"Sayang, sayang..." Panggil Iqbal yang masih berdiri tegak di depan lemari.
"Iya, ada apa?" Tanya Elsaliani sambil terus berjalan mendekati sang suami.
"Tolong pakaikan seragam mas!" Pinta Iqbal manja sambil merentangkan kedua tangannya.
"Mulai deh manjanya."
"Sama istri sendiri nggak masalah kan??"
"Oke, mau berdebat pun tetap aja mas yang bakal menang kan, sini bajunya!"
Elsaliani langsung mengambil seragam yang sedari tadi ada di tangan Iqbal lalu mencoba memakaikannya di tubuh Iqbal, disaat Elsaliani masih sibuk merapikan Seragam yang telah melekat sempurna di tubuh Iqbal, Iqbal justru segera mengambil kesempatan untuk mengecup lembut kening sang istri.
"Mas..."
"Rinduu"
Iqbal terus menatap lekat wajah Elsaliani, hingga akhirnya kembali mendekat lalu mencium lembut bibir sang istri, di saat bersamaan pintu kamar mereka dibuka dari luar.
"Uma!" Panggil Zea dengan tangan yang sibuk membolak-balik jilbab yang sedari tadi ada di genggamannya.
"Haissssh!" Seru Iqbal kesal setelah melepaskan ciumannya.
"Kenapa sayang?" Tanya Elsaliani yang segera menoleh kearah Zea.
"Uma jilbab Zea yang satunya lagi dimana?" Tanya Zea.
"Emang kenapa dengan jilbab yang ini?" Tanya Elsaliani sambil mengambil jilbab yang ada ditangan Zea.
"Zea, udah sana balik kamar! cari aja sendiri, kamu kan udah besar masak itu aja harus uma yang cari." Jelas Iqbal.
"Biarin, lagian uma kan bukan cuma milik ayah, tapi milik Zea juga." Cetus Zea.
"Siapa bilang punya Zea? ciiih, udah sana! uma lagi ayah pakek, ngantri dong!"
"Udah, stop! mau ayah, anak selalu aja bikin uma pusing, sama-sama kayak anak SD, udah uma mau masak!" Gumam Elsaliani yang langsung meninggalkan keduanya.
"Tuh kan gara-gara Zea, uma jadi marah!" Cetus Iqbal.
"Ayah yang salah, udah tua masih aja manja-manja."
"Terserah dong, toh ayah manjanya sama istri sendiri."
"Ya Zea juga terserah dong, kan manjanya sama uma sendiri!"
"Udah fine, kita damai aja, ayah juga bosan setiap pagi rebutan uma sama Zea, mulai sekarang kita bikin jadwal."
"Oke setuju, besok uma milik Zea! bey ayah." Jelas Zea dan langsung melenggang keluar dari kamar Iqbal.
"Nggak iya nih, masak ayah kalah dari anak. Tapi ya mau gimana lagi, dia juga gitu karena mewarisi sifat ayahnya." Ujar Iqbal lalu tersenyum mengingat segala tingkah dan kelakuan Zea yang memang mewarisi semua kebiasaan dirinya.
-------------------
"Ayo sarapan!" Ajak Elsaliani ketika melihat kedua orang yang begitu ia sayangi bergabung di meja makan.
"Makasih uma!" Jawab Zea yang langsung duduk.
"Mas mau makan apa?" Tanya Elsaliani.
"Nasi goreng aja sayang." Jawab Iqbal.
Elsaliani langsung menyajikan nasi goreng ke dalam piring lalu meletakkannya di hadapan Iqbal.
"Makasih sayang." Ucap Iqbal dengan senyuman.
"Zea mau yang mana?"
"Sama aja kayak ayah, uma." Jawab Zea.
"Oke, ayo di makan!" Ujar Elsaliani setelah kembali meletakkan piring yang telah diisi dengan nasi goreng dan telor ceplok di hadapan Zea.
"Zea..."
"Iya, kenapa ayah?"
"Mulai hari ini Rakes akan tinggal disini." Jelas Iqbal.
