Selamat Membaca
🌿🌿🌿🌿🌿
Hiasan kain sederhana yang digunakan sebagai penutup raga kala menghadap sang pencipta telah usai dilipat. Setelah melewati malam yang cukup panjang untuk beristirahat hingga tiba saatnya untuk menunaikan ibadah di waktu subuh, telah cukup membuat hati seorang Maura menjadi cukup tenang.
Maura tidur seorang diri di kamar ini, sedangkan suaminya Rendra tidur di kamar yang lain. Maura tak tahu bagaimana akan nasib pernikahannya yang masih baru saja dimulai ini, namun apapun itu, Maura sudah pasrahkan hidupnya serta nasib pernikahannya kepada sang pencipta.
Mungkin suaminya Rendra sedang dilanda kesalahpahaman yang Maura sendiri tidak tahu apa itu. Namun tuduhan yang dituduhkan oleh suaminya jika dirinya sudah tak suci lagi adalah tidak benar.
Maura tak tahu harus bagaimana cara menjelaskan hal itu pada suaminya Rendra, karena Rendra sendiri masih tidak mau mendengarkan penjelasannya. Tidak, bukan Rendra tidak mau, melainkan suaminya itu telah membuat anggapan sendiri jika yang dituduhkan nya adalah benar.
Entah bukti apa yang membuat suaminya Rendra sampai menuduh dirinya seperti itu, namun yang pasti, ada sesuatu yang begitu janggal yang sepertinya berusaha untuk merusak hubungannya dengan suaminya.
" Sebaiknya aku ke dapur saja, aku mau masak untuk mas Rendra ". Gumam Maura.
Dan Maura pun mulai meletakkan mukenahnya itu di dalam lemari. Di pagi yang masih buta ini Maura ingin memasak sesuatu yang bisa dijadikan sarapan untuk suaminya Rendra.
Mungkin hubungannya dengan suaminya Rendra sedang tidak baik - baik saja, namun apapun itu, sebagai seorang istri haruslah tetap mengabdi pada suaminya selama itu masih dalam hal kebaikan.
*****
Tak butuh waktu lama bagi Maura untuk segera sampai di dapur, dan ternyata di dapur ini sudah ada bi Yuni dan juga bi Tuti yang sudah mulai memasak.
" Bi Yuni, bi Tuti ". Sapa Maura ramah pada kedua asisten rumah tangga suaminya.
" Masak apa ini? ". Tanyanya.
" Eh, nona Maura, subuh - subuh nona sudah ke sini, ada apa non?, apa nona butuh sesuatu? ". Sahut bi Yuni.
" Iya non, apa nona Maura butuh sesuatu?, biar kami yang akan menyiapkan, nona Maura menunggu saja di kamar ". Timpal bi Tuti.
" Iya betul, Maura memang butuh sesuatu, Maura ingin memasak sesuatu untuk mas Rendra sebagai menu sarapan ". Sahut Maura.
" Tidak perlu non, biar kami saja yang masak, nona Maura istirahat saja di kamar ". Sahut bi Tuti.
" Iya betul non, istirahat saja di kamar, nanti kalau masakannya sudah siap di meja makan, kami akan segera memanggil nona Maura dan juga tuan Rendra ". Sahut bi Yuni.
" Bibi - bibi tidak perlu khawatir, Maura hanya ingin memasak saja, Maura hanya ingin membuatkan makanan kesukaannya mas Rendra, ayo kita masak ". Sahut Maura.
Tanpa menunggu jawaban dari kedua asistennya ini, Maura pun langsung menuju ke arah kulkas, nampaknya Maura sedang ingin mengambil sesuatu atau bahan untuk membuat masakan di sana.
Bi Tuti dan bi Yuni hanya diam dengan saling menatap. Sebenarnya mereka tidak masalah jika nona Maura nya ingin memasak. Namun dari semenjak nona Maura nya datang ke dapur ini, ada sesuatu hal yang cukup menyita perhatian mereka, namun mereka sendiri tak bisa menanyakannya.
Bi Tuti dan bi Yuni menjadi terfokus melihat wajah Maura. Jika dilihat, sangat nampak jika Maura seperti habis menangis, hal itu terlihat dari kedua kelopak mata Maura yang terlihat sembab.
" Yun, ada apa dengan nona Maura ya?, matanya terlihat sembab seperti itu ". Bisik bi Tuti.
" Iya, ada apa ya?, apa jangan - jangan nona Maura habis menangis karena malam perta dengan tuan Rendra? ups... ". Sahut bi Yuni dengan tersenyum.
" Ih dasar kamu Yun, jawabannya yang aneh - aneh, ayo kita kembali kerja ". Putus bi Tuti.
" Tapi aneh juga sih, biasanya kalau habis malam pertama pasti jalannya akan terlihat susah, tapi nona Maura tidak, huh sudahlah Tut, kamu ini aneh - aneh saja yang dipikirkan ". Batin bi Tuti.
