Surat Cerai

Selamat Membaca

🌿🌿🌿🌿🌿

Waktu sudah menjelang hampir sore, namun keadaan di rumah besar ini sama sekali tak ada hal yang bisa menghibur, semuanya terasa seolah tak mengenal satu sama lain, sepi, seperti sebuah rumah yang tak berpenghuni. Mungkin hanya dua orang asisten rumah tangga di sinilah yang tidak merasakan sepi, karena mereka sibuk bekerjasama dalam bertugas serta saling bercanda ria dalam keseharian mereka.

Maura hanya bisa berdiam diri di kamarnya. Tak jarang pandangannya itu terarah pada halaman di luar rumah yang nampak terlihat begitu indah.

Semenjak percakapan dengan pertengkaran antara dirinya dan juga suaminya tadi, semenjak itu pula suaminya Rendra tak lagi masuk ke kamar ini. Hubungannya dengan suaminya Rendra memang begitu miris, bagaimana tidak seperti itu, disaat dirinya masih berstatus sebagai tunangannya, suaminya Rendra begitu sangat perhatian dan peduli padanya, tapi, semenjak menikah semuanya malah berubah. Suaminya Rendra berubah seperti orang yang sama sekali tidak memiliki perasaan apapun padanya, dan itu semua terjadi hanya karena anggapannya yang sama sekali tidak jelas. Namun ya sudahlah, mungkin memang seperti ini nasib hubungannya dengan suaminya.

Hanya kesedihan yang Maura rasakan saat ini. Keberadaannya di rumah ini memang sudah tak dianggap oleh suaminya, dan dirinya masih berdiam diri di rumah ini.

" Maura, untuk apa kamu masih tinggal di rumah ini?, suamimu Rendra sudah tak menganggapmu lagi, tapi kamu masih tinggal di rumah ini, sebenarnya kamu ini masih punya harga diri atau tidak? ". Gumam Maura dengan senyuman hambarnya.

Ceklek....

Terdengar adanya suara pintu kamarnya yang sedang dibuka. Reflek Maura pun cukup tersentak, ternyata yang masuk adalah suaminya Rendra. Apalagi kali ini yang diinginkan oleh suaminya, apakah suaminya masih ingin marah padanya lagi. Dan pada akhirnya, Maura pun menjadi terjaga dari posisinya hingga dirinya benar - benar berdiri.

Dengan wajah datarnya namun pandangan matanya yang terlihat begitu tajam, Rendra menatap Maura.

" Sebentar lagi papa dan mama ku akan datang kemari, ingat, bersikaplah dengan wajar, jangan pernah mengatakan apapun pada mereka tentang masalah kita, apa kamu paham? ". Tegas Andra.

" Iya mas, aku paham ". Sahut Maura.

" Bagus, sekarang kamu bersiaplah, karena papa dan mama sudah ada dalam perjalanan menuju kemari ". Ujar Rendra lagi.

Maura hanya merespon perintah suaminya itu dengan anggukan, iya, karena memang hanya hal itu yang bisa dirinya lakukan.

*****

Maura dengan suaminya Rendra sudah mulai keluar dari kamar mereka. Mereka berjalan bersama untuk menuju ke ruang tamu yang berada di lantai dasar.

Hingga pada saat keduanya sudah akan menuruni anak tangga, tiba - tiba saja tangan besar itu meraih tangan Maura. Rendra meraih tangan istrinya Maura untuk ia genggam, tentu apa yang dilakukan oleh Rendra ini membuat Maura cukup tersentak. Ternyata suaminya Rendra masih mau menggenggam tangannya.

Maura merasa sangat senang dengan perlakuan suaminya ini. Semenjak dirinya dan sang suami Rendra resmi menikah, tak pernah sekalipun Rendra menggenggam tangannya seperti ini lagi. Namun sesaat setelah itu, kesenangan yang dirasakannya ini menjadi terhempas. Maura sadar jika apa yang dilakukan oleh suaminya ini adalah sebuah drama saja. Sebuah drama yang ingin memperlihatkan jika kehidupan rumah tangganya sedang dalam keadaan baik - baik saja.