Penjelasan Iqbal sontak membuat Zea yang sedang makan tersendak seketika.
"Pelan-pelan sayang, ayo minum dulu." Ujar Elsaliani sambil menyerahkan segelas air pada Zea.
"Kenapa harus tinggal disini Yah?" Tanya Zea.
"Mulai besok Rakes akan mulai kuliah, dan kebetulan kampus dia dekat dengan rumah kita, dari pada ngontrak lebih baik tinggal bersama kita kan, lagi pula jika nanti ayah harus berangkat tugas kan ada dia yang jagain Zea dan uma." Jelas Iqbal.
"Iya tapi..." Protes Zea.
"Kenapa? kamu nggak suka? bukannya sejak kecil kamu udah senang sama dia?" Tanya Iqbal.
"Iya sayang, sejak dulu kamu emang nggak ada masalah sama Rakes kan? lalu kenapa sekarang jadi masalah?"
"Bukan begitu maksud aku. Ayah, uma, jangan lagi bahas cerita lama, itu kan cerita saat Zea masih bayi, lah sekarang Zea udah Kelas tiga SMP, udah beda ceritanya." Jelas Zea.
"Beda gimana?" Tanya Iqbal.
"Ayah nggak akan ngerti, percuma Zea jelasin." Tegas Zea yang kembali melanjutkan makannya.
"Terserah Zea mau terus suka atau nggak itu hak kamu, lagi pula Rakes cuma tinggal disini kan, itu pun karena ayah yang memintanya." Jelas Iqbal.
"Udah, bukankah berteman lebih seru. Uma rasa Rakes yang sekarang pun nggak bakal menyukai kamu." Jelas Elsaliani.
"Maksud uma apa?" Tanya Zea.
"Rakes udah dewasa, tahun ini mulai kuliah, dia pasti bakal sering bertemu dengan gadis-gadis yang lebih cantik, sopan dan feminim." Jelas Elsaliani.
"Apa uma sedang mengatakan kalau Zea jelek??" Tanya Zea dengan wajah jutek.
"Nggak, sayang nggak jelek. Hanya saja sedikit keras kepala, tomboi, kasar, sadis dan.... yah foto copy sama yang itu..." Jelas Elsaliani sembari menunjuk ke arah Iqbal dengan dagunya.
"Tapi bisa buat uma klepek-klepek kan! dah... Zea berangkat duluan." Jelas Zea yang langsung berlari keluar.
"Kali ini mas setuju sama Zea!" Bisik Iqbal di telinga Elsaliani.
'cup' "Love you sayang" Ucap Iqbal setelah mengecup kening sang istri lalu tersenyum manis memamerkan lesung pipi yang terpajang indah di pipi kirinya.
"Hati-hati mas." Pesan Elsaliani.
"Hmmm, mas berangkat sayang, assalamualaikum!"
"Waalaikumsalam!" Jawab Elsaliani setelah mencium telapak tangan kanan Iqbal.
Setelah mengantarkan sang suami hingga ke depan rumah lalu menatap mobil sang suami yang perlahan meninggalkan perkarangan rumah mereka.
Seperti pagi-pagi biasanya, jika Iqbal sedang tidak tugas ke luar atau sedang tidak sibuk maka ia akan berangkat kerja sambil mengantar Zea ke sekolah.
Setelah mobil menghilang dari pandangannya, Barulah Elsaliani kembali ke dalam rumah untuk selanjutnya mengerjakan tugasnya sebagai seorang ibu rumah tangga.
-----------------
"Suara bel tuh, Zea tolong buka kan pintu!" Jelas Elsaliani yang masih sibuk menata bunga kedalam vas.
"Baik uma." Jawab Zea yang memang sedari tadi membantu Elsaliani di ruang tamu.
Zea meraih jilbabnya yang tergeletak di sofa lalu mengenakannya begitu saja. Zea segera berjalan menuju pintu utama untuk melihat siapa tamu yang datang.
"Assalamualaikum!"
"Waalaikumsalam, abang...!"
