"Kalian gila!!!" Gumam Zea penuh amarah.
Zea yang dengan spontan bangun dari bangkunya dengan tangan yang memukul keras meja kantin yang ada dihadapannya. ulah Zea cukup membuat para pengunjung kantin menatap kearah meja di mana club Zea berada.
"Kalian sadar nggak dengan keputusan yang kalian ambil? kenapa asal iya aja?" Lanjut Zea kali ini dengan tatapan tajam pada keempat sahabatnya secara bergantian.
"Mana bisa aku nolak, orang mereka ngajak nya sambil ngejek!" Jelas Bian.
"Terus asal iya aja, tanpa lapor dulu?" Tanya Zea.
"Ya gimana aku mau lapor orang mereka udah main deal aja, masak iya aku ngulur waktu lagi ntar yang ada mereka malah semakin ngeremehin kita!" Jelas Taufan.
"Iya harusnya kalian ngabarin dulu dong!" Cetus Zea kesal.
"Stop! bisa nggak kalian nggak teriak-teriak! lihat tuh semua pengunjung kantin nggak lagi makan tapi malah tontonin kalian bertengkar. Udah nggak ada gunanya kita debat, sekarang yang harus kita lakukan adalah nyari solusi terbaik." Jelas Rayyan yang kembali menyantap bakso favoritnya.
"Nah Rayyan benar! kita makan dulu, ntar baru kita pikirin lagi!" Cetus Bian yang juga kembali ikut makan.
"Udah Zea, tenangkan dulu pikiranmu. Ntar kita cari solusi terbaik." Pinta Rafeal, sambil menarik seragam Zea agar ia menurut untuk kembali duduk.
"Awas aja kalau sampai semuanya kacau, aku akan mematahkan leher kalian berdua! Bian, Taufan, haissssh!" Gumam Zea lalu kembali duduk.
"Udah tenang aja! habisin bakso gratisnya ntar pasti ada solusinya!" Ujar Bian.
"Dasar, pengen aku bonyok tu mulut. Selalu aja ambil keputusan tanpa pikir panjang!" Jelas Zea.
"Udah cukup! nanti pulang sekolah kita omongin lagi masalah ini." Jelas Rayyan.
"Oke, nanti di tempat biasa!" Jelas Rafeal.
"Cepat makan! Bentar lagi jam istirahat habis!" Jelas Taufan.
Meski masih emosi, akhirnya Zea nurut dan kembali melanjutkan makannya bersama keempat sahabatnya.
---------------------
"Gimana? udah nemu solusinya?" Tanya Zea sambil duduk disebelahnya Rayyan yang telah lebih duduk.
Kelimanya sepakat untuk membahas masalah tadi di tempat kelimanya sering ngumpul, dimana lagi kalau bukan di pinggir danau yang airnya begitu jernih. Danau tersebut tidaklah jauh dari sekolah mereka, orang yang pertama menemukan tempat indah dan damai tersebut adalah Rafeal, lalu semenjak itu kelimanya memilih tempat tersebut sebagai markas mereka.
"Masih buntu!" Jawab Taufan dengan mata yang enggan beranjak dari danau sana.
"Aku juga masih nyari solusi yang tepat nih!" Jawab Rafeal.
"Udah biar aku urus, kalian tenang aja!" Cetus Bian santai.
"Kamu tau siapa orang yang akan kita hadapi? ayah nggak akan menerima asalan apapun itu, sekali tidak tetap tidak. Ayah nggak akan izinin aku keluar malam! makanya kalau pun mau ambil kesimpulan mikir dulu jangan asal nyosor, kalau udah gini aku kan yang stress!" Gumam Zea yang masih begitu emosi.
"Ya mau gimana lagi! Dion terus saja ngeremihin kamu, katanya kamu itu bakal kalah tanding sama Alif, secara kamu cewek dan masih SMP pula, sedangkan Alif adalah pembalap profesional, dan dia udah jadi mahasiswa, jadi mereka jamin kalau kita bakal kalah!" Jelas Bian.
"Mereka ngomong gitu?" Tanya Zea.
"Iya!" Jawab Bian.
