''Oke baiklah. Sekarang kamu boleh keluar,'' ucap Nona Chaca kepadaku.
Aku pun segera keluar dari ruangan Nona Chaca menuju ruanganku. Aku teringat kejadian tadi yang mulai dari Nona Chaca duduk di pangkuanku, saat memanggilku sayang sampai beliau menciumku. Rasanya seperti mimpi. Tapi pikiranku kembali memikirkan Monica, bagaimana sakitnya jika aku menikah dengan orang lain. Aku sangat mencintainya tapi di lain sisi aku juga memikirkan keluargaku.
''Kenapa jadi serumit ini. Andai aku tau akan seperti ini, aku memilih tidak mau di pindah oleh pak Santoso,'' ucapku.
*
*
Pov Chaca
''Haris Haris kamu kira aku bodoh masih belum bisa melupakanmu. Bahkan setelah kamu menghianatiku, kamu hilang begitu saja dari pikiranku. Dan sekarang pikiranku tertuju padamu Devan,'' ucapku dengan senyum smirk.
Flashback on
''Nona saat ini pak Haris ada di kantor ini Nona, mungkin beliau akan ke ruangan Nona,'' ucap salah satu bodyguard ku yang berjaga di loby.
''Oke terimaksih infonya,'' ucapku.
*****Flashback***** *****off*****
Haris adalah mantan kekasihku. Baru 3 bulan kami putus karena Haris menduakanku. Saat itu aku begitu syok karena selingkuhan Haris adalah karyawanku sendiri. Tapi aku harus bersikap profesional, harus bisa membedakan mana urusan pekerjaan dan mana urusan pribadi. Aku tidak terlalu sedih saat Haris menduakanku atau pun saat kami putus. Karena selalu ada Devan yang menemani setiap hariku. Saat Weekend pun aku selalu meminta Devan pergi ke rumahku dengan alasan urusan pekerjaan, padahal hanya karna aku tidak mau jauh-jauh darinya. Haha lucu bukan? saat ini aku mulai mencintai asistenku sendiri.
*
*
Saat ini aku sudah berada di butik langgananku. Aku ingin mencari gaun yang cocok untuk ku pakai besuk malam. Dan yang pasti sekarang aku di antar oleh asisten kesayanganku.
''Van bagus yang ini atau yang ini?'' tanyaku kepada Devan dengan mengambil 2 gaun dengan warna yang berbeda.
''Sebaiknya anda mencobanya saja Nona,'' ucap Devan, mungkin dia takut jika aku menyalahkannya.
''Baiklah, aku akan mencobanya,'' ucapku berjalan ke ruang ganti.
Aku pun mencoba gaun yang menurutku cocok dengan tubuhku. Tapi mengapa sudah 5 gaun tidak ada yang menurutku cocok. Dan ini gaun ke 6, aku akan bertanya kepada Devan.
''Van kalau ini bagaimana menurutmu?'' tanyaku kepada Devan, saat itu Devan sedang mengotak atik ponselnya. Devan pun mendongakkan kepalanya dan melihat ke arahku.
''Usap air liurmu Devan, sangat menjijikkan,'' ucapku membuyarkan lamunan Devan. Devan pun segera tersadar dari lamunannya. Dan mengusap bibirnya. Aku pun hanya tertawa, sebenarnya tidak ada air liur, hanya saja aku ingin menggodanya.
''Jadi bagaimana menurutmu Van?'' tanyaku lagi dengan berputar-putar di depan Devan.
''Anda cantik Nona, gaun ini cocok sekali anda pakai,'' ucap Devan dengan sedikit terbata bata.
''Baiklah, aku ambil yang ini mbak,'' ucapku kepada seorang karyawan butik tersebut.
Setelah membeli gaun aku segera mengajak Devan menuju pusat perbelanjaan terbesar yang ada di kota Jakarta. Aku masuk kedalam toko pakaian pria, dan Devan hanya mengikutiku dari belakang.
''Van kamu pilih baju yang akan kamu pakai besuk. Aku akan menunggu kamu di sana,'' ucapku sambil menunjuk bangku di toko tersebut.
''Ta tapi Nona ...
Ucapannya pun menggantung.
''Kenapa? mau aku yang pilihkan buat kamu?'' tanyaku.
''Em tidak usah Nona. Saya bisa beli sendiri besuk,'' ucap Devan kepadaku.
''Kenapa harus menunggu besuk kalau sekarang saja bisa. Sudahlah Van jangan buang-buang waktu. Waktuku adalah uang. Jarang-jarang kan ada atasan yang baik dan cantik sepertiku,'' ucapku yang selalu memuji diriku sendiri.
''Ayo aku pilihkan,'' ucapku dengan menarik tangan Devan.
''Mbak saya mau cari setelan kemeja buat calon suami saya, tolong carikan yang paling bagus ya,'' ucapku kepada salah satu karyawan toko.
