"Uma, uma..."Panggil Zea sambil berlarian menuruni tangga dengan tangan kanan yang masih menggenggam jilbab di bagian lehernya.
"Kenapa selalu teriak-teriak sambil lari-lari sih? kan bisa sambil jalan terus manggilnya pelan-pelan." Jelas Elsaliani yang sedang menghidangkan sarapan di meja makan.
"Sayang, sayang...!" Panggil Iqbal dengan suara lantang sambil berlari-lari kecil menuju ruang makan dengan menjinjing sepatu di kedua tangannya.
"Tuh ayah juga teriak, malah lebih kencang dari Zea." Protes Zea ketika Iqbal ikut bergabung bersama mereka.
"Ya emang selalu aja sama kan? ayah sama anak emang sama-sama hobi teriak, dikira uma tuli kali." Cetus Elsaliani yang kembali fokus pada pekerjaannya.
"Ayah sih!"
"Lah kok jadi ayah yang salah?"
"Terus siapa lagi? Zea kan niruin ayah!" Cetus Zea.
"Makanya yang jelek-jelek nggak usah ditiru. Udah, ada apa nyari uma?" Tanya Elsaliani.
"Peniti Zea hilang!"
"Tali sepatu mas ilang"
Adu Zea dan Iqbal serentak sambil memamerkan barang yang menjadi keluhan keduanya.
"Apa sih yang nggak hilang? setiap pagi ada aja yang ilang. Untuk Zea, uma udah taruh peniti satu boxs di laci meja riasmu, dan untuk ayah, semua tali sepatu udah uma susun semuanya rapi di rak lemari paling pojok paling bawah." Jelas Elsaliani.
"Baik uma!" Jawab Iqbal dan Zea hampir bersamaan lalu kembali melangkah ke kamar mereka masing-masing.
"Sial, udah telat lagi. Haissssh!" Gumam Zea sambil kembali berlarian menaiki tangga hingga tanpa sengaja ia malah menabrak Rakes yang baru saja keluar dari kamarnya, ulah Zea sukses membuat buku-buku yang ada di tangan Rakes berjatuhan dilantai.
"Udah telat musibah lagi!" Cetus Zea yang langsung memungut buku-buku Rakes.
Zea yang dengan spontan melepaskan tangan dari jilbabnya agar bisa mengutip semua buku milik Rakes yang berserakan karenanya justru membuat jilbab Zea terlepas lalu ikut terjatuh ke lantai.
Melihat Zea yang tidak menyadarinya apa yang sedang terjadi, membuat Rakes pelan-pelan meraih jilbab Zea lalu kembali menutup rambut Zea.
"Jangan karena membantu abang, kamu malah melupakan aurat mu." Jelas Rakes.
"Haisssshhh!" Gumam Zea pelan yang kembali menggenggam erat jilbabnya.
"Anggkat dagu mu!" Pinta Rakes.
"Kenapa?'
"Udah angkat aja!"
Perlahan Zea menurut, ia langsung mengangkat dagunya, membuat Rakes bisa dengan mudah memakaikan peniti di bagian sana.
"Udah! ayo sarapan!"
"Udah?" Tanya Zea yang langsung mengecek jilbabnya.
Rakes hanya menjawab dengan anggukan kecil dan senyuman manis.
"Dari mana abang mendapatkan peniti?"
"Beli."
"Emang abang pakai jilbab??"
"Zea, kegunaan peniti nggak cuma buat pakai jilbab, tapi juga bisa buat ini!" Jelas Rakes sambil menunjukkan bagian gantungan di tasnya yang ia pakaikan peniti pada bagian pitanya.
"Oh, oke! Terima kasih!"
"Zea..." Suara Rakes yang memanggil namanya pelan membuat Zea kembali menghentikan langkahnya.
"Kenapa?"
"Sebenarnya...."
"Abang ngomongnya ntar aja ya, Zea ambil tas dulu, udah telat nih! dan terima untuk peniti nya." Jelas Zea yang memamerkan gigi ginsulnya.
Zea segera berlari memasuki kamarnya.
---------------------
"Sayang...!" Panggil Iqbal sambil terus mendekatkan wajahnya pada Elsaliani.
"Hmmm, sebentar lagi siap nih!" Jelas Elsaliani yang masih sibuk memasangkan tali sepatu Iqbal.
"Sayang..." Ulang Iqbal kali ini langsung memeluk erat tubuh Elsaliani dari belakang.
"Rindu!" Lanjut Iqbal yang menumpu dagunya pada bahu Elsaliani.
"Ntar telat loh! nih sepatunya udah siap El pasangkan talinya, Ayo buruan kita sarapan!"
"Masih pengen di manja sama sayang!"
"Mas!"
'Cup' "Ayo kita keluar sebelum tuyul itu muncul!" Jelas Iqbal setelah mengecup bibir sang istri.
"Kalau yang itu tuyul berarti ini ayahnya tuyul dong!" Ujar Elsaliani lalu segera mengikuti langkah Iqbal.
"Pagi tante, om!" Sapa Rakes ketika Iqbal dan Elsaliani bergabung di meja makan.
"Pagi! hari ini kamu kuliah?" Tanya Iqbal.
"Iya om, ada beberapa hal yang harus aku urus lebih dulu sebelum minggu depan mulai aktif kuliah!" Jelas Rakes.
"Hmmm, begitu rupanya, mau sekalian om antar kan?" Tawar Iqbal.
"Nggak usah om, aku naik motor aja." Jelas Rakes.
