A Romantic Badboy

A Romantic Badboy

Part 1

Cewek bertubuh mungil dengan kulit putih itu tengah berjalan bersama teman sekaligus saudaranya, yang tubuhnya lebih tinggi dibanding dirinya. Keduanya menyusuri trotoar yang terbilang sepi karena masih pagi hari. Sepatu kets hitam yang membalut kakinya begitu kuat berpijak pada tembok kasar.

“Eh Mel, pulang sekolah nanti lo jualan pecel?” Tanya cewek bernama Nisa Permata, yang kini sedang mengimbangi langkahnya.

Cewek di sampingnya menoleh, tertulis dengan jelas di name tagnya Melodi Senja. “Iya dong, lo tahu sendiri kan gue suka banget jualan.” Ucap Melodi, seraya tersenyum pada Nisa. Sejak dulu, Melodi memang berbakat dalam bisnis, berbeda dengan Nisa yang angkat tangan duluan jika mendengar kata ‘jualan’.

Sebenarnya, bukan itu saja alasan Melodi berjualan pecel. Kenyataan pahit yang menimpanya sejak kecil mengharuskan ia melakukan hal ini. Ia ditelantarkan oleh orangtuanya begitu saja, sampai ia terdampar di sebuah panti asuhan yang diurus oleh Nilam Kusuma. Dulu, ia sempat berontak karena kehidupannya selalu diolok oleh temannya. Namun lama kelamaan, ia menyadari kalau tak seharusnya ia bertingkah seperti itu.

“Gue heran sama lo. Padahal ibu sering kasih uang saku ke kita. Tapi kenapa lo malah jualan pecel? Emang lo nggak capek?” Nisa selalu membayangkan bagaimana rasanya menjadi Melodi. Setiap pulang sekolah langsung menyiapkan perlengkapan untuk jualan, lalu berjalan menuju alun-alun kota untuk menjajakan makanannya di bawah terik matahari. Untung saja Melodi ditakdirkan berkulit putih. Kalau tidak, kulitnya pasti sudah gosong.

Melodi mengembangkan senyum, kemudian memegang kedua bahu Nisa. “Dengar nis. Gue lakuin ini karena emang gue suka. Lo pasti sering dengar kan, kalau punya bakat tuh harus terus dilatih. Dan gue percaya, kalau bakat gue ini bisa bikin gue jadi pemilik restoran!” Melodi berseru.

Nisa hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah Melodi. “Ya deh terserah lo. Gue cuma bisa doain yang terbaik buat saudara gue yang satu ini.” Ujarnya sambil mengacak-ngacak rambut Melodi yang dikuncir kuda. Membuat pemiliknya melotot, karena tatanan rambutnya menjadi tidak rapi.

“Nisaaa...!!” Teriak Melodi karena tak suka dengan perlakuan Nisa tadi. Sementara, pihak yang diteriaki sudah berlari menjauh darinya.

Melodi mengejar saudaranya itu, sesekali Nisa juga menoleh ke belakang sambil menjulurkan lidah karena sukses mengusili Melodi pagi-pagi. Biasanya, Melodi yang selalu mengusili Nisa. Tapi kali ini, Melodi kalah cepat dari Nisa.

Nisa sedikit membungkuk, kedua telapak tangannya bertumpu pada lututnya, sepertinya ia merasa kelelahan. “Ah, gue capek.” Sahut Nisa sambil mengusap peluh yang sudah membasahi dahinya. Padahal, ia baru saja berlari beberapa meter dari kediaman Melodi tadi.

Melodi lekas menepuk punggung cewek itu, ketika ia sampai di tempat Nisa berada. “Makanya, lo nggak usah sok sok-an jailin gue, lo sendiri kan yang kena imbasnya.”

Nisa merasa menyesal karena kebodohannya sekarang. Fisiknya yang lemah memang tak bisa dinobatkan menjadi cewek jail seperti Melodi. Nisa hanya berjalan gontai memasuki gerbang sekolah, mengikuti Melodi yang sudah berjalan di depannya.

Setelah melambaikan tangan pada Nisa, Melodi masuk ke kelasnya, X IPA 2. Keduanya memang tidak satu kelas. Nisa menempati kelas X IPA 6.

Melodi masuk ke dalam kelasnya, ia sedikit heran dengan suasana kelas yang ramai melebihi pasar di kota ini. Melodi lekas duduk di singgasananya, mengabaikan keributan teman-teman kelasnya.

“Eh beneran tahu. Tadi gue dengar, katanya cowok itu bakal masuk kelas kita. Dia ganteng banget..!” Pekik Cindy, cewek berambut keriting sebahu. Suaranya melengking dan terkenal dengan sebutan ‘Mak Rempong’. Ia tengah bercerita tentang murid baru yang akan bergabung dengan X IPA 2. Dan katanya, murid baru itu tampan seperti oppa korea.

“Suut! Berisik!” Tio menyimpan telunjuk di depan bibirnya, pertanda bahwa Cindy harus menyudahi aktivitas tak berfaedahnya. Melihat gestur Tio, cewek itu langsung membungkam mulut dan duduk kembali di bangkunya. Sejak dulu, Cindy memang menyukai Tio, si ketua kelas. Hanya saja cintanya tak pernah terbalas. Dan, itulah jawaban kenapa Cindy selalu patuh setiap Tio melarangnya berbuat sesuatu.

