''Cha kan aku udah minta maaf, jangan sebut itu lagi oke. Dan jangan peluk cowok lain biar aku ngak emosi kayak gitu. Seneng banget sih buat aku cemburu,'' ucap Devan dengan bibir mengerucut.
''Iya iya maafin aku juga. Katanya ngak cemburu. Ih gengsinya di gedein,'' ucap Chaca meledek Devan.
''Gimana ngak cemburu kalau calon istriku main peluk peluk cowok lain di depan aku. Aku aja ngak pernah di peluk,'' ucap Devan mengerucutkan bibirnya.
''Bibirnya biasa aja, ngak usah di monyong monyongin kayak gitu. Jelek tau,'' ucap Chaca.
''Walaupun jelek kamu tetep suka kan?'' ucap Devan menaik turunkan sebelah alisnya.
''Ya enggak lah,'' ucap Chaca cemberut.
Devan bersyukur Chaca tidak marah dengannya. Ia tidak bisa membayangkan jika Chaca tidak mau memaafkannya. Devan terlanjur jatuh hati kepada Chaca. Hatinya sakit sekali saat melihat Chaca pelukan dengan laki-laki lain. Devan akan berusaha menjaga mulutnya agar tidak pedas saat berbicara.
''Udah makan?'' tanya Devan.
''Belum, Masih males,'' ucap Chaca. Karna memang dia belum nafsu untuk makan.
''Makan ya, Aku suapin,'' ucap Devan penuh perhatian.
''Ngak usah aku bisa makan sendiri,'' ucap Chaca, Devan menggelengkan kepalanya.
''Biar aku yang suapin Cha. Kan aku belum pernah suapin calon istri aku,'' ucap Devan tersenyum. Chaca yang mendengarkan perkataan Devan hanya tersenyum. Ia tak menyangka Devan akan secepat itu mencintainya.
''Aaa buka mulutnya Cha,'' Ucap Devan memegangi sendok yang berisi makanan tepat di depan bibir Chaca yang pucat. Chaca segera membuka mulutnya dan melahap buburnya. Tak sengaja Chaca melihat luka di tangan Devan.
''Van tangan kamu kenapa?'' Tanya Chaca tiba-tiba saat melihat tangan Devan yang terluka.
''Oh ini, cuma luka kecil kok,'' ucap Devan santai.
''Tapi harus di obati Van,'' ucap Chaca khawatir.
''Ngak usah Cha, ngak papa kok. Nanti sembuh sendiri,'' ucap Devan.
Setelah perdebatan panjang mereka, akhirnya Devan mau di obati oleh suster di rumah sakit tersebut.
*
Disinilah mereka berada, di taman rumah sakit. Devan mengajak Chaca ke taman agar Chaca mendapatkan angin segar. Devan mendorong kursi roda Chaca. Chaca masih sangat lemah jika harus berjalan. Mereka berjalan melewati lorong-lorong rumah sakit. Sesampainya di taman mereka duduk di sebuah bangku di dekat pohon. Disana juga banyak pasien dan keluarganya.
''Kamu kenapa sih liatin aku kayak gitu,'' ucap Chaca yang di buat salting oleh Devan.
''Calon istriku cantik.'' 3 kata yang di ucapkan Devan mampu membuat Chaca merah merona seperti kepiting rebus.
''Ngak usah gombal deh Van. Aku denger gombalan kamu rasanya mau muntah.'' Chaca mencoba menghilangkan salah tingkahnya.
''Aku bicara serius. Pake baju pasien aja cantik, Apalagi kalau dandan, iya ngak,'' ucap Devan menaik turunkan alisnya.
''Aku juga udah tau kalau aku memang cantik,'' ucap Chaca mulai percaya diri.
Hp Chaca bergetar di saku baju pasiennya. Chaca segera mengangkat hpnya.
''Hallo Ma.''
''......
''Udah mendingan kok Ma, mungkin besuk udah boleh pulang.''
''.....
''Aku di temani Devan Ma, bi Sumi aku suruh pulang. Kasian dia kelihatan capek banget.''
''.....
''Jadi MaMa lusa pulangnya?''
''.....
''Hati-hati Ma.''
Chaca mematikan hpnya dan di masukkan ke saku bajunya lagi.
''Siapa? mama?'' tanya Devan.
''Iya mama lusa pulangnya dari Lampung, jadi kamu bisa deh lamar aku pas mama di rumah,'' ucap Chaca.
''Kamu minta di lamar?'' tanya Devan dengan senyum penuh arti.
