawa. Berusaha fokus pada pekerjaan, mengabaikan sepasang mata beringas yang menatapnya penuh napsu.

"Tunggu sebentar." kepala dealer berjalan kearah pintu kemudian menguncinya.

Wajah Winda berubah cemas, ketika mendengar suara kunci pintu yang terkait sempurna, "Kenapa pintunya dikunci pak?" tanyanya khawatir.

"Nggak pa-pa, biar kita bisa lebih fokus diskusinya," kepala dealer tersenyum. Lalu kembali duduk di sebelah Winda, dengan sebelah tangan mengusap paha Winda yang tertutup rok sebatas lutut.

Seketika Winda menepis tangan jahil itu dari atas pahanya. Kemudian beranjak untuk mengambil jarak duduk dari kepala dealer. "Maaf pak, jangan seperti ini." ucap Winda sambil menelan ludah gugup.

"Kamu, maunya gimana?" mata kepala dealer berubah memerah penuh napsu . "Se nyamannya kamu aja, aku ikuti," lalu mendekat lagi pada Winda dengan senyum yang sulit diartikan.

"Bisa kita mulai saja pak?"

"Bisa, aku... atau kamu yang mulai duluan?" kepala dealer mendekatkan wajahnya pada Winda, lalu menatapnya dengan senyum paling menjijikkan. Kemudian menunduk demi menatap dada besar Winda yang tertutup rapi oleh kemeja.

Winda menelan ludahnya perlahan, lalu sedikit menggeser tubuhnya kesamping untuk menghindari tubuhnya dari tatapan beringas.

Namun kepala dealer justru tertawa. "Kenapa menjauh? Aku hanya ingin melihatnya dari dekat," ia pun kembali mendekat. Kali ini, tangannya terangkat untuk mengusap bahu Winda.

"Sepertinya bapak, sedang tidak sehat. Kita lanjutkan lain kali saja, saya permisi." Winda langsung bangkit dan siap berlari keluar.

Namun kepala dealer menahan lengan Winda, "Mau kemana? Kita lanjutkan, aku sudah sangat siap." Lalu menarik lengan Winda, hingga tubuh Winda terlentang di atas kursi.

"Tolong lepaskan! jangan seperti ini!" Winda memberontak di bawah Kungkungan kepala dealer.

"Diam 'lah! Sebentar saja," kepala dealer mengunci kedua tangan Winda di atas kepala. Tatapannya semakin di penuhi oleh napsu. Sehingga membuat Winda, berontak sambil berteriak agar kepala dealer melepaskannya.

Namun, semakin Winda memberontak, kepala dealer semakin berubah menjadi kasar. Memaksa mencium bibir Winda lalu menarik kancing teratas kemeja Winda.

Winda berteriak, memohon agar kepala dealer menghentikan perbuatannya. Pipinya pun telah basah oleh air mata. Namun kepala dealer tak menghiraukan. Justru malah menindih tubuh Winda dengan tubuhnya.

Winda mulai putus asa dan pasrah jika sesuatu terjadi padanya saat itu. Ia hanya bisa berharap semoga ada orang yang datang membantunya. Namun, sedetik kemudian ekor matanya menangkap bayangan sebuah asbak rokok berwarna bening dan tebal di atas meja.

Ketika kepala dealer sibuk menikmati wajah Winda, tangan Winda meraih asbak rokok dan langsung memukulkan tepat mengenai tulang punggung kepala dealer.

"Aahh! sialan!" seketika kepala dealer bangun dengan wajah meringis kesakitan.

Sementara Winda, berlari kearah pintu dan berusaha membukanya. Namun pintu itu tak mau terbuka sebab kuncinya tak berada di tempatnya.

Terpopuler

Comments

Enis Sudrajat

Enis Sudrajat

Semangat Mak!❤️🙏

2022-09-19

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!