Tubuh Zea seakan mematung melihat tamu yang baru saja datang, matanya bahkan masih menatap lekat sosok yang berdiri tegak tepat dihadapannya. Perlahan Rakes mendekat lalu sedikit membenarkan jilbab Zea.
"Hai, apa kabar?"
Sapaan Rakes membuat Zea tersentak kaget dari lamunannya, menyadari posisi Rakes yang begitu dekat dengannya membuat Zea dengan spontan melangkah mundur dengan gegabah hingga hampir saja membuat tubuhnya jatuh, untung saja dengan sigap tangan Rakes segera merangkul pinggang Zea lalu menariknya kembali mendekati dirinya.
"Hati-hati, jangan ceroboh, kamu bisa terluka." Jelas Rakes dengan senyuman manisnya.
"Te....te...teri...ma...ka....sih." Ucap Zea masih dengan terbata-bata.
"Boleh abang masuk?" Tanya Rakes sambil melepaskan tangannya dari tubuh Zea.
"Oh, ah, iya, ayo masuk, uma ada di dalam." Jelas Zea yang masih saja salah tingkah.
"Terima kasih!" Ucap Rakes sopan lalu melangkah masuk.
"Haduuuh Zea, selalu saja begini. Ini tuh yang bikin aku nggak nyaman dekat sama dia, nggak sama kayak dekat sama abang Roger bawaannya senang aja, nggak tegang, nggak daq diq duq dibuatnya. Kenapa nggak abang Roger aja sih yang tinggal disini, kan lebih asik, lebih seru." Gumam Zea pelan lalu melangkah mengikuti Rakes yang telah lebih dulu masuk.
🍁🍁🍁🍁🍁
Jangan lupa like Komen n VOTE@ ya manteman semuanya😊😊
Semoga manteman semua menyukainya😘
"Assalamualaikum, tante apa kabar?" Sapa Rakes sembari menghampiri Elsaliani.
Dengan senyuman manisnya, Rakes terus mendekat lalu mencium punggung tangan Elsaliani dengan begitu sopan. Elsaliani pun langsung mengusap lembut kepala Rakes yang tertunduk karena menyalami dirinya.
"Alhamdulillah sehat, kamu gimana kabarnya?"
"Alhamdulillah baik tante, oh ya mama sama papa titip salam buat tante dan om."
"Waalaikumsalam, ayo duduk!"
"Terima kasih." Jawab Rakes yang langsung duduk di samping Elsaliani.
"Zea, tolong buatkan minum untuk abang mu!" Pinta Elsaliani.
"Mau minum apa?" Tanya Zea yang masih berdiri mematung jauh dari keduanya.
"Nggak usah tante, tadi sebelum ke sini, aku sempat mampir ke tempat teman, jadi udah ngisi perut di sana tadi." Jelas Rakes.
"Zea, Zea, Zea..." Panggil seseorang yang mana suaranya semakin terdengar mendekat.
"Lah jadi? bukannya tadi pas pulang sekolah kalian udah sepakat untuk batalin?" Tanya Zea ketika sahabatnya muncul tepat dihadapannya.
"Siapa yang batalin, orang udah pada gerak semua." Jelas Rayyan.
"Ya udah ayo!" Ajak Zea.
"Uma kami pamit ya!" Jelas Rayyan.
"Oke, ingat pulangnya jangan sampai magrib!" Jelas Elsaliani.
"Siap uma!" Jawab Rayyan dengan senyuman lebarnya lalu segera menyusul Zea yang telah lebih dulu ke luar.
"Siapa?" Tanya Rakes yang memang sedari tadi terus memperhatikan kedekatan antara Elsaliani dengan Rayyan.
"Oh, dia Rayyan teman dekatnya Zea, tuh rumahnya pas di depan rumah ini." Jelas Elsaliani.
"Oooo, hm...terus emangnya mereka mu ke mana?"Tanya Rakes.
"Belajar, buat persiapan ujian akhir nanti. Oh ya, ayo tante tunjukkan kamar untuk kamu."
"Baik tante, terima kasih."
Rakes segera mengikuti langkah Elsaliani menuju kamar yang akan ia tempati selama ia tinggal di rumah Iqbal.