Lebih baik dirinya fokus untuk mengikuti drama rumah tangga ini sesuai seperti yang diinginkan oleh suaminya Rendra.

Dengan masih menggenggam tangan sang istri, Rendra dengan istrinya Maura menuruni anak tangga itu secara perlahan. Baru saja keduanya berada di pertengahan susunan anak tangga, pandangan mereka sudah terarah pada sepasang orang tua yang sudah cukup berumur yang saat ini sudah berada di ruang tamu. Ternyata kedua orang tua Rendra sudah datang.

Hingga pada akhirnya, Rendra dengan Maura pun sudah benar - benar melewati anak tangga dan menuju pada orang tua mereka.

" Ma, pa, kenapa sudah datang saja?, katanya masih berada di jalan, tapi sekarang sudah sampai di sini? ". Ujar Rendra.

" Sayang, Maura ". Bukannya menjawab pertanyaan putranya Rendra, Rina malah malah menyapa menantu kesayangannya Maura.

" Ma, pa ". Sapa Maura dengan tersenyum lalu dengan sikap sopannya Maura meraih punggung tangan kanan kedua orang tua mertuanya untuk dirinya cium secara bergantian.

" Duduklah di sini dengan mama sayang ". Seru Rina dengan sedikit menarik tubuh Maura agar bisa duduk di sampingnya.

" Pa, papa jadi berangkat hari ini kembali keluar negeri? ". Seru Rendra.

" Iya nak, papa dan mama mu akan kembali berangkat hari ini ". Sahut Adam.

Iya, tuan Adam, Adam Putra Ambrose, seorang pengusaha kaya raya yang memiliki usaha dan banyak perusahaan di luar negeri. Dan semua usaha yang dilakoninya semakin berkembang besar semenjak putra kandungnya Narendra Putra Ambrose ikut andil dalam bertanggungjawab dalam pengembangan perusahaan besar miliknya. Memang putranya ini selalu bisa diandalkan.

" Mama dan papa akan berangkat sekarang Ren, jadi mama minta sama kamu, selama kita berada di luar negeri sana, kamu harus bisa menjadi menantu kesayangan kami ini, ingat itu ". Timpal Rina agar putranya Rendra menjadi paham.

Rendra tak menyahuti pesan mamanya, entah kemana arah pandangannya, seolah apa yang diucapkan oleh mamanya ini adalah hal yang tidak penting.

Apa yang nampak pada suaminya tentu saja tak lepas dari perhatian Maura. Suaminya Rendra benar - benar sudah tak peduli lagi padanya. Merasa sesak, itulah yang Maura rasakan. Hati Maura menjadi sesak karena hal ini, sebegitu tidak berharganya kah dirinya, dirinya sudah tak berharga lagi sehingga suaminya Rendra menjadi acuh seperti ini.

" Ren, kamu kenapa tidak menjawab ucapan mama, kamu dengar tidak dengan pesan mamamu ini Ren? ". Seru Rina lagi.

" Iya ma Rendra dengar ". Sahut Rendra.

" Ya sudah nak, papa dan mamamu tidak bisa berlama - lama di sini, kami harus segera menuju ke bandara ". Timpal Adam.

" Ingat, papa dan mama cukup lama berada di sana, mungkin sekitar satu tahunan lagi papa dan mamamu baru akan kembali ke tanah air ". Jelas Adam lagi.

" Iya pa ". Sahut Rendra.

" Sayang, Maura ". Seru Rina.