"Naik motor? Zea boleh nebeng nggak?" Tanya Zea yang memang begitu terobsesi dengan sepeda motor.
"Tuh kan asal dengar motor aja langsung nyosor!" Cetus Elsaliani.
"Uma sih nggak pernah ngerasain betapa indahnya naik motor, apa lagi motor gede, serasa dunia milik pribadi." Jelas Zea penuh semangat.
"Boleh ya abang Rakes?" Lanjut Zea dengan memasang wajah imutnya.
"Boleh!" Jawab Rakes.
"Thanks!" Ucap Zea.
"Udah Rakes, kamu nggak usah dengarin Zea, ntar kamu bisa telat ke kampus loh, biar Zea diantar sama ayahnya aja!"
"Nggak apa-apa kok tante!" Jelas Rakes.
"Tuh uma dengar, orang abang Rakes fine-fine aja!" Cetus Zea.
"Iya tante nggak masalah!" Jelas Rakes.
"Ya udah kalau gitu, ayah berangkat duluan, bey semuanya!" Jelas Iqbal yang bangun dari kursinya.
"Om titip Zea pada mu, Rakes. Tolong antar dia." Lanjut Iqbal.
"Baik om."
Elsaliani juga ikut bangun untuk mengantarkan sang suami, disusul oleh Rakes dan juga Zea yang ikut meninggalkan meja makan.
Iqbal telah lebih dulu berangkat dengan mobilnya, setelah itu Rakes dan Zea yang langsung meluncur dengan motor sport kesayangannya Rakes.
"Yah sepi lagi deh!" Ujar Elsaliani lalu kembali melangkah ke dalam.
-------------------------
Motor milik Rakes berhenti tepat di depan gerbang sekolah Zea. Tanpa tunggu lama, Zea langsung turun dari motor yang sedari tadi membuat jiwa balapnya mengebu-gebu.
"Hmmmmmm, kalau Zea minta sesuatu sama abang boleh nggak?" Tanya Zea dengan ragu-ragu.
"Apa?"
"Zea..." Panggil Rayyan yang menghentikan motornya tepat di samping Zea
"Hai, yang lain mana? dha pada datang belom?" Tanya Zea.
"Lagi di jalan mungkin, kamu bareng dia?" Tanya Rayyan.
"Ah iya, kenalkan, dia abang Rakes anak teman baiknya ayah." Jelas Zea.
"Rakes." Ujar Rakes sambil mengulurkan tangannya.
"Rayyan, sahabat karibnya Zea." Tegas Rayyan sambil menjabat tangan Rakes.
"Abang Rakes...." Panggil Revalia dari kejauhan sana lalu berlari menghampiri Rakes.
"Hai! apa kabar?" Sapa Rakes ketika melihat Revalia.
"Baik, abang tau nggak kalau Reva kangen banget sama abang Rakes." Jelas Revalia.
"Abang juga kangen sama kamu!" Jelas Rakes dengan senyuman.
"Udah mau bel nih, ayo kita masuk!" Jelas Rayyan.
"Ayo Reva, dan sekali lagi terima kasih udah beri tumpangan untuk Zea." Jelas Zea.
"Aku masuk dulu ya abang Rakes, sampai jumpa lagi." Jelas Revalia.
"Oke, bey...!" Ucap Rakes yang langsung meninggalkan lokasi tersebut.
"Jadi benar nih kalau abang Rakes akan tinggal di rumah kak Zea selama dia kuliah?" Tanya Revalia.
"Iya, jika rindu datang aja." Jelas Zea.
"Tanpa di suruh pun, aku akan rajin main ke rumah kakak mulai sekarang orang ada pangeran di sana." Jelas Revalia dengan penuh kebahagiaan.
Revalia langsung melenggang masuk meninggalkan Zea dan Rayyan begitu saja.
"Kayaknya dia suka deh sama cowok yang tadi." Jelas Rayyan.
"Hmmm buat Reva, abang Rakes adalah pangeran, dia begitu mengaguminya." Jelas Zea.
"Bagi kamu?"
"Maksudnya?"
"Iya, arti dia buat kamu."
"Rayyan, Dia itu orang yang begitu aku sayangi, apapun akan aku lakukan untuknya."
"Kamu juga mencintai lelaki itu?"
"Lelaki? siapa?"
"Rakes!"
"Jangan ngaco! yang sedang aku bicarakan itu Reva bukan abang Rakes. Ayo masuk, ntar telat lagi! Jelas Zea yang langsung masuk.
(Syukurlah kalau kamu tidak punya perasaan apapun padanya, aku lega. Semoga hubungan kalian selamanya akan tetap seperti ini.) Bisik hati Rayyan lega.
Rayyan juga segera menyusul Zea yang telah lebih dulu masuk darinya.
Revalia yang memang sejak dari dulu begitu mengagumi sosok Rakes sama halnya seperti Rayyan yang sejak dulu mencintai Zea secara diam-diam.
Revalia adalah adik kelas mereka, dia merupakan salah satu adik kesayangannya Zea, karena dia adalah putri dari pasangan Luqman dan Khaira.
🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁
Jangan lupa LIKE KOMEN@ ya manteman semua😊😊😊
stay terus di MY Princess ya😉😘😘
KaMsaHamida ❤️❤️❤️❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 237 Episodes
Comments
Happyy
😊😊😊
2022-03-20
0
Al Ibnu
lanjut thor
2021-08-13
0
Dwi Setio
Quin no 2 buat Roger gak ada ya Thor
2020-06-08
1