"Jangan manas-manasin napa!" Cetus Rayyan.
"Aku serius, Dion emang ngomong gitu!" Cetus Bian.
"Oke stop! jangan debat terus, yang harus kita pikirkan sekarang adalah bagaimana caranya kita minta izin sama om Iqbal biar Zea di bolehin keluar malam ini." Jelas Rafeal.
"Iya, itu intinya. Kita harus yakinkan om Iqbal biar Zea di bolehin keluar jika tidak maka tamatlah riwayat club kita, mereka pasti akan semakin membuat onar dimana-mana!" Jelas Rayyan.
"Atau gini aja, nanti malam kita semua ke rumah Zea, kita sama-sama meyakinkan om Iqbal, sekarang yang harus kita pikirkan adalah alasan apa yang akan kita gunakan untuk meluluhkan hati om Iqbal!" Jelas Rafeal.
"Atau kita minta bantu sama Adam aja atau mungkin Reva?" Usul Bian.
"Kamu gila! jangan seret adek-adek aku dalam masalah kita, jika ketahuan bukan cuma kita tapi Adam dan Reva juga bakal kenak hukuman dari ayah!" Jelas Zea.
"Terus harus gimana?" Tanya Bian yang mulai frustasi.
"Pakek otak dong mikirnya. Ingat aku nggak mau Adam dan Reva jadi tumbal kita." Tegas Zea.
"Hmmmm, atau biar aku minta tolong sama papa aja?" Tanya Rafeal.
"Emang bisa? Yang mau kita luluhkan itu om Iqbal, dia nggak akan mau dengarin siapapun termasuk papa kamu." Tegas Bian.
"Lalu kita harus gimana? nggak asikkan kalah sebelum bertanding!" Cetus Taufan.
"Ya udah gini aja, nanti malam kita ngumpul dulu di rumah Zea, kita minta izin baik-baik sama om Iqbal, alasannya kita mau besuk ibu Siti, pas kan? emang ibu Siti sedang dirawat." Jelas Rayyan.
"Aku setuju! otak kamu emang selalu encer sob!" Cetus Bian senang dengan menepuk kedua bahu Rayyan.
"Oke, fix nanti malam kita ngumpul di rumah Zea, ingat jam delapan!" Jelas Rayyan.
"Siap!" Jawab Bian, Taufan dan Rafeal hampir serentak.
"Tapi....." Keluh Zea terhenti.
"Kenapa? udah kamu tenang aja, masalah biar kami yang urus, tugas kamu adalah ikut balap dengan baik dan sempurna." Jelas Rafeal.
"Oke baiklah!" Jawab Zea.
"Kalau gitu masalah kelar! Ayo pulang!" Ajak Rafeal.
"Ayyo! sampai ketemu nanti malam!" Jelas Tofan.
"Oke, yok cabut!" Ajak Bian yang langsung masuk ke dalam mobilnya.
Rafeal dan Taufan pun kembali ke mobil mereka masing-masing, sedangkan Rayyan udah siap di motor kesayangannya dengan membonceng Zea di belakangnya.
--------------------
Suasana ruang tamu begitu terasa mencengkam. Tidak ada suara sedikit pun, bahkan suara hembusan nafas pun terasa begitu pelan. Semua mata tertunduk, tidak ada yang berani menatap wajah sangarnya Iqbal.
"Ayyo di minum dulu jus nya!" Jelas Elsaliani setelah meletakkan gelas berisi jus di hadapan semuanya, lalu ia kembali duduk di samping kanan Iqbal.
"Pulang! om nggak mau dengar apapun dari kalian!" Tegas Iqbal yang sontak membuat keempat sahabat Zea tercengang kaget.
"Tapi om..." Jelas Taufan yang langsung disela oleh Iqbal.
"Sekali tidak tetap tidak! jika kalian kekeh mau membesuk guru kalian ya udah kalian duluan aja malam ini, biar Zea besok perginya sama om!" Tegas Iqbal.
"Tapi om, ibu Siti wali kelas kami, nggak lucu kan kalau kami nggak datang!" Jelas Rafeal.
