Cici membawa Oneng dan juga Mira ke salah satu restoran yang tidak jauh dari kediamannya. Perumahan yang asri, aman dan damai, kini seperti menghantui Cici dan putri kesayangannya semenjak Akmal dinyatakan hilang.
Sudah hari kedua Akmal dinyatakan hilang, namun belum ada tanda-tanda apapun dalam pencarian pihak kepolisian dan Tim SAR yang masih mencari keberadaan suami Cici diarea kelok sembilan.
Cici menghubungi Cardo, agar menyusulnya di Restoran Padang yang terletak tidak jauh dari area perumahan. Tentu secepat kilat keponakan laki-lakinya itu menyusul Cici menggunakan motor matic yang dimiliki, menuju rumah makan Pak Nurdin yang terletak di daerah Marpoyan Pekanbaru.
Cici yang masih tampak seperti orang yang kehilangan kekuatan, menyambut Cardo dengan isak tangis yang sangat keras.
Cardo memeluk Kakak terbaiknya, mengusap lembut punggung Cici, agar tenang menghadapi semua kejadian yang tidak masuk akal bagi keluarga mereka.
"Kok aku tidak melihat keberadaan kalian, Kak? Kenapa? Apa yang terjadi dirumah?"
Cardo membawa Cici duduk yang sudah sejak tadi berada di ruangan VIP untuk menutup perasaan takutnya.
Mira kembali bergairah, saat perutnya terasa kenyang, karena Oneng menyuapkan makanan dengan sangat telaten.
Putri kesayangan Cici dan Akmal sibuk bermain di lantai ruangan, dengan beberapa mainan yang ada ditangan mungilnya.
"Kakak nggak tahu, Do! Kakak seperti dihantui wanita cantik sejak kita pulang dari kelok sembilan. Sebenarnya dari awal sebelum Abang Akmal berangkat, Kakak sudah merasakan sesuatu keanehan, bahkan sangat mengganjal dihati kakak," Cici menceritakan semua yang dia alami.
Cardo mengerenyitkan keningnya, antara percaya dan tidak percaya, namun dia teringat rumor tentang kelok sembilan yang santer terdengar di luar sana.
"Kak, ini hanya kebetulan. Nanti malam aku temanin Kakak di rumah, karena Nisa menginap di rumah orang tuanya. Aku masih tidak percaya, karena bagi ku itu hanya rumor kak. Tidak real, mungkin kakak hanya lelah."
Cardo hanya bisa menghibur Cici, walau sebenarnya dikepalanya ada rasa ketakutan yang sangat luar biasa semenjak dia pulang dari kelok sembilan menemani Cici untuk mencari keberadaan Akmal.
Cici terdiam, dia menghubungi Luqman, menanyakan perkembangan diarea kelok sembilan.
Benar saja, Luqman dan Dean belum dapat menemukan keberadaan Akmal yang masih dalam pencarian Tim SAR.
"Jadi bagaimana, Bang?"-Cici.
"Yah, kita lakukan pencarian dulu yah. Kamu tenang, mungkin Abang pulang jam 22.00, karena kami masih berada di pinggir sungai, tapi tidak mendapatkan apa-apa. Kamu istirahat, jaga Mira. Jangan sampai dia sendirian. Karena ada yang mengatakan disini, Akmal dibawa oleh makhluk Bunian."-Luqman.
Mendengar pernyataan itu, kepala Cici semakin berkecamuk, Bunian? Apa maksudnya dengan Bunian? Makhluk apa itu?
"Gimana jadinya, Bang! Cici harus bagaimana? Ini udah dua hari Abang hilang, masak tidak terlihat apa-apa? Coba tanyakan sama warga sana, Bang! Bagaimana Cici bisa masuk kedunia mereka? Cici nggak mau kehilangan Abang Akmal!" tangisnya kembali pecah, dengan kepala menunduk menggenggam handphone yang masih diletakkannya ditelinga kanan yang terlihat semakin rapuh tersebut.
Cardo bergegas mengambil handphone dari tangan Cici, melanjutkan pembicaraan mereka agar terlihat tenang dan dapat menenangkan Cici.
"Ya lah, Bang. Malam ini aku temanin Kakak. Semoga semua dapat ditemukan. Jangan sampai melewati hari kesembilan, karena akan dinyatakan meninggal dan hilang untuk selamanya,"-Cardo.
Sambungan telepon seluler terputus, Cardo menarik nafas panjang, setelah mendengarkan berita dari Luqman yang sangat menegangkan.
