"Kenapa berhenti?" Tanya Zea ketika Rakes menepikan motornya ke trotoar.
"Kenapa gemetar?" Rakes bukannya menjawab pertanyaan Zea, ia malah balik bertanya sambil menyentuh lembut tangan Zea yang masih menggenggam erat jaketnya di kedua sisi kanan dan kiri pinggangnya.
Dengan cepat Zea segera menarik kasar tangannya dari genggaman Rakes. Mata Zea kini gesit menatap ke sekeliling jalan.
"Abang putar arah? kenapa nggak ngikutin yang lain?" Tanya Zea.
"Kenapa diam? jawab!" Lanjut Zea yang memang sedari tadi sama sekali tidak pernah mendapat jawaban dari pertanyaan yang ia ajukan untuk Rakes.
"Jawab dulu pertanyaan abang!" Tegas Rakes.
"Yang mana?"
"Kenapa tangan kamu gemetar?"
"Jangan ngaco? gemetar dari mananya coba? orang tangan aku baik-baik aja!"
"Kamu bisa bohong sama teman-teman kamu, tapi tidak dengan abang! Apa om Iqbal atau gelap yang menjadi alasan tangan kamu gemetar? jawab!"
"Aku nggak paham!"
Zea segera mengambil ponsel dari saku jaket yang ia kenakan, ia berniat untuk meminta Rayyan agar menjemputnya, namun sebelum nomor Rayyan tertekan, dengan gesit tangan Rakes lebih dulu menarik ponsel dari genggamannya.
"Apa-apaan sih? kembalikan ponsel aku!"
"Ayo naik!"
"Nggak mau!"
"Abang akan mengantarkan kamu ke arena balap yang menjadi tujuan kalian!" Jelas Rakes yang kembali menaiki motornya.
"Dari mana abang tau?"
"Nggak penting dari mana abang tau, yang lebih penting jangan sampai om Iqbal tau, karena kalau itu sampai terjadi, bukan hanya kalian berlima, abang juga akan dihantam oleh ayah mu itu." Jelas Rakes.
"Oke, deal! ini rahasia yang hanya diantara kita berenam." Jelas Zea yang kembali naik ke motor Rakes.
"Tapi sebelum itu jawab dulu pertanyaan abang!"
"Aku nggak tau, yang pasti tangan aku selalu saja gemetar di setiap kali aku agak gelisah dan tertekan, atau juga terjadi saat aku ketakutan. Tapi untuk saat ini aku hanya sedikit gelisah aja, nggak lebih."
"Oke, kita berangkat sekarang!"
Rakes kembali menghidupkan mesin motornya lalu langsung menembus angin malam membelah jalanan hingga keduanya sampai di tempat tujuan.
Melihat kedatangan Zea dengan cepat keempat sahabatnya segera menghampiri Zea yang baru saja turun dari motor.
"Kenapa dia ikut ke sini?" Tanya Rafeal.
"Abang Rakes udah tau semuanya." Jelas Zea.
"Apa sebelum ke sini kalian ke suatu tempat lebih dulu? kenapa nggak menjawab telpon aku?" Tanya Rayyan.
"Sorry! dan soal telpon, ponsel aku sama abang Rakes jadi aku nggak dengar pas kamu telpon. Lagian, yang penting sekarang aku nggak telat kan!" Jelas Zea.
"Iyap, yang penting Zea nggak telat, ayo siap-siap!" Ajak Bian yang langsung menggandeng tangan Zea.
"Stop!" Pinta Rakes.
"Kenapa?" Tanya Taufan.
"Zea..." Ujar Rakes sambil mengulurkan tangannya kearah Zea.
"Kenapa?" Tanya Zea bingung.
"Abang pinjam tanganmu, satu detik aja!" Jelas Rakes.
"Kamu bercanda? jika mau shooting drama jangan disini, dan jangan sama Zea!" Tegas Rayyan yang menatap Rakes dengan tatapan tak senang.
"Zea..." Ulang Rakes tanpa peduli dengan ucapan Rayyan.
"Rayyan, it's oke!" Jelas Zea.
Sejenak menatap Rayyan, lalu Zea perlahan mengulurkan tangannya kedalam genggaman Rakes.
"Oke, fine! Aku yang akan gantikan Zea balapan!" Jelas Rakes.
"Kenapa?" Tanya Rafeal.
"Siapa kamu? kenapa berlagak sok tau segala hal tentang kami. Ini urusan club kami, jangan ikut campur!" Tegas Rayyan yang mulai emosi.
"Lagi pula bagaimana kalau kamu malah membuat kami kalah?" Tanya Taufan.
"Kalau aku kalah aku akan melakukan semua permintaan kalian!" Jelas Rakes.
"Nggak! aku yang akan bertanding." Jelas Zea.
"Zea, tangan kamu masih gemetar, itu artinya kamu sedang tidak baik-baik saja!" Tegas Rakes.
"Zea, apa yang terjadi? apa maksud ucapannya?" Tanya Rayyan.
"Aku? aku baik-baik saja. Jangan dengarkan abang Rakes." Tegas Zea.
"Zea, jangan bohongi kami, katakan yang sebenarnya!" Pinta Bian.