Rina adalah sosok mama mertua yang begitu sangat menyayangi menantunya, apalagi setelah mengetahui bagaimana baiknya sikap menantunya ini, membuat Rina menjadi jatuh hati pada Maura dan sudah menganggapnya sebagai putrinya sendiri. Tentu sebagai mama mertuanya Rina tidak ingin jika selama dirinya tidak bisa melihat menantunya secara langsung membuatnya sedikit merasa khawatir.

" Selama mama tidak ada di sini, kamu harus bisa jaga diri baik - baik ya sayang. Kalau saja putra mama ini sampai menyakiti kamu, laporkan saja pada mama, biar nanti mama yang akan menghukum dia ". Jelas Rina dengan sedikit menatap sinis pada Rendra.

" Iya ma ". Sahut Maura dengan tersenyum.

Semakin kesini membuat hati Maura menjadi tak menentu saja. Mama mertuanya memberikan pesan yang seolah membenarkan dengan apa yang dialaminya saat ini. Iya benar, sayangnya dirinya tidak akan mungkin memberikan akan masalah rumah tangganya pada mama mertuanya.

*****

Hari - hari masih terus berlalu dan akan terus berlalu. Sudah sekitar satu minggu lamanya Maura tinggal di rumah besar suaminya. Dirinya hidup bersama dan makan di rumah ini, namun sayangnya hubungannya dengan suaminya Rendra bagaikan dua orang asing yang tak saling mengenal. Maura memiliki seorang suami, namun tak seperti memiliki seorang suami.

Bahkan seperti waktu sekarang ini, di malam hari yang terasa dingin ini, tak ada suaminya Rendra di sampingnya. Sebenarnya dirinya ini apa, seorang istri atau hanya orang asing yang mendapatkan kesempatan untuk tinggal di rumah besar seperti ini.

Dalam keadaan terlentang, Maura memperhatikan langit - langit kamarnya. Sudah cukup pikirannya berkelana ke sana ke mari akibat dari masalah rumah tangganya, lebih baik dirinya beristirahat saja untuk malam yang memenangkan.

Tok... tok... tok...

Ceklek...

Sontak Maura pun menjadi membuka kedua kelopak matanya karena suara itu. Sepertinya ada seseorang yang sudah masuk ke kamarnya, tapi siapa, bukankah kamarnya ini sudah dirinya kunci.

" Jangan tidur dulu, ada hal penting yang harus kita selesaikan ". Ujar Rendra tiba - tiba.

Ternyata yang masuk ke kamarnya ini adalah suaminya Rendra, pantas saja kamarnya ini bisa dibuka meski sudah dikunci, karena Rendra sendiri memang memiliki kunci cadangan dari kamar ini.

Maura mulai terjaga dari posisinya. Akhirnya, setelah sekian hari, suaminya Rendra bisa kembali masuk ke kamar ini.

Dengan penuh wibawa, Rendra sudah duduk di sebuah sofa yang ada di kamar ini. Dan tak lama dari itu, Rendra sedang meletakkan sebuah map yang entah apa isinya.

Sebenarnya hati Rendra sendiri saat ini sedang merasa gundah gulana, apalagi setelah meletakkan sebuah map yang dibawanya.

Ada keraguan dalam hatinya saat ini, namun ini semua harus dirinya lakukan. Rendra ingin agar istrinya Maura mengakui semua kebohongannya. Rendra sudah berjanji pada dirinya sendiri jika istrinya Maura mengakui semua kesalahan masa lalunya, dirinya tidak akan mempermasalahkan nya lagi dan memulai hubungan pernikahannya ini dengan sepenuh hati.

" Ada apa mas? ". Tanya Maura dengan rautnya yang terlihat datar.

Rendra cukup tertegun dengan yang ditampakkan oleh istrinya Maura. Tidak seperti biasanya. Maura terlihat sedikit dingin. Ada apa ini, apakah mungkin Maura sudah tidak mau lagi berbasa-basi dengannya atau mungkin Maura memang ingin menunjukkan sikap aslinya.