--------------------
"Bosan ah belajar terus!" Gumam Zea sambil melempar buku tugasnya.
"Ye kamu mah enak, nggak belajar pun masih tetap bisa jawab semua soal dengan mudah. Lah aku, belajar mati-matian sekali pun tetap aja nggak akan ada soal yang bisa aku jawab." Cetus Bian.
"Iya tuh, terkadang aku agak kesal juga sih, kok bisa otak lo yang koslet selalu saja bisa mengatasi semua soal dengan sempurna, atau jangan-jangan kamu main jampi-jampi ya!" Tuduh Rayyan.
"Ciiih! Resek banget sih, aku kan emang udah jenius dari sononya!" Cetus Zea dengan tawa khasnya.
"Yang tadi siapa?" Tanya Rayyan tiba-tiba dengan wajah datarnya.
"Siapa? yang mana?" Tanya Rafeal yang ikut kepo.
"Siapa?" Zea balik bertanya dengan wajah kebingungan.
"Nggak usah sok amnesia deh, cowok yang tadi di rumah kamu." Jelas Rayyan.
"Siapa sih? jangan bilang jodoh elo? nggak lucu kan kalau sampai BigBos dijodohin!" Cetus Taufan dengan gelak tawanya.
"Apaan sih? jangan ngaco deh!" Cetus Zea kesal.
"Terus siapa yang tadi?" Tanya Rayyan lagi.
"Abang Rakes, dia anak om Hadi teman dekatnya ayah." Jelas Zea.
"Cieeee yang di jenguk sama calon suami nih!!" Goda Bian.
"Apaan sih? please, dia itu cuman abang nggak lebih, lagian aku sama sekali nggak tertarik sama dia, nggak asik!" Tegas Zea.
"Hati-hati ya, ntar benci jadi cinta loh!" Seru Rafeal.
"Nggak bakal! dari pada dia mending sama kamu!" Cetus Zea.
"Beneran nih???" Tanya Rafeal.
"Ini mau?" Tanya Zea sambil memamerkan tinjunya.
"Tuh kan keluar lagi deh tuh tinju!" Cetus Rafeal yang langsung kembali fokus pada buku pelajarannya.
"Gimana lusa? jadi?" Tanya Zea yang kembali serius.
"Jadi dong." Tegas Bian.
"Masih berani mereka nantang kita? udah kalah tiga kali masih aja kekeh, bikin enek aja!" Cetus Zea.
"Kali ini mereka benar-benar nyewa orang profesional loh, aku dengar mereka pakek si Alif, si raja balap liar di lapak sebelah!" Jelas Taufan.
"Dapat info dari mana?" Tanya Rayyan.
"Dari anggota club nya si Dion lah." Jawab Taufan.
"Udah santai aja, kalian lupa aku nih siapa? kalian masih meragukan kemampuan aku yang udah jadi juara selama bertahun-tahun ini." Jelas Zea.
"Tapi tetap aja, aku nggak mau kalau kamu kenapa-napa, kamu tau sendiri kan kalau Dion itu suka main curang?" Jelas Rayyan yang memang selalu saja mengkhawatirkan keselamatan Zea.
"Udah tenang aja, tugas kalian cuman mastiin uma sama ayah nggak bakal tau, selebihnya serahin aja sama aku, tenang kita akan tetap menang." Jelas Zea.
"Urusan uma sama ayah, itu udah bagian aku, kalian tenang aja!" Jelas Bian.
"Tuh kan beres, udah lah Rayyan, jangan cemas berlebihan, macam baru kenal sama Zea Saka aja, si ratu balap yang nggak pernah ada tandingannya." Jelas Rafeal.
"Sellow bro sahabat elo ini, masih tangguh kok!" Cetus Zea sambil menepuk bahunya Rayyan.
"Oke fine! aku ikut sama kalian." Ujar Rayyan.
"Nah gitu kan enak!" Seru Zea.
