''Maaf Nona, anda akan saya antar pulang sekarang. Setelah itu saya ijin untuk menjenguk ibu saya yang sedang sakit,'' ucap Devan.
''Aku ikut,'' ucap Chaca.
''Tapi Nona, rumah saya jauh nanti Nona bisa kecapean,'' ucap Devan agar Nona Chaca tidak ikut.
''Ngak akan kecapean Devan. Boleh ya,'' ucap Nona Chaca memohon.
''Oke baiklah,'' ucap Devan menyerah.
*
Pov Devan
Nona Chaca ikut pulang ke rumahku. Awalnya aku ingin mengantarkannya pulang tapi Nona Chaca tetap memaksa ingin ikut denganku.
''Bagaimana nanti kalau Nona Chaca ngomong yang macem-macem sama ibu? Ahh kenapa aku selalu di buat pusing olehnya,'' batinku berbicara.
Aku melajukan mobil dengan kecepatan tinggi. Kurang lebih 2 jam aku sampai di rumah ibu. Aku pun segera masuk ke dalam rumah, Nona Chaca mengikutiku di belakang.
''Bagaimana keadaan Ibu Dev?'' tanyaku kepada Devi.
''Kata Dokter Ibu terlalu kecapean dan banyak pikiran. Jadi kepalanya pusing lagi Mas,'' ucap Devi.
''Tapi udah di beri obat kan sama Dokter?'' tanyaku.
''Udah kok,'' ucap Devi.
Percakapanku dengan Devi tak luput oleh pandangan Nona Chaca.
''Ehm dia siapa Mas?'' tanya Devi kepadaku sambil melirik ke arah Nona Chaca. Belum sempat aku menjawab Nona Chaca sudah memperkenalkan dirinya.
''Hai kenalin aku Chaca calon istri Mas Devan,'' ucap Nona Chaca dengan senyum yang tidak bisa aku artikan.
''Calon istri?'' tanya Devi memastikan.
''Iya aku calon istrinya Mas Devan, sekaligus atasannya di kantor,'' ucap Nona Chaca.
''Apa benar Nona ini calon istri mu Mas?'' tanya Devi kepadaku. Tapi aku tak tau harus menjawab apa.
''Apa?? dia calon Devan?? Ibu ngak salah dengar kan?'' tanya Ibu yang tiba-tiba sudah bangun dari tidurnya.
''Ibu, Ibu sudah bangun? gimana keadaan Ibu?'' tanyaku kepada Ibu.
''Ibu baik-baik saja. Apa benar yang Ibu dengar tadi Van?'' tanya Ibuku. Aku bingung harus menjawab apa. Saat aku ingin menjawab pertanyaan Ibuku, terdengar suara pintu di ketuk dari luar.
Tok tok tok
Devi segera membuka pintu.
''Mau ngapain lagi kamu kesini?'' tanya Devi ketus.
''Aku mau minta maaf sama ibu, tadi yang kalian lihat hanya salah paham Dev,'' ucap seseorang yang suaranya tak asing bagiku. Aku segera keluar dari kamar ibu menuju ruang tamu.
''Devan,'' ucap Monica.
''Mau apa kamu kesini Mon!'' ucapku dingin kepada Monica.
''Devan, aku bisa jelasin semuanya. Ini tidak seperti yang ibumu bilang Van. Ini cuma salah paham,'' ucap Monica.
''Jadi maksud kamu ibuku bohong? begitu?'' tanyaku dengan nada tinggi karna memang saat itu emosiku tidak bisa terkontrol.
''Ternyata selain ja***g kamu juga pintar bersandiwara ya Mon. Aku ngak nyangka kamu seperti itu,'' ucapku dengan sangat kecewa.
''Dev --- Belum sempat Monica melanjutkan bicaranya. Tiba-tiba ada seseorang yang memelukku dari belakang.
''Sayang, kenapa kamu marah-marah, kasian ibu di dalam sedang istirahat,'' ucap Nona Chaca dengan suara yang begitu lembut.
''Devan dia siapa? kenapa dia memanggilmu sayang? Devan jawab!'' ucap Monica yang sudah emosi kepadaku. Dia menarik kerah kemejaku untuk meminta penjelasan padaku.
''Dia dia --- Belum sempat aku menjawab Devi sudah memotong ucapanku.
''Dia calon istri Mas Devan. Lihatlah betapa serasinya mereka. Yang 1 cantik yang 1 tampan, benar-benar pasangan yang serasi,'' ucap Devi dengan senyum di wajahnya.
''Apa benar yang di katakan Devi Van? Devan jawabbb!'' ucap Monica dengan berteriak.
