My Princess
"Sayang, sayang..." Panggil Iqbal yang masih berdiri tegak di depan lemari.
"Iya, ada apa?" Tanya Elsaliani sambil terus berjalan mendekati sang suami.
"Tolong pakaikan seragam mas!" Pinta Iqbal manja sambil merentangkan kedua tangannya.
"Mulai deh manjanya."
"Sama istri sendiri nggak masalah kan??"
"Oke, mau berdebat pun tetap aja mas yang bakal menang kan, sini bajunya!"
Elsaliani langsung mengambil seragam yang sedari tadi ada di tangan Iqbal lalu mencoba memakaikannya di tubuh Iqbal, disaat Elsaliani masih sibuk merapikan Seragam yang telah melekat sempurna di tubuh Iqbal, Iqbal justru segera mengambil kesempatan untuk mengecup lembut kening sang istri.
"Mas..."
"Rinduu"
Iqbal terus menatap lekat wajah Elsaliani, hingga akhirnya kembali mendekat lalu mencium lembut bibir sang istri, di saat bersamaan pintu kamar mereka dibuka dari luar.
"Uma!" Panggil Zea dengan tangan yang sibuk membolak-balik jilbab yang sedari tadi ada di genggamannya.
"Haissssh!" Seru Iqbal kesal setelah melepaskan ciumannya.
"Kenapa sayang?" Tanya Elsaliani yang segera menoleh kearah Zea.
"Uma jilbab Zea yang satunya lagi dimana?" Tanya Zea.
"Emang kenapa dengan jilbab yang ini?" Tanya Elsaliani sambil mengambil jilbab yang ada ditangan Zea.
"Zea, udah sana balik kamar! cari aja sendiri, kamu kan udah besar masak itu aja harus uma yang cari." Jelas Iqbal.
"Biarin, lagian uma kan bukan cuma milik ayah, tapi milik Zea juga." Cetus Zea.
"Siapa bilang punya Zea? ciiih, udah sana! uma lagi ayah pakek, ngantri dong!"
"Udah, stop! mau ayah, anak selalu aja bikin uma pusing, sama-sama kayak anak SD, udah uma mau masak!" Gumam Elsaliani yang langsung meninggalkan keduanya.
"Tuh kan gara-gara Zea, uma jadi marah!" Cetus Iqbal.
"Ayah yang salah, udah tua masih aja manja-manja."
"Terserah dong, toh ayah manjanya sama istri sendiri."
"Ya Zea juga terserah dong, kan manjanya sama uma sendiri!"
"Udah fine, kita damai aja, ayah juga bosan setiap pagi rebutan uma sama Zea, mulai sekarang kita bikin jadwal."
"Oke setuju, besok uma milik Zea! bey ayah." Jelas Zea dan langsung melenggang keluar dari kamar Iqbal.
"Nggak iya nih, masak ayah kalah dari anak. Tapi ya mau gimana lagi, dia juga gitu karena mewarisi sifat ayahnya." Ujar Iqbal lalu tersenyum mengingat segala tingkah dan kelakuan Zea yang memang mewarisi semua kebiasaan dirinya.
-------------------
"Ayo sarapan!" Ajak Elsaliani ketika melihat kedua orang yang begitu ia sayangi bergabung di meja makan.
"Makasih uma!" Jawab Zea yang langsung duduk.
"Mas mau makan apa?" Tanya Elsaliani.
"Nasi goreng aja sayang." Jawab Iqbal.
Elsaliani langsung menyajikan nasi goreng ke dalam piring lalu meletakkannya di hadapan Iqbal.
"Makasih sayang." Ucap Iqbal dengan senyuman.
"Zea mau yang mana?"
"Sama aja kayak ayah, uma." Jawab Zea.
"Oke, ayo di makan!" Ujar Elsaliani setelah kembali meletakkan piring yang telah diisi dengan nasi goreng dan telor ceplok di hadapan Zea.
"Zea..."
"Iya, kenapa ayah?"
"Mulai hari ini Rakes akan tinggal disini." Jelas Iqbal.
Penjelasan Iqbal sontak membuat Zea yang sedang makan tersendak seketika.
"Pelan-pelan sayang, ayo minum dulu." Ujar Elsaliani sambil menyerahkan segelas air pada Zea.
"Kenapa harus tinggal disini Yah?" Tanya Zea.
"Mulai besok Rakes akan mulai kuliah, dan kebetulan kampus dia dekat dengan rumah kita, dari pada ngontrak lebih baik tinggal bersama kita kan, lagi pula jika nanti ayah harus berangkat tugas kan ada dia yang jagain Zea dan uma." Jelas Iqbal.
"Iya tapi..." Protes Zea.
"Kenapa? kamu nggak suka? bukannya sejak kecil kamu udah senang sama dia?" Tanya Iqbal.
"Iya sayang, sejak dulu kamu emang nggak ada masalah sama Rakes kan? lalu kenapa sekarang jadi masalah?"