Sejak kelas satu SMP Rayyan sudah menjadi tetangganya Zea, bermula dari tetangga, sekolah di sekolah yang sama, membuat mereka berteman dekat, bahkan kedekatan keduanya tidak lagi membuat batasan apapun lagi diantara mereka, tidak ada satu hal tentang Zea yang tidak Rayyan ketahui begitu juga sebaliknya. Selain Rayyan, ada Bian, Rafeal dan Taufan yang juga merupakan sahabat dekat Zea. Kelimanya berteman sejak kelas satu SMP. Persahabatan yang terjalin begitu erat, membuat semua penghuni sekolah kenal dengan club yang digawangi oleh Zea sebagai Bigbos si jago ilmu bela diri, mahir dalam semua pelajaran dan juga juara balap motor. Beranggotakan Bian, si ahli bohong sama molor, terus Rafeal yang jago boxing, Taufan putra miliader yang punya segalanya dan juga Rayyan yang selalu saja mengatasi semua masalah yang si buat oleh ke empat sahabatnya, satu-satunya anggota club yang lebih suka menggunakan otak dari pada otot.
Zea yang hobi berkelahi, kebiasaan seperti lelaki membuat dirinya tidak memiliki teman dekat satu pun dari kalangan para cewek. Ia bahkan lebih nyaman bergaul bersama teman-teman cowoknya yang menurutnya begitu izzygoing dan lebih membuat dirinya bebas dengan segala kebiasaan anehnya.
---------------------
"Bey, aku masuk duluan. Udah mau azan magrib nih, ntar kena siraman rohani yang bakal panjang lebar dari uma kalau sampai azan aku masih belum di rumah. Thanks atas tumpangannya!" Jelas Zea.
Zea bergegas turun dari motor Rayyan dan lekas berlari masuk ke dalam rumah tanpa lagi peduli dengan Rayyan.
Membuka pintu secara pelan-pelan, lalu berjalan secara mengendap-ngendap menuju tangga.
"Semoga uma nggak lihat, huuuuf! oke, sedikit lagi kamu akan sampai di gerbang kemerdekaan Zea, come on! pelan-pelan, yes akhirnya sampai juga di depan syurga ku!" Gumam Zea dengan suara pelan mulai dari pertama menaiki tangga hingga ia sampai di depan pintu kamarnya.
Tangan Zea langsung meraih gagang pintu namun sebelum ia berhasil membukanya, pintu telah lebih dulu dibuka dari dalam, membuat Zea ketakutan setengah mati.
Ketika menyadari siapa yang ada di depan matanya dengan cepat Zea segera masuk lalu menutup kembali pintunya secara cepat.
"Zea, Zea..." Panggil Elsaliani yang suaranya berasal dari lantai satu.
"Iya uma, bentar lagi Zea turun!" Teriak Zea.
"Cepat sayang, udah mau azan nih, sekalian ajak Abang Rakes, ya!"
"Siap uma, perintah dilaksanakan!" Jawab Zea dengan teriakan khasnya.
"Huuuuf! selamat deh." Ujar Zea sambil mengusap dadanya.
"Dari mana?" Tanya Rakes yang kembali membuat Zea tersadar bahwa sedari tadi ia tidak sedang seorang diri.
"Hmmmm, ya dari rumah teman. Ngapain abang di kamar Zea?"
"Kamar kamu? yakin?"
"Ya iyalah!"
"Berarti tante El yang salah nunjukin kamar buat abang."
"Ya udah tinggal keluar, bereskan!"
"Oke!" Jawab Rakes yang hendak keluar.
"Sorry, Zea yang salah!" Ujar Zea setelah melihat ke sekelilingnya.
"Yakin?" Tanya Rakes sambil menatap wajah Zea yang cengengesan.
"Ya maaf, orang lagi buru-buru wajar dong salah. Tensi amat sih!" Cetus Zea.
"Lagian ini juga kamar aku kali, secara kan ini emang rumahnya ayah aku!" Gerutu Zea pelan karena kesal.
"Abang juga tau kok, kalau abang cuma numpang disini." Jelas Rakes.
(Lah dia dengar rupanya, perasaan nih suara udah aku pelanin deh) bisik hati Zea.