Maura langsung duduk saja di sebuah sofa single yang ada di sana. Maura duduk cukup berjauhan dari Rendra.

" Ada apa mas?, mas Rendra menyuruhku untuk jangan tidur dulu, memangnya ada hal penting apa yang ingin mas Rendra sampaikan? ". Seru Maura lagi.

Deg...

" Apa?, ada apa ini?, kenapa Maura menjadi dingin seperti ini?, seharusnya aku yang bersikap seperti ini ". Batin Rendra.

" Aku akan memberimu satu kesempatan lagi untuk mengakui semuanya Maura, jika kamu mengakui semua kebohongamu, aku janji setelah ini aku akan menerima semuanya, aku tidak akan mempermasalahkan tentang masa lalumu lagi ". Sahut Rendra pada akhirnya.

Ternyata masih keinginan yang sama. Suaminya Rendra masih menginginkan jawaban yang sama. Maura sudah lelah dengan semua ini. Entah harus bagaimana dirinya memberikan jawaban pada Rendra.

Kebohongan apa yang harus dirinya akui. Mengapa suaminya tidak bisa melihat kejujurannya.

" Katakan semuanya Maura, aku janji, setelah kamu mengakui semuanya, aku akan memaafkanmu dan kita akan memulai semuanya dari awal lagi ". Tegas Rendra lagi.

" Aku tidak perlu mengakui apapun mas, apalagi dengan kebohongan yang sudah mas Rendra tuduhkan itu. Aku tidak pernah tidur dengan pria manapun ". Sahut Maura.

" Jadi kamu masih tidak ingin mengaku?, baiklah, kalau begitu sekarang kamu buka map itu, di sana sudah lengkap dengan bolpoin nya, map itu berisi surat cerai ".

Deg...

" Silakan kamu pilih sendiri. Jika kamu ingin pernikahan kita selamat, maka akuilah semua kesalahanmu namun jika tidak, silakan tanda tangani surat perceraian ini ". Tutur Rendra dengan sejelas - jelasnya.

Seketika itu tubuh Maura seolah menjadi lemas. Apa ini, suaminya Rendra membuat ketentuan seperti ini. Apakah Rendra menyadari dengan apa yang diperbuatnya.

Maura sudah tak sanggup lagi, hatinya sudah terlalu sakit akibat dari sikap Rendra. Sudah cukup dirinya bersabar dengan segala tuduhan yang sama sekali tidak benar, namun suaminya Rendra masih tetap pada egonya.

Hubungan pernikahannya dengan suaminya sudah tak sehat lagi, bahkan semenjak awal pernikahannya. Lebih baik pernikahan ini memang harus diakhiri, karena jika dilanjutkan sekalipun tidak akan ada kebahagiaan di dalamnya.

Maura sebenarnya ingin menjatuhkan air matanya, tapi tidak, dirinya tidak boleh menangis lagi, sudah cukup selama ini dirinya menangis, Maura tidak lagi ingin membuang - buang air matanya.

Dan tanpa menunggu waktu lama lagi, Maura pun segera membuka map itu. Dan ternyata benar, isi di dalamnya memang benar surat cerai. Diraihnya bolpoin itu dan Maura pun akhirnya menandatangani surat perceraiannya.

Deg...

Bak mendapat hantaman yang begitu kuat di dadanya. Seketika itu dada Rendra terasa berdebar begitu cepat. Apa yang disaksikannya bagaikan sebuah bom waktu yang terlanjur meledak.

" Aku sudah menandatangani nya mas, terima kasih karena mas Rendra sudah menjadikanku seorang istri meski itu hanya sesaat ". Pungkas Maura.

Dan seusai mengucapkan kalimatnya itu, Maura pun langsung berdiri dari posisinya sebelum akhirnya ia menuju pada lemarinya. Sudah saatnya lah dirinya pergi dari rumah ini. Tidak, mengapa tidak dari awal dirinya pergi dari rumah ini, pergi dari sebuah rumah yang tidak pernah memberikannya kebahagiaan.