''Di dia calon istriku,'' ucapku kepada Monica. Aku berkata seperti itu agar Monica tidak lagi menggangguku.
''Apa? kamu pasti sedang bercanda kan Van?'' ucap Monica dengan air mata yang mengalir di pipinya. Jujur aku tak sanggup melihatnya menangis seperti ini. Tapi mau bagaimana lagi, ibuku memang dari awal tidak menyukai Monica. Dan sekarang Monica menduakanku. Pasti ibuku tambah membencinya.
''Aku serius. Bulan depan kami akan menikah!'' ucapku datar tanpa memandang Monica. Aku tidak mau melihat kesedihan di wajahnya. Walaupun dia telah menduakanku tapi di hatiku masih menyimpan perasaan untuknya.
''Ternyata kamu lebih jahat Van. Kamu jahat,'' ucap Monica dengan terus memukul dadaku.
''Sudahlah Mon lebih baik kamu pergi dari sini. Walaupun kamu menangis darah sekali pun aku tetap akan menikahinya. Aku sangat mencintainya,'' ucapku sambil menarik Nona Chaca ke dalam pelukanku.
''Aku pasti akan balas semua ini Van. Aku akan balas semuanya,'' ucap Monica dengan wajah penuh amarah. Monica pergi dari rumahku dengan perasaan kacau.
Setelah Monica pergi dari rumahku, aku segera masuk ke dalam rumah di ikuti oleh Nona Chaca dan juga Devi. Aku segera memeriksa kondisi ibu. Pasti ibu tadi dengar semua pembicaraan kami. sesampainya di kamar ibu, aku mendapati Ibu yang tersenyum kepadaku, aku heran kenapa Ibu senyum seperti itu.
''Ibu baik-baik saja kan?'' tanyaku penasaran dengan sikap Ibu.
''Ibu baik-baik saja. Malah Ibu sekarang sudah kembali sehat lagi,'' ucap Ibu dengan wajah tetap tersenyum. Aku masih bertanya-tanya ada apa dengan Ibu, kenapa Ibu jadi seperti ini.
''Ibu kenapa Ibu senyum-senyum seperti itu. Devan jadi takut kalau Ibu seperti ini,'' ucapku jujur kepada Ibu.
''Memangnya Ibu ngak boleh senyum gini? Ibu lagi seneng Van, sebentar lagi kamu akan menikah dengan gadis yang cantik dan baik,'' ucap Ibu.
''Doain Devan agar Devan selalu bahagia Bu,'' ucapku kepada Ibu.
''Itu pasti Nak, Ibu yakin kalian akan bahagia,'' Ibu pun tersenyum ke arah Nona Chaca.
''Terima kasih Bu sudah memberikan restu kepada kami,'' Nona Chaca yang sekarang angkat bicara.
*
Pov Chaca
Aku sangat senang saat Ibu Devan memberikan restu kepada kami. Ternyata perjalanan cintaku dengan Devan semulus itu, walaupun dengan sedikit paksaan tapi aku tetap bahagia. Aku masih betah di rumah Devan yang udaranya sangat sejuk. Beda sekali saat di rumahku sendiri.
''Nona sebaiknya anda saya antar pulang. Jadwal anda malam ini menghadiri pesta pertunangan pak Haris kan?'' ucap Devan kepadaku.
''Aku masih betah di sini Van. Disini suasananya sangat menenangkan. Beda dengan Jakarta. Dan untuk pesta pertunangan Haris, aku sudah memutuskan tidak akan datang,'' ucapku saat kami sedang di teras rumah.
''Tapi Nona. Anda tidak terbiasa tidur di rumah yang sempit seperti ini,'' ucap Devan kepadaku. Mungkin Devan khawatir kepadaku karna aku tak pernah hidup sederhana seperti ini.
''Tidak usah khawatir Van. Aku baik-baik saja,'' ucapku meyakinkan Devan.
Aku masih duduk di teras rumah, Ibu Devan pun berjalan ke arahku.
''Nak ngak pengen mandi dulu? Ibu udah siapin air hangatnya. Di sini dingin, Ibu takut kalau nanti kamu sakit,'' ucap Ibu Devan dengan lembut.
''Iya Bu. Makasih ya Bu udah repot-repot nyiapin air hangat buat Chaca. Kalau begitu Chaca mandi dulu Bu,'' ucapku pergi menuju kamar mandi.
*
*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
ameliaa
wahh camer perhatian sekalii
2023-09-11
0
ameliaa
nih chaca pinter bgt ya
2023-09-11
0
Erni Sari
Yuhu semangat
2022-10-30
1