"Zea, maksud Zea nggak gitu! it's oke, sorry! Forgive me please!"
"Cepatlah bersiap, tante sama om udah nungguin Zea tuh!" Jelas Rakes lalu keluar dari kamar tersebut.
"Salah lagi deh! sepertinya mulai sekarang aku harus biasakan diri dengan manusia es yang satu ini, kenapa coba harus dia yang tinggal di sini, kenapa nggak abang Roger atau yang lain aja, kan masih ada abang Zafran, abang Mikeal, Kania, Adam, Arka atau bisa juga si imut Revalia. Kamu emang kurang beruntung Zea, dari sekian banyak anak teman ayah kenapa coba harus abang Rakes yang di sini, hadeuuuuh!! punyeng nih pala mikirnya. Au ah, mending cepat siap-siap sebelum uma ngeluarin senjata ampuhnya." Gundah Zea yang curhat pada dirinya sendiri.
Zea segera kembali ke kamarnya lslu bersiap-siap untuk solat magrib berjamaah yang sudah menjadi rutinitas keluarganya setiap magrib.
🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁
Jangan lupa LIKE KOMEN n VOTE@ ya manteman semua😊😊
Semoga manteman menyukainya😉😉
Ikuti terus ya kisahnya😘😘😘
KaMsaHamida ❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️
"Uma, uma..."Panggil Zea sambil berlarian menuruni tangga dengan tangan kanan yang masih menggenggam jilbab di bagian lehernya.
"Kenapa selalu teriak-teriak sambil lari-lari sih? kan bisa sambil jalan terus manggilnya pelan-pelan." Jelas Elsaliani yang sedang menghidangkan sarapan di meja makan.
"Sayang, sayang...!" Panggil Iqbal dengan suara lantang sambil berlari-lari kecil menuju ruang makan dengan menjinjing sepatu di kedua tangannya.
"Tuh ayah juga teriak, malah lebih kencang dari Zea." Protes Zea ketika Iqbal ikut bergabung bersama mereka.
"Ya emang selalu aja sama kan? ayah sama anak emang sama-sama hobi teriak, dikira uma tuli kali." Cetus Elsaliani yang kembali fokus pada pekerjaannya.
"Ayah sih!"
"Lah kok jadi ayah yang salah?"
"Terus siapa lagi? Zea kan niruin ayah!" Cetus Zea.
"Makanya yang jelek-jelek nggak usah ditiru. Udah, ada apa nyari uma?" Tanya Elsaliani.
"Peniti Zea hilang!"
"Tali sepatu mas ilang"
Adu Zea dan Iqbal serentak sambil memamerkan barang yang menjadi keluhan keduanya.
"Apa sih yang nggak hilang? setiap pagi ada aja yang ilang. Untuk Zea, uma udah taruh peniti satu boxs di laci meja riasmu, dan untuk ayah, semua tali sepatu udah uma susun semuanya rapi di rak lemari paling pojok paling bawah." Jelas Elsaliani.
"Baik uma!" Jawab Iqbal dan Zea hampir bersamaan lalu kembali melangkah ke kamar mereka masing-masing.
"Sial, udah telat lagi. Haissssh!" Gumam Zea sambil kembali berlarian menaiki tangga hingga tanpa sengaja ia malah menabrak Rakes yang baru saja keluar dari kamarnya, ulah Zea sukses membuat buku-buku yang ada di tangan Rakes berjatuhan dilantai.
"Udah telat musibah lagi!" Cetus Zea yang langsung memungut buku-buku Rakes.
Zea yang dengan spontan melepaskan tangan dari jilbabnya agar bisa mengutip semua buku milik Rakes yang berserakan karenanya justru membuat jilbab Zea terlepas lalu ikut terjatuh ke lantai.
Melihat Zea yang tidak menyadarinya apa yang sedang terjadi, membuat Rakes pelan-pelan meraih jilbab Zea lalu kembali menutup rambut Zea.
"Jangan karena membantu abang, kamu malah melupakan aurat mu." Jelas Rakes.