Bersambung..........

🙏🙏🙏🙏🙏

❤❤❤❤❤

Terpopuler

Comments

Juan Sastra

Juan Sastra

casanova bego,, bahkan sangat sangat bego percaya sama sebuah poto padahal dia sendiri sama sekali ggak pernah membuktikan kebenarannya..dan sekarang selamat menikmati penyesalanmu..pergilah sejauh mungkin maura bila perlu ganti wajahmi jgn pernah lagi bertemu muka sama rendra

2023-11-24

0

Popy Setyaningsih

Popy Setyaningsih

ngapain nikah kalo ga ada kepercayaan rendra? dikira cerai sakitnya sama kaya kita putus sama pacar huh?!

2023-02-24

0

Siti Romlah

Siti Romlah

Maura sudah jujur tapi gk didengar
maunya Maura bohongi, kalo Maura sudah tidur dengan laki-laki lain. pas di unboxing eeeh masih Ori. nyahok lho Rendra bodoh

2022-11-05

0

lihat semua
Episodes
1 Sebuah Kiriman Foto
2 Menikah
3 Memilukan
4 Meminta Kejujuran
5 Surat Cerai
6 Pergi
7 Frustasi
8 Rendra Mabuk
9 Malam Kehancuran (21+)
10 Sudah Tak Berharga
11 Ingin Pergi
12 Maafkan Aku Sayang
13 Masih Istriku
14 Sengaja Ingin Merusak
15 Mual - mual
16 Pingsan
17 Maura Hamil
18 Kegaduhan
19 Membeli Baju Bayi
20 Sahabat Rendra
21 Pria Di Foto Itu
22 Pengakuan Dika
23 Kontraksi Hebat
24 Lahirnya Putra Maura
25 Empat Tahun Telah Berlalu
26 Inin Beltemu Ayah
27 Mirip
28 Beltemu Om Danten
29 Cerita Dari Junior
30 Harus Kembali Ke Tanah Air
31 Panggil Daddy Saja
32 Perginya Junior
33 Seperti Junior
34 Junior Tidak Mirip Daddynya
35 Kehilangan Junior
36 Rayuan Nindi
37 Tinggal Di Rumah Baru
38 Ketidaksengajaan Reyhan
39 Adik Kecil Yang Tampan
40 Junior Bukan Niol
41 Pasangan Yang Serasi
42 Terperosok Ke Sungai
43 Keseleo
44 Cendal Ada Lima
45 Bertemu Dengan Junior
46 Menemukanmu
47 Apakah Junior Anakku?
48 Junior Bukan Anakmu
49 Kamu Masih Istriku
50 Pengakuan Rendra
51 Maura Bukan Istrimu
52 Kenyataan Pahit
53 Ada Apa Dengan Audi?
54 Orang Tak Dikenal
55 Hilangnya Junior
56 Bahadia Beltemu Om Danten
57 Kamu Anak Kandungku
58 Positif
59 Demi Junior
60 Menjemput Istriku
61 Anak Ayah Jangan Berisik
62 Kembali Ke Rumah
63 Untung Ada Junior