''Enggak!'' Ucap Chaca dengan ketus. ''Kalau ngak mau lamar aku ya udah,'' ucap Chaca dengan raut muka yang datar.
''Cie minta di lamar.'' Devan mengejek Chaca yang ingin marah.
''Udahlah Van kalau ngak mau lamar aku ya udah, nanti aku aduin ke ibu kamu kalau kamu udah minta DP duluan,'' ucap Chaca mengancam.
''DP apa, cuma kiss doang. Wajar kan?'' ucap Devan tanpa merasa bersalah.
''Kemarin yang mencicipi buah cerryku siapa kalau bukan kamu. Kamu udah dapat enaknya, Aku dapat ruginya,'' ujar Chaca dengan muka di tekuk.
''Hahaha iya ya, Tapi ngomong-ngomong buah cerrynya manis tau. Rasanya pengen minta lagi.'' Bisik Devan.
''Devan!'' Bentak Chaca.
''Beneran Cha. Udah ngak sabar pengen cepet-cepet halal. Biar bisa menikmati gu*ung kembarnya yang super duper besar,'' ucap Devan tanpa di filter.
''Devan. Mesum banget sih. Ngomongnya di saring dulu napa.'' Chaca yang mukanya sudah merah merona karna malu.
''Kenyataannya gitu Chaaa. Uh membayangkannya aja udah bisa buat adek kecilku bangun.'' Chaca hanya mendengarkan ucapan Devan tanpa ingin bertanya apa itu adek kecil, karna Chaca sudah paham itu.
*
*
Hari ini Chaca sudah di izinkan pulang. Devan menjaga Chaca di rumah sakit selama dua hari. Ia terus di samping Chaca.
Devan mengendarai mobilnya menuju rumah Chaca. Setelah sampai di rumah Chaca ia segera membawa Chaca kekamar di bantu oleh bi Sumi agar Chaca bisa segera beristirahat.
''Istirahat ya, Jangan mikirin kantor dulu. Biar aku yang handle semuanya.'' Devan mengelus rambut Chaca dengan lembut.
''Makasih Van,'' ucap Chaca.
''Iya, sekarang kamu istirahat. Aku pulang dulu, nanti sore aku ke sini lagi. Kalau ada apa-apa telpon ya.'' Devan pamit kepada Chaca. Sebenarnya berat meninggalkan Chaca yang masih sedikit lemas. Tapi tak pantas juga kalau Devan lama-lama di rumah Chaca karna mereka belum ada status yang jelas. Devan keluar dari kamar Chaca, ia segera menuruni anak tangga dan menuju tempat mobilnya. Ia segera melajukan mobinya menuju rumah kontrakannya.
*
*
Saat ini Mama Luna telah sampai di Bandara Ibu Kota. Mama Luna menunggu supir pribadinya datang menjemputnya. Setelah beberapa saat Pak jono sampai di bandara tersebut. Ia segera menelpon Mama Luna.
Setelah perjalanan hampir setengah jam Mama Luna sampai di rumah. Ia segera berjalan menuju kamar Chaca. Ia sangat rindu sekali dengan anak semata wayangnya itu.
Tok tok tok
''Masuk.'' Ucap Chaca, suara nya yang terdengar pelan dari arah luar. Mama Luna segera memutar handle pintu dengan senyum merekah di bibirnya.
''Hay sayang.'' Mama Luna tersenyum di tengah pintu.
''Mama,'' ucap Chaca. Ia berlari kearah Mamanya dan menciumnya.
''Mama kapan sampai kenapa ngak ngabarin Chaca,'' ucap Chaca.
''Baru aja sayang. Baru nyampek Mama langsung ke kamarmu.'' Mama Luna yang tak henti-hentinya tersenyum.
''Seharusnya Mama bilang dong kalau udah nyampek Jakarta biar Chaca juga ikut jemput Mama ke bandara,'' ucap Chaca.
''Mama udah di jemput Pak Jono. Dan kamu kan masih sakit ngak boleh kemana-mana dong,'' ucap Mama Luna.
''Tapi kan Chaca juga pengen jemput Mama kesana,'' ucap Chaca dengan cemberut.
.
.
Tinggalkan jejak kopi dan bunga ya kakak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
ameliaa
ngomongnya tanpa filter loh
2023-09-11
0
✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻𝘼𝙎𝙍𝙄k⃟K⃠
devan......
2023-01-05
1
💞Amie🍂🍃
Aku ikut melehoy Devan😂
2022-12-21
2