"Apa kalian nggak tau kalau Zea takut gelap? dia tidak bisa balapan dengan baik disaat malam hari." Jelas Rakes yang langsung bergegas bersiap ke garis start tanpa lagi menghiraukan yang lainnya.
"Kenapa nggak ngomong dari awal? aku hampir saja membuatmu celaka!" Cetus Bian yang begitu merasa bersalah.
"Kenapa diam? jelaskan semuanya! jadi ini alasan kamu yang selama ini selalu saja menolak untuk balapan di malam hari, bukan hanya karena izin om Iqbal, tapi juga karena phobia, kenapa nggak cerita? kamu anggap kami ini apa?" Pinta Rayyan yang menatap intens wajah Zea.
"Apa benar semua yang barusan dia katakan? kenapa tidak bicara yang sebenarnya? kenapa menempatkan diri dalam bahaya?" Tanya Rafeal dengan tubuh yang langsung ambruk di jalan.
"Aku oke! jangan membesar-besarkan hal sepele!" Tegas Zea mencoba tenang.
"Hal sepele? Zea, ini itu tentang nyawa, kamu masih mengatakannya sepele. Haissssh!" Gumam Rayyan.
"Oke, aku minta maaf!" Pinta Zea.
"Basi tau! aku udah terlanjur emosi sama sikap kamu itu!" Cetus Taufan.
"Please! aku gini juga karena nggak mau buat kalian kecewa!" Jelas Zea.
"Justru dengan begini kamu malah semakin membuat kami kecewa!" Tegas Rafeal.
"Jangan lagi menempatkan dirimu dalam bahaya hanya karena ingin membuat kami aman, ingat itu! ini peringatan terakhir dari aku!" Tegas Rayyan yang melangkah menuju kerumunan anak Adam di dekat garis start sana.
"Zea, aku tau maksud kamu itu baik, tapi tetap saja kali ini kamu salah lagi. Jika sampai malam ini kamu kenapa-napa maka aku tidak akan pernah bisa memaafkan diri aku di seumur hidupku." Jelas Taufan.
"Dan juga kami tidak akan bisa melepaskan diri dari tuntutan om Iqbal, dia pasti akan meneror kami di seumur hidupnya!" Ujar Bian yang di akhiri dengan tawa.
"Ayyo! abang Rakes butuh penyemangat." Jelas Rafeal.
"Terima kasih!" Ucap Zea dengan senyuman.
Keempatnya langsung menyusul Rayyan yang lebih dulu telah berada di dekat garis sana.
Kelimanya terus saja menatap Rakes dan Alif secara bergantian yang sedang berada di atas motor mereka masing-masing yang masih berada di garis start.
"Apa Dion tidak protes? kan kita ganti pembalapnya?" Tanya Bian.
"Ntah lah! begitu aku tiba di sini, Rakes sudah mengurus semuanya, Dion membiarkan Rakes yang menggantikan Zea." Jelas Rayyan.
"Semakin lama aku memperhatikannya, dia terlihat tidak normal!" Jelas Taufan.
"Maksud kamu?" Tanya Zea dan Rayyan hampir bersamaan.
"Pertama ketemu dia terlihat begitu pendiam, good boy, bawaannya nurut aja, tapi semakin ke sini dia terlihat berbeda." Jelas Taufan.
"Maksud kamu Abang Rakes?" Tanya Zea.
"Siapa lagi!" Cetus Bian.
"Jangan ngaco! udah kita doakan aja semoga dia nggak buat kita malu!" Jelas Zea.
(Omongan Bian terdengar ada benarnya. Dia begitu misterius, banyak hal yang nggak bisa ditebak, terlihat bak kutu buku ternyata punya nyali buat balap, jika dia menang, maka memang ada hal yang berusaha ia tutupi dari dirinya. Dan siapapun dia, aku tidak akan melepaskan Zea untuk dia, Zea hanya akan tetap bersama aku, selamanya) bisik hati Rayyan dengan terus menatap ke arah Rakes.
Suara peluit yang menggema di udara malam, membuat para penonton berteriak histeris, dalam waktu yang bersamaan Alif dan Rakes meninggalkan garis start. Semuanya terus meneriakkan nama Alif, yang mereka yakini merupakan aktor utama dalam cerita malam ini, Alif si jagoan pasti yang sudah begitu terkenal, pasti akan dengan mudah mengalahkan lawannya yang bahkan namanya saja terdengar sangat asing di dunia balap liar.
Hanya club Zea dan teman-temannga yang terus meneriakkan nama Rakes, meski Rayyan tidak melakukannya, namun suara Taufan, Bian, Rafeal dan Zea sudah cukup membuat nama Rakes menggema bahkan cukup membuat pihak Dion mengernyitkan kening mereka dengan semangat yang menggelegar dari club Zea.
🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁
Jangan lupa Like n Komen@ ya manteman semua😊😊😊
Stay terus sama My Princess 😘😘 😘
KaMsaHamida ❤️❤️❤️❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 237 Episodes
Comments
Harniah Harny
keren ceritanya.... jangan lupa mampir di karyaku juga ya..
2022-09-09
2
Lantasi Sudaryanto
raskes penuh misteri
2021-11-04
1
Dwi Setio
sea jodohnya rakes kan dari daalam perut malah😅
2020-06-08
0