"Kan masih ada besok!" Jelas Iqbal"
"Tapi semuanya udah sepakat agar berangkat malam ini!" Jelas Bian.
"Tetap saja om tidak mengizinkan Zea keluar malam tanpa ada yang mengantarnya." Jelas Iqbal.
"Kan ada kami!" Jelas Rayyan.
"Kalian? Rayyan kalian itu seumuran mana bisa om berharap sama kalian!" Cetus Iqbal.
"Om please! biarkan Zea ikut!" Pinta Bian dengan wajah memelasnya.
"Sekali tidak tetap tidak, Zea tidak akan ke mana-mana di malam hari tanpa ada yang ngantarin." Tegas Iqbal.
"Kenapa nggak ayah aja yang ngantarin?" Tanya Elsaliani.
"Jangan!" Jawab kelimanya hampir bersamaan.
"Kenapa?" Tanya Iqbal dan Elsaliani yang tidak mengerti dengan jawaban mereka.
"Oh, ayah tau kalian pasti merencanakan sesuatu kan?" Tanya Iqbal.
"Nggak ada, benaran!" Tegas Rafeal.
"Bagaimana kalau abang Rakes yang nganterin?" Usul Elsaliani.
"Ayah setuju kalau Rakes yang ngantar. Gimana Zea, mau?" Tanya Iqbal.
"Zea mau kok om!" Jawab Bian pasti, lagi-lagi tanpa persetujuan yang lainnya.
"Apaan sih? nggak ah!" Cetus Zea.
"Lagian kami juga bisa jagain Zea kok om!" Tegas Rayyan.
"Kalau nggak mau, ya udah Zea masuk kamar dan kalian berempat pulanglah!" Jelas Iqbal.
"Udah iya aja, nanti kita pikirkan lagi solusinya!" Bisik Bian yang berusaha merayu Zea dan Rayyan.
"Oke om, biar abang Rakes yang mengantar Zea, yang penting Zea om izinin keluar." Jelas Taufan.
"Oke, sayang, tolong panggilkan Rakes." Pinta Iqbal kepada sang istri.
"Baiklah, tunggu sebentar." Elsaliani hendak bangun untuk memanggil Rakes yang ada di kamarnya, namun langkahnya segera terhenti ketika ia melihat sosok Rakes yang turun dari tangga.
"Tuh orangnya datang!" Ujar Elsaliani yang kembali duduk.
"Abang, tolong antar Zea keluar!" Jelas Zea.
"Sekarang?" Tanya Rakes masih dengan tatapan tak paham.
"Tahun depan, ya iyalah sekarang, buruan!" Cetus Zea.
"Oke, abang ambil jaket sebentar!" Jelas Rakes yang kembali menaiki tangga.
Rakes kembali dengan jaket merah yang terpasang di tubuh kekarnya. Ia segera berkumpul dengan yang lainnya yang telah lebih dulu berkumpul di teras.
"Aku pamit om, tante!" Ujar Rakes.
"Iya, hati-hati ya! ingat jangan terlalu larut!" Pesan Elsaliani.
"Iya tante, assalamualaikum!" Ujar Rakes.
"Ingat jika terjadi sesuatu segera hubungi om!" Jelas Iqbal.
"Siap om!" Jawab semuanya serentak.
Bian, Taufan segera bergegas dengan mobil milik Taufan, sedangkan Rafeal dibonceng oleh Rayyan, selanjutnya Rakes bersama Elsaliani yang ikut menyusul yang lainnya dengan motornya.
Setelah semuanya berangkat Elsaliani dan Iqbal bergegas kembali masuk ke dalam rumah.
🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁
Jangan lupa LIKE KOMEN n VOTE@ ya😉😉
Stay terus sama My Princess 😘😘😘
KaMsaHamida ❤️❤️❤️❤️❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 237 Episodes
Comments
Sal Sabila
lucu aja sama pertemanan mereka😁
2022-08-15
1
Ucu Hasanah
anak kelas 3 SMP udah dibolehi bawa mobil ya? orangtua macam apa🙄
2020-05-17
0
nur hayati
percis jya bpaknya...eummmmmm
2020-05-15
0