Melihat kedatangan guru yang memiliki predikat killer kedua, kelas langsung sepi seketika. Layaknya orang yang sedang karaoke kemudian listriknya mati. Begitulah kondisi kelas Melodi saat ini. Seorang pria paruh baya yang bernama Darmawangsa atau yang akrab dipanggil Pak Darma kini telah berdiri di hadapan seluruh siswa. Di sampingnya, ada seorang cowok yang tingginya melampaui Pak Darma. Cowok itu memasang tampang mengerikan. Seakan-akan ingin menerkam mereka yang ada di dalam kelas.

“Oke anak-anak, hari ini kita kedatangan murid baru.” Ucap Pak Darma, suaranya menggelegar memenuhi ruangan.

Tanpa diperintah, cowok itu langsung memperkenalkan diri. “Hai, gue Gema Angkasa.”

“Oke Gema, silakan duduk.”

Gema langsung menuruti perintah Pak Darma, ia mencari bangku yang kosong. Dan kebetulan bangku itu berada di sebelah meja Melodi. Ia menghempas bokongnya begitu saja, lalu membuka jaketnya dan menyampirkannya di sandaran bangku.

Tanpa sengaja, Melodi memperhatikan gerak-gerik cowok itu. Sekaligus membenarkan gosip Cindy tadi—yang katanya murid baru itu tampan bak oppa korea yang digandrungi wanita masa kini. Namun, setelah ditelusuri dari ujung kepala sampai ujung kaki, Melodi tak menemukan sesuatu menarik satu pun. Ia hanya mendapati rambut hitam yang sedikit gondrong tanpa pomade, lalu setelan asal layaknya berandalan. Untungnya, kulit putih dan brand mahal yang dikenakannya mampu menutupi kecacatannya.

“Woy! Lo suka ya sama gue?” Tuduh Gema tiba-tiba, membuat Melodi langsung memalingkan wajah, karena ketahuan tengah memperhatikan Gema.

Melodi menghela nafas, kemudian menjawab tuduhan bodoh yang dilontarkan oleh Gema. “Lo gila ya? Gue aja baru kenal lo. Mana bisa gue suka sama lo.”

Gema menyipitkan mata, “Lo emang kenal gue, tapi gue nggak kenal lo tuh!” Gema mengambil sebuah buku dalam tasnya, kemudian menulis sesuatu di secarik kertas. “Ini. Kabarin gue kalau lo udah suka sama gue.” Gema mengedipkan matanya.

Melodi melihat kertas yang tadi diberikan oleh Gema. Disana terpampang deretan angka yang ia duga sebuah nomor ponsel. Melodi mendelik, tak habis pikir dengan tingkah cowok yang baru dikenalnya beberapa menit lalu. Tapi, tanpa sadar ia malah menyimpan kertas tadi di dalam silikon bergambar hello kitty yang membungkus ponselnya.

***

Bel istirahat yang selalu berdering nyaring setiap hari tiba. Menyisakan kelas kosong tak berpenghuni. Terkecuali kelas X IPA 2. Disana, terdapat seorang cewek dan cowok. Yang cewek sedang membuka kotak bekalnya, sementara yang cowok tengah tertidur pulas, seperti tak mempunyai beban hidup.

Melodi, bukannya menyantap makanan di hadapannya, malah memilih memperhatikan cowok itu—lagi. “Tapi benar sih yang Cindy bilang, dia tampan kayak oppa korea.” Gumam Melodi meralat penilaiannya beberapa jam yang lalu.

“Woy! Lo lihatin gue lagi. Kayaknya firasat gue benar, kalau lo suka sama gue.” Ucap Gema sambil mengerjapkan mata, melirik ke arah cewek yang tertangkap basah sedang menikmati ketampanannya.

Bodoh! Bodoh! Rutuk Melodi dalam hati. Ini kali kedua ia kepergok oleh Gema.

“Nah kan, lo nggak bisa jawab. Itu artinya lo benaran suka sama gue..”

Melodi angkat bicara, karena tak terima dengan ucapan Gema. “Eh dengar ya. Gue itu udah punya pacar. Dan pacar gue itu nggak kalah tampan dari lo!” Bantah Melodi.

Gema menaikkan sebelah alis, “Oh ya, cowok mana yang mau sama cewek jutek kayak lo?”

“Bukan urusan lo!” Melodi menyendok nasi goreng yang daritadi ia biarkan karena perdebatan dengan Gema.

Gema berdiri, melangkah mendekati Melodi. “Sebentar, nama lo Mel..” Gema hampir selesai membacanya, sebelum Melodi menutup name tagnya dengan jaket. Melodi bangkit dari kursinya, nasi goreng yang baru ia makan satu sendok mendadak hambar setelah melihat Gema. Melodi hendak berjalan, namun karena kakinya tersangkut kaki meja, ia menjadi kehilangan keseimbangan, dan jatuh di pelukan Gema.

Terpopuler

Comments

Ummu Sakha Khalifatul Ulum

Ummu Sakha Khalifatul Ulum

nyimak

2020-10-25

0

Eko Pusanto

Eko Pusanto

ada cerita mengenai cowok lugu dari desa dan ketemu cewek kota yg jutek gitu, kalo ada apa judul nya yah

2020-04-09

0

TePe

TePe

penasaran sama judulnya

2020-01-24

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!