64 Kenapa Jadi Begini?
65 Maura Terbatuk
66 Om Dain Om Lata
67 Apa Kamu Masih Ragu?
68 Akan Menikah Kembali
69 Mencoba Baju Pengantin
70 Hari Pernikahan
71 Malam Pesta
72 Lakukanlah Mas (21+)
73 Gedor... Gedor... Gedor...
74 Kamu Apakan Mantu Mama?
75 Milip Ayah
76 Mirip Rendra
77 Benar Anak Rendra
78 Menyembunyikan Dari Bunda
79 Pelepasan Yang Sempurna (21+)
80 Jam Tangan
81 Jam Tangan Pintar
82 Intuisi Junior
83 Masa Lalu Yang Tidak Berguna
84 Terngiang-ngiang
85 Hanya Kamu
86 Mainan Dari Opa
87 Imbalan
88 Calon Istri Reyhan
89 Melihat Maura
90 Sering Mengantuk
91 Undangan Pernikahan
92 Kabar Mengejutkan
93 Kabar Mengejutkan 2
94 Pernikahan Reyhan Dengan Audi
95 Malam Pestanya
96 Positif Hamil
97 Aku Tidak Sakit Mas
98 Gara-gara Foto
99 Maura Hamil Lagi
100 Bodyguard Untuk Junior
101 Suami Yang Sayang Istri
102 Pintar Tapi Bo*doh
103 Lumayan Buncit
104 Inin Belmain Te Taman Ladi
105 Jogetannya Mulyadi Yang Mendunia
106 Matacih Ayah
107 Mulai Sekolah
108 Kecemburuan Audi
109 Tertipu
110 Persiapan Menuju Empat Bulanan
111 Teringat Teman Lama
112 Drama Di Meja Makan
113 Belanja Di Mall
114 Kembali Bertemu
115 Bersyukur Bisa Memilikimu
116 Lupakan Maura
117 Niol Cayan Ayah
118 Tanpa Bodyguard
119 Hanya Doa Saja
120 Niol Cayan Ayah, Cayan Cetali
121 Empat Bulanan Untuk Adiknya Junior
122 Penghujung Acara
123 Seperti Tante Ainun
124 Tante Ainun Dan Kak Andika
125 Kemarahan Rendra
126 Fitnahan Dari Andika
127 Rahasia Yang Terungkap
128 Berusaha Meyakinkan Lagi
129 Jangan Tinggalkan Oma
130 Percayalah Padaku
131 Tetaplah Di Sini Nak
132 Adik Bayi Cehat
133 Sentimen Akut
134 Sembilan Bulan
135 Sudah Hamil Atau Belum?
136 Bodyguard Tak Dikenal
137 Anak Pintar
138 Biang Keroknya
139 Wanita Gila
140 Menyelamatkan Junior
141 Anak Ajaib
142 Junior Sempat Diculik
143 Terasa Sakit
144 Adik Bayi Mau Lahir
145 Renada Narendra Putri Ambrose
146 Siapa Tahu Hamil Juga
147 Ternyata Sudah Hamil
148 Menua Bersamamu Istriku
149 Pengumuman ( Menjadi Pembantu Ayah Dari Anakku
Episodes