"Bukan begitu maksud aku. Ayah, uma, jangan lagi bahas cerita lama, itu kan cerita saat Zea masih bayi, lah sekarang Zea udah Kelas tiga SMP, udah beda ceritanya." Jelas Zea.
"Beda gimana?" Tanya Iqbal.
"Ayah nggak akan ngerti, percuma Zea jelasin." Tegas Zea yang kembali melanjutkan makannya.
"Terserah Zea mau terus suka atau nggak itu hak kamu, lagi pula Rakes cuma tinggal disini kan, itu pun karena ayah yang memintanya." Jelas Iqbal.
"Udah, bukankah berteman lebih seru. Uma rasa Rakes yang sekarang pun nggak bakal menyukai kamu." Jelas Elsaliani.
"Maksud uma apa?" Tanya Zea.
"Rakes udah dewasa, tahun ini mulai kuliah, dia pasti bakal sering bertemu dengan gadis-gadis yang lebih cantik, sopan dan feminim." Jelas Elsaliani.
"Apa uma sedang mengatakan kalau Zea jelek??" Tanya Zea dengan wajah jutek.
"Nggak, sayang nggak jelek. Hanya saja sedikit keras kepala, tomboi, kasar, sadis dan.... yah foto copy sama yang itu..." Jelas Elsaliani sembari menunjuk ke arah Iqbal dengan dagunya.
"Tapi bisa buat uma klepek-klepek kan! dah... Zea berangkat duluan." Jelas Zea yang langsung berlari keluar.
"Kali ini mas setuju sama Zea!" Bisik Iqbal di telinga Elsaliani.
'cup' "Love you sayang" Ucap Iqbal setelah mengecup kening sang istri lalu tersenyum manis memamerkan lesung pipi yang terpajang indah di pipi kirinya.
"Hati-hati mas." Pesan Elsaliani.
"Hmmm, mas berangkat sayang, assalamualaikum!"
"Waalaikumsalam!" Jawab Elsaliani setelah mencium telapak tangan kanan Iqbal.
Setelah mengantarkan sang suami hingga ke depan rumah lalu menatap mobil sang suami yang perlahan meninggalkan perkarangan rumah mereka.
Seperti pagi-pagi biasanya, jika Iqbal sedang tidak tugas ke luar atau sedang tidak sibuk maka ia akan berangkat kerja sambil mengantar Zea ke sekolah.
Setelah mobil menghilang dari pandangannya, Barulah Elsaliani kembali ke dalam rumah untuk selanjutnya mengerjakan tugasnya sebagai seorang ibu rumah tangga.
-----------------
"Suara bel tuh, Zea tolong buka kan pintu!" Jelas Elsaliani yang masih sibuk menata bunga kedalam vas.
"Baik uma." Jawab Zea yang memang sedari tadi membantu Elsaliani di ruang tamu.
Zea meraih jilbabnya yang tergeletak di sofa lalu mengenakannya begitu saja. Zea segera berjalan menuju pintu utama untuk melihat siapa tamu yang datang.
"Assalamualaikum!"
"Waalaikumsalam, abang...!"
Tubuh Zea seakan mematung melihat tamu yang baru saja datang, matanya bahkan masih menatap lekat sosok yang berdiri tegak tepat dihadapannya. Perlahan Rakes mendekat lalu sedikit membenarkan jilbab Zea.
"Hai, apa kabar?"
Sapaan Rakes membuat Zea tersentak kaget dari lamunannya, menyadari posisi Rakes yang begitu dekat dengannya membuat Zea dengan spontan melangkah mundur dengan gegabah hingga hampir saja membuat tubuhnya jatuh, untung saja dengan sigap tangan Rakes segera merangkul pinggang Zea lalu menariknya kembali mendekati dirinya.
"Hati-hati, jangan ceroboh, kamu bisa terluka." Jelas Rakes dengan senyuman manisnya.
"Te....te...teri...ma...ka....sih." Ucap Zea masih dengan terbata-bata.
"Boleh abang masuk?" Tanya Rakes sambil melepaskan tangannya dari tubuh Zea.
"Oh, ah, iya, ayo masuk, uma ada di dalam." Jelas Zea yang masih saja salah tingkah.
"Terima kasih!" Ucap Rakes sopan lalu melangkah masuk.
"Haduuuh Zea, selalu saja begini. Ini tuh yang bikin aku nggak nyaman dekat sama dia, nggak sama kayak dekat sama abang Roger bawaannya senang aja, nggak tegang, nggak daq diq duq dibuatnya. Kenapa nggak abang Roger aja sih yang tinggal disini, kan lebih asik, lebih seru." Gumam Zea pelan lalu melangkah mengikuti Rakes yang telah lebih dulu masuk.
🍁🍁🍁🍁🍁
Jangan lupa like Komen n VOTE@ ya manteman semuanya😊😊
Semoga manteman semua menyukainya😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 237 Episodes
Comments
Oma Umi
zea princesnya rakes ya....
2023-07-22
0
Happyy
👍🏻👍🏻
2022-03-20
0
Al Ibnu
berarti lain Roger lain rakes apa mereka saudara thor
2021-08-12
0