"Haisssshhh!" Gumam Zea pelan yang kembali menggenggam erat jilbabnya.
"Anggkat dagu mu!" Pinta Rakes.
"Kenapa?'
"Udah angkat aja!"
Perlahan Zea menurut, ia langsung mengangkat dagunya, membuat Rakes bisa dengan mudah memakaikan peniti di bagian sana.
"Udah! ayo sarapan!"
"Udah?" Tanya Zea yang langsung mengecek jilbabnya.
Rakes hanya menjawab dengan anggukan kecil dan senyuman manis.
"Dari mana abang mendapatkan peniti?"
"Beli."
"Emang abang pakai jilbab??"
"Zea, kegunaan peniti nggak cuma buat pakai jilbab, tapi juga bisa buat ini!" Jelas Rakes sambil menunjukkan bagian gantungan di tasnya yang ia pakaikan peniti pada bagian pitanya.
"Oh, oke! Terima kasih!"
"Zea..." Suara Rakes yang memanggil namanya pelan membuat Zea kembali menghentikan langkahnya.
"Kenapa?"
"Sebenarnya...."
"Abang ngomongnya ntar aja ya, Zea ambil tas dulu, udah telat nih! dan terima untuk peniti nya." Jelas Zea yang memamerkan gigi ginsulnya.
Zea segera berlari memasuki kamarnya.
---------------------
"Sayang...!" Panggil Iqbal sambil terus mendekatkan wajahnya pada Elsaliani.
"Hmmm, sebentar lagi siap nih!" Jelas Elsaliani yang masih sibuk memasangkan tali sepatu Iqbal.
"Sayang..." Ulang Iqbal kali ini langsung memeluk erat tubuh Elsaliani dari belakang.
"Rindu!" Lanjut Iqbal yang menumpu dagunya pada bahu Elsaliani.
"Ntar telat loh! nih sepatunya udah siap El pasangkan talinya, Ayo buruan kita sarapan!"
"Masih pengen di manja sama sayang!"
"Mas!"
'Cup' "Ayo kita keluar sebelum tuyul itu muncul!" Jelas Iqbal setelah mengecup bibir sang istri.
"Kalau yang itu tuyul berarti ini ayahnya tuyul dong!" Ujar Elsaliani lalu segera mengikuti langkah Iqbal.
"Pagi tante, om!" Sapa Rakes ketika Iqbal dan Elsaliani bergabung di meja makan.
"Pagi! hari ini kamu kuliah?" Tanya Iqbal.
"Iya om, ada beberapa hal yang harus aku urus lebih dulu sebelum minggu depan mulai aktif kuliah!" Jelas Rakes.
"Hmmm, begitu rupanya, mau sekalian om antar kan?" Tawar Iqbal.
"Nggak usah om, aku naik motor aja." Jelas Rakes.
"Naik motor? Zea boleh nebeng nggak?" Tanya Zea yang memang begitu terobsesi dengan sepeda motor.
"Tuh kan asal dengar motor aja langsung nyosor!" Cetus Elsaliani.
"Uma sih nggak pernah ngerasain betapa indahnya naik motor, apa lagi motor gede, serasa dunia milik pribadi." Jelas Zea penuh semangat.
"Boleh ya abang Rakes?" Lanjut Zea dengan memasang wajah imutnya.
"Boleh!" Jawab Rakes.
"Thanks!" Ucap Zea.
"Udah Rakes, kamu nggak usah dengarin Zea, ntar kamu bisa telat ke kampus loh, biar Zea diantar sama ayahnya aja!"
"Nggak apa-apa kok tante!" Jelas Rakes.
"Tuh uma dengar, orang abang Rakes fine-fine aja!" Cetus Zea.
"Iya tante nggak masalah!" Jelas Rakes.
"Ya udah kalau gitu, ayah berangkat duluan, bey semuanya!" Jelas Iqbal yang bangun dari kursinya.
"Om titip Zea pada mu, Rakes. Tolong antar dia." Lanjut Iqbal.
"Baik om."