Aku pun tersenyum melihat raut wajah Devan yang sebal dengan kata-kataku yang menyebutnya calon suami. Setelah kami selesai belanja, kami memutuskan untuk makan malam di salah satu restoran yang ada di mall tersebut.
''Kamu mau pesan apa?'' tanyaku kepada Devan.
''Terserah Nona saja,'' ucap Devan kepadaku. Aku segera memesan 2 porsi spageti carbonara dan 2 lemon tea. Aku melihat raut wajah Devan yang tak biasa. Mungkin dia memendam kesal terhadapku.
''Kenapa mukamu seperti itu?'' tanyaku yang pura-pura ketus kepadanya.
''Memang muka saya kenapa Nona?'' tanya Devan kepadaku.
''Hem ngak papa. Kalau mau marah, marah aja ngak usah di pendam,'' ucapku yang pura-pura tak peduli.
''Apakah saya boleh marah? atau saya boleh protes? tidak kan?'' ucap Devan kepadaku.
''Ya udah to the point aja, apa yang ingin kamu sampaikan,'' ucapku.
''Tidak ada,'' ucap Devan dengan entengnya.
''Hah, aku kira kau ingin berterima kasih kepada atasanmu yang baik ini,'' ucapku tersenyum smirk.
''Aku tau jika saat ini kau sedang mengumpatku habis-habisan. Tak apalah Van. Sedikit lagi aku akan mendapatkanmu,'' batinku.
Makanan yang kami pesan pun sudah datang. Kami menikmati makan malam tanpa ada yang berbicara.
''Van,'' ucapku.
''Ya Nona,'' jawab Devan.
'''Mulai saat ini jangan panggil Nona lagi saat kita hanya berdua, panggil saja namaku,'' pintaku.
''Tapi Nona, anda atasan saya, bukankah saya tidak sopan jika hanya memanggil anda dengan sebutan nama,'' ucap Devan.
''Kita sebentar lagi akan menikah Van. Kamu lupa?'' tanyaku.
''Saya belum memutuskan masalah ini Nona, masih ada 3 hari lagi bukan?'' ucap Devan kepadaku.
''Oke, baiklah,'' Ucapku pasrah.
Setelah makan malam Devan mengantarku pulang ke rumah. Aku menyuruh Devan membawa mobilku agar Devan bisa menjemput dan mengantarku setiap hari.
*
*
Pov Devan
''Kenapa lelah sekali? padahal seharian ini hanya mengantar Nona Chaca belanja. Tapi rasanya badanku remuk semua,'' ucapku mengomel sendiri.
''Gimana ya kabar ibu sama bapak, mending aku telpon mereka sajalah.''
Tut tut tut
''Hallo Nak assalamualaikum,'' suara Ibu terdengar.
''Hallo Bu, walaikumsalam. Gimana kabar di rumah Bu? apa Ibu, bapak dan adik baik-baik saja?'' tanyaku kepada Ibu.
''Kabarnya baik Nak, gimana pekerjaanmu disana? lancar kan?'' tanya Ibuku.
''Alhamdulillah lancar Bu. Oh iya Bu aku sudah mengirim sedikit uang ke rekening Ibu. Ibu bisa mengambilnya besuk,'' ucapku kepada Ibuku.
''Terima kasih Nak. Kami sebagai orang tua hanya bisa memberikan doa terbaik untuk anak-anak Ibu agar rezekinya lancar,'' ucap Ibuku.
''Terima kasih Bu, kemana bapak? kok kayaknya sepi banget di rumah?'' tanyaku.
''Oh bapak lagi pergi ke pos ronda, kalau adikmu pergi sama teman-temannya,'' ucap Ibu.
''Ya sudah kalau begitu Bu, Devan istirahat dulu. Assalamualikum,'' ucapku pamit kepada Ibu.
''Walaikumsalam,'' ucap Ibu.
Aku merebahkan tubuhku di kasur. Bayangan nona Chaca kembali mengusik pikiranku.
''Kenapa sih harus dia yang ada di pikiranku. Cewek pemaksa. Cantik sih tapi kelakuannya aneh,'' ucapku.
Ting
Bunyi pesan masuk di hpku.
''Jangan sekali-kali berkata jelek terhadap atasanmu yang baik dan cantik ini,'' ucap Nona Chaca di dalam pesan wa nya.
JANGAN LUPA LIKE, FAVORITE, VOTE DAN BERI HADIAH.
Mohon dukungannya kakak❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
ameliaa
kayaknya chaca juga bisa baca fikiran orang deh
2023-09-11
0
ameliaa
walaupun aneh, dia tetap atasanmu devan
2023-09-11
0
ameliaa
wah chaca mencintai devan dengan caranya sendiri loh. hehee
2023-09-11
0