Updated 149 Episodes

1
Sebuah Kiriman Foto
2
Menikah
3
Memilukan
4
Meminta Kejujuran
5
Surat Cerai
6
Pergi
7
Frustasi
8
Rendra Mabuk
9
Malam Kehancuran (21+)
10
Sudah Tak Berharga
11
Ingin Pergi
12
Maafkan Aku Sayang
13
Masih Istriku
14
Sengaja Ingin Merusak
15
Mual - mual
16
Pingsan
17
Maura Hamil
18
Kegaduhan
19
Membeli Baju Bayi
20
Sahabat Rendra
21
Pria Di Foto Itu
22
Pengakuan Dika
23
Kontraksi Hebat
24
Lahirnya Putra Maura
25
Empat Tahun Telah Berlalu
26
Inin Beltemu Ayah
27
Mirip
28
Beltemu Om Danten
29
Cerita Dari Junior
30
Harus Kembali Ke Tanah Air
31
Panggil Daddy Saja
32
Perginya Junior
33
Seperti Junior
34
Junior Tidak Mirip Daddynya
35
Kehilangan Junior
36
Rayuan Nindi
37
Tinggal Di Rumah Baru
38
Ketidaksengajaan Reyhan
39
Adik Kecil Yang Tampan
40
Junior Bukan Niol
41
Pasangan Yang Serasi
42
Terperosok Ke Sungai
43
Keseleo
44
Cendal Ada Lima
45
Bertemu Dengan Junior
46
Menemukanmu
47
Apakah Junior Anakku?
48
Junior Bukan Anakmu
49
Kamu Masih Istriku
50
Pengakuan Rendra
51
Maura Bukan Istrimu
52
Kenyataan Pahit
53
Ada Apa Dengan Audi?
54
Orang Tak Dikenal
55
Hilangnya Junior
56
Bahadia Beltemu Om Danten
57
Kamu Anak Kandungku
58
Positif
59
Demi Junior
60
Menjemput Istriku
61
Anak Ayah Jangan Berisik
62
Kembali Ke Rumah
63
Untung Ada Junior
64
Kenapa Jadi Begini?
65
Maura Terbatuk
66
Om Dain Om Lata
67
Apa Kamu Masih Ragu?
68
Akan Menikah Kembali
69
Mencoba Baju Pengantin
70
Hari Pernikahan
71
Malam Pesta
72
Lakukanlah Mas (21+)
73
Gedor... Gedor... Gedor...
74
Kamu Apakan Mantu Mama?
75
Milip Ayah
76
Mirip Rendra
77
Benar Anak Rendra
78
Menyembunyikan Dari Bunda
79
Pelepasan Yang Sempurna (21+)
80
Jam Tangan
81
Jam Tangan Pintar
82
Intuisi Junior
83
Masa Lalu Yang Tidak Berguna
84
Terngiang-ngiang
85
Hanya Kamu
86
Mainan Dari Opa
87
Imbalan
88
Calon Istri Reyhan
89
Melihat Maura
90
Sering Mengantuk
91
Undangan Pernikahan
92
Kabar Mengejutkan
93
Kabar Mengejutkan 2
94
Pernikahan Reyhan Dengan Audi
95
Malam Pestanya
96
Positif Hamil
97
Aku Tidak Sakit Mas
98
Gara-gara Foto
99
Maura Hamil Lagi
100
Bodyguard Untuk Junior
101
Suami Yang Sayang Istri
102
Pintar Tapi Bo*doh
103
Lumayan Buncit
104
Inin Belmain Te Taman Ladi
105
Jogetannya Mulyadi Yang Mendunia
106
Matacih Ayah
107
Mulai Sekolah
108
Kecemburuan Audi
109
Tertipu
110
Persiapan Menuju Empat Bulanan
111
Teringat Teman Lama
112
Drama Di Meja Makan
113
Belanja Di Mall
114
Kembali Bertemu
115
Bersyukur Bisa Memilikimu
116
Lupakan Maura
117
Niol Cayan Ayah
118
Tanpa Bodyguard
119
Hanya Doa Saja
120
Niol Cayan Ayah, Cayan Cetali
121
Empat Bulanan Untuk Adiknya Junior
122
Penghujung Acara
123
Seperti Tante Ainun
124
Tante Ainun Dan Kak Andika
125
Kemarahan Rendra
126
Fitnahan Dari Andika
127
Rahasia Yang Terungkap
128
Berusaha Meyakinkan Lagi
129
Jangan Tinggalkan Oma
130
Percayalah Padaku
131
Tetaplah Di Sini Nak
132
Adik Bayi Cehat
133
Sentimen Akut
134
Sembilan Bulan
135
Sudah Hamil Atau Belum?
136
Bodyguard Tak Dikenal
137
Anak Pintar
138
Biang Keroknya
139
Wanita Gila
140
Menyelamatkan Junior
141
Anak Ajaib
142
Junior Sempat Diculik
143
Terasa Sakit
144
Adik Bayi Mau Lahir
145
Renada Narendra Putri Ambrose
146
Siapa Tahu Hamil Juga
147
Ternyata Sudah Hamil
148
Menua Bersamamu Istriku
149
Pengumuman ( Menjadi Pembantu Ayah Dari Anakku

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!