Bagaimana jika Bang Akmal tidak ditemukan? Apa yang mesti dilakukan Kak Cici, jika Abang benar-benar dinyatakan hilang atau bahkan meninggal? Aaaagh....
Cici menyantap makanan yang terhidang dihadapannya dengan sangat lahap. Dikepalanya hanya terbayang wajah Akmal yang dicium rakus oleh wanita buruk dengan darah bercucuran diarea wajah suaminya. Apa seseram itu kah makhluk tak kasat mata itu?
Mereka menghabiskan waktu dirumah makan Pak Nurdin hingga pukul 19.00 waktu setempat. Cardo membawa Cici dan Mira untuk kembali ke kediamannya, karena melihat Mira tampak kelelahan karena sibuk bermain di area restoran rumah makan Padang.
Beberapa pelayan, yang mendengar pembicaraan mereka, hanya berpesan kepada Cici, "Jan takuik Uni, kok suami Uni indak basobok, Uni bisa baliak kekelok sambilan untuak mancari juru kunci disinan. Biasonyo ado petunjuaknyo tu." (Jangan takut kakak, kalau suami kakak tidak ditemukan, kakak bisa kembali kekelok sembilan untuk mencari juru kunci disana. Biasanya ada petunjuk)
Kalimat itu membuat Cici yakin, bahwa suaminya masih selamat, 'Tidak ada yang harus aku takutkan didunia ini, selain Tuhan. Aku harus mencari keberadaan suamiku!'
Keyakinan luar biasa itulah yang membuat Cici harus kembali bangkit untuk menjemput Akmal kembali kepelukannya dalam keadaan apapun, sebelum hari kesembilan seperti yang dikatakan Luqman ditelpon.
Mereka tiba di kediaman Cici, ternyata Dony sudah menunggu disana dengan dua orang rekan kantor Akmal yang datang untuk memberi kabar, dan menanyakan kabar suami Cici.
Cici keluar dari mobil, sementara Oneng menggendong Mira, membawa putri kesayangan Cici kekamar utama.
"Neng, jangan tinggalkan Mira yah? Kamu tidur saja dikamar Kakak. Ci masih ada tamu."
Oneng mengangguk mengerti, melakukan semua perintah majikan, sementara Cardo tengah sibuk memeriksa semua kondisi area rumah yang tidak begitu besar, namun tampak suram semenjak Akmal menghilang.
Cici membawa Dony masuk kekediamannya, masih tercium aroma yang tidak biasa, namun tidak terlalu dihiraukan oleh mereka.
Mereka hanya ingin melihat kondisi Cici dan Mira, memastikan keadaan tetap baik-baik saja.
"Semua baik, Don. Tapi Ci, seperti dihantui oleh keberadaan wanita yang mengikuti Cici, Ci takut. Tapi Ci harus mencari keberadaan Abi Mira sebelum hari kesembilan," Cici menjelaskan apa yang dia dengar dari Luqman.
Dony mengangguk mengerti, karena apa yang disampaikan Luqman, sudah dia dengar dari pemuda setempat saat melakukan pencarian dihari pertama.
Dony memperhatikan Cici, benar-benar seperti belum bisa menerima kenyataan kehilangan suaminya. Walau ada perasaan kasihan, namun dia hanya sahabat Akmal. Bukan pihak keluarga yang mampu memberikan perlindungan, karena bukan muhrim.
"Malam ini, kami akan menginap disini sampai Bang Lukman kembali," Dony menatap Cardo meminta persetujuan.
Cici mengangguk setuju. Dia tidak bisa menyembunyikan wajah lelahnya, dan memohon pamit untuk beristirahat lebih dahulu, meninggalkan Dony dan dua kerabatnya, bersama Cardo sang keponakan laki-lakinya.
Cici memasuki kamar, yang masih tampak suram, walau sudah diterangi lampu yang terang. Dia enggan mematikan lampu kamar, karena tidak ingin kegelapan malam membuat perasaannya semakin ketakutan tidak karuan.
Cici menangis semalaman, meratapi kepergian Akmal yang masih menjadi misteri, karena sampai saat ini belum berhasil ditemukan.
"Abi, Abi dimana? Ini sudah hari ketiga? Apa Abi nggak sayang sama Ami dan Mira. Pulang, Bi... jangan tinggalkan Ami seperti ini! Ami nggak tahu mesti bagaimana mencari keberadaan Abi. Ami mohon, demi Mira...! Abi... jangan tinggalkan kami."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Rani Lee
Ya Allah..gak bs byangkn klu itu trjdi padaku😭
2022-07-21
1