Elsaliani juga ikut bangun untuk mengantarkan sang suami, disusul oleh Rakes dan juga Zea yang ikut meninggalkan meja makan.
Iqbal telah lebih dulu berangkat dengan mobilnya, setelah itu Rakes dan Zea yang langsung meluncur dengan motor sport kesayangannya Rakes.
"Yah sepi lagi deh!" Ujar Elsaliani lalu kembali melangkah ke dalam.
-------------------------
Motor milik Rakes berhenti tepat di depan gerbang sekolah Zea. Tanpa tunggu lama, Zea langsung turun dari motor yang sedari tadi membuat jiwa balapnya mengebu-gebu.
"Hmmmmmm, kalau Zea minta sesuatu sama abang boleh nggak?" Tanya Zea dengan ragu-ragu.
"Apa?"
"Zea..." Panggil Rayyan yang menghentikan motornya tepat di samping Zea
"Hai, yang lain mana? dha pada datang belom?" Tanya Zea.
"Lagi di jalan mungkin, kamu bareng dia?" Tanya Rayyan.
"Ah iya, kenalkan, dia abang Rakes anak teman baiknya ayah." Jelas Zea.
"Rakes." Ujar Rakes sambil mengulurkan tangannya.
"Rayyan, sahabat karibnya Zea." Tegas Rayyan sambil menjabat tangan Rakes.
"Abang Rakes...." Panggil Revalia dari kejauhan sana lalu berlari menghampiri Rakes.
"Hai! apa kabar?" Sapa Rakes ketika melihat Revalia.
"Baik, abang tau nggak kalau Reva kangen banget sama abang Rakes." Jelas Revalia.
"Abang juga kangen sama kamu!" Jelas Rakes dengan senyuman.
"Udah mau bel nih, ayo kita masuk!" Jelas Rayyan.
"Ayo Reva, dan sekali lagi terima kasih udah beri tumpangan untuk Zea." Jelas Zea.
"Aku masuk dulu ya abang Rakes, sampai jumpa lagi." Jelas Revalia.
"Oke, bey...!" Ucap Rakes yang langsung meninggalkan lokasi tersebut.
"Jadi benar nih kalau abang Rakes akan tinggal di rumah kak Zea selama dia kuliah?" Tanya Revalia.
"Iya, jika rindu datang aja." Jelas Zea.
"Tanpa di suruh pun, aku akan rajin main ke rumah kakak mulai sekarang orang ada pangeran di sana." Jelas Revalia dengan penuh kebahagiaan.
Revalia langsung melenggang masuk meninggalkan Zea dan Rayyan begitu saja.
"Kayaknya dia suka deh sama cowok yang tadi." Jelas Rayyan.
"Hmmm buat Reva, abang Rakes adalah pangeran, dia begitu mengaguminya." Jelas Zea.
"Bagi kamu?"
"Maksudnya?"
"Iya, arti dia buat kamu."
"Rayyan, Dia itu orang yang begitu aku sayangi, apapun akan aku lakukan untuknya."
"Kamu juga mencintai lelaki itu?"
"Lelaki? siapa?"
"Rakes!"
"Jangan ngaco! yang sedang aku bicarakan itu Reva bukan abang Rakes. Ayo masuk, ntar telat lagi! Jelas Zea yang langsung masuk.
(Syukurlah kalau kamu tidak punya perasaan apapun padanya, aku lega. Semoga hubungan kalian selamanya akan tetap seperti ini.) Bisik hati Rayyan lega.
Rayyan juga segera menyusul Zea yang telah lebih dulu masuk darinya.
Revalia yang memang sejak dari dulu begitu mengagumi sosok Rakes sama halnya seperti Rayyan yang sejak dulu mencintai Zea secara diam-diam.
Revalia adalah adik kelas mereka, dia merupakan salah satu adik kesayangannya Zea, karena dia adalah putri dari pasangan Luqman dan Khaira.
🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁
Jangan lupa LIKE KOMEN@ ya manteman semua😊😊😊
stay terus di MY Princess ya😉😘😘
KaMsaHamida ❤️❤️❤️❤️❤️
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!