Bi Tuti dan juga bi Yuni tidak tahu akan hal apa yang sudah terjadi pada tuan dan nona mereka, apalagi pertengkaran yang sudah terjadi diantara keduanya, maklum saja jika bi Yuni dan juga bi Tuti tak mendengarnya karena kamar majikan mereka memang di disain untuk kedap suara.
*****
Waktu sudah menunjukkan hampir pukul enam pagi, yang menandakan jika tak lama lagi tuan rumah akan mulai menikmati sarapan paginya.
Bi Yuni, bi Tuti, serta Maura sendiri sudah mulai menyiapkan hasil masakan mereka di meja makan di rumah besar ini. Hingga kini tersisa sup ikan buatan Maura yang akan segera dihidangkan di meja makan.
" Biar saya yang membawanya non ". Ujar bi Yuni dengan menahan Maura.
" Tidak apa - apa bi, nanggung hanya tinggal satu menu ini, biar Maura saja yang membawanya ". Sahut Maura dan Maura pun langsung kembali melangkah untuk menuju ke meja makan.
Meski sudah memasak beberapa menu sarapan untuk suaminya, Maura sama sekali tak berharap jika Rendra akan menyukai masakannya, yang penting dirinya bisa membaktikan diri sebagai seorang istri meski itu hanya dalam bentuk membuat dan menyiapkan makanan untuk sang suami.
Hingga ketika Maura sudah akan sampai di meja makan, tiba - tiba saja Maura menghentikan langkahnya. Langkah Maura menjadi terhenti karena ternyata sang suami Rendra sudah berada di meja makan.
Maura menjadi bingung. Haruskah dirinya datang mendekati suaminya, lalu bagaimana jika suaminya Rendra sampai marah jika dirinya datang mendekat.
Lalu Maura menatap sup ikan yang ada di atas nampan yang dipegangnya. Bukankah sup ikan ini adalah salah satu makanan favorit suaminya, dan lagipula dirinya memasak memang untuk suaminya.
Iya, sup ikan ini harus diberikan pada suaminya Rendra, jika suaminya memang tak mau, ya sudah tak mengapa.
" Huft... tenang Maura ". Gumam Maura yang mencoba menenangkan dirinya sendiri.
Dan Maura pun pada akhirnya kembali melanjutkan langkahnya untuk mengantarkan sup ikan ini, sup ikan kesukaan suaminya Rendra. Hingga pada akhirnya, tak butuh waktu lama, Maura pun kini sudah benar - benar sampai di meja makan.
Deg...
Seketika itu Rendra menjadi terhenti dari aktivitasnya yang sempat ingin memegang centong nasi. Rendra menjadi terhenti lantaran kedatangan Maura.
" I-ini mas sup ikan nya ". Seru Maura takut - takut dengan meletakkan sup ikan itu di dekat suaminya.
Hanya kalimat itu yang Maura ucapkan pada suaminya. Maura tak menunggu jawaban apapun dari suaminya Rendra sebagai tanggapannya, karena seusai meletakkan sup itu, Maura sudah berinisiatif untuk membalikkan tubuhnya dan mulai melangkah pergi dari sana sebelum akhirnya menuju ke kamarnya.
Mendapati keadaan sang istri, dan setelah dilihat keadaannya menjadi seperti itu, jujur saja sebenarnya sudah membuat hati Rendra juga menjadi terluka dan merasa bersalah. Rendra bisa melihat dengan jelas jika kedua mata indah istrinya Maura terlihat nampak sembab, apalagi penyebabnya jika bukan karena menangis.
" Maafkan aku sayang, coba saja kalau kamu mau berkata jujur dengan mengakui semua kebohonganmu, pasti aku akan menerimanya, aku mencintaimu Maura ". Batin Rendra.
Ya, Rendra memang begitu sangat mencintai Maura, itulah mengapa setelah adanya bukti dari foto itu tak membuat Rendra membatalkan pernikahannya.
Namun Rendra sendiri masih merasa tak tenang dan masih belum bisa menerima istrinya ini dengan sepenuh hati, karena menurutnya Maura sudah membohonginya, padahal dirinya sudah mengatakan semua masa lalu kelamnya pada Maura namun Maura sendiri tak mau menceritakan masa lalu kelamnya juga.
Rendra menyadari jika dirinya adalah seorang mantan casanova, jadi karena itu Rendra pun menerima jika istrinya Maura memang sudah tak suci lagi karena dirinya sendiri pun juga sudah tak suci lagi.
Rendra sudah tak berselera untuk sarapan. Nafsu makannya mendadak jadi menghilang. Apalagi setelah melihat keadaan istrinya Maura yang seperti itu, membuat hati Rendra menjadi semakin tak tenang.
" Sayang ". Dan Rendra pun langsung beranjak dari posisinya.
*****
Ceklek....
Maura cukup tersentak kala pintu kamarnya itu menjadi terbuka. Dan ternyata, suaminya Rendra lah yang membukanya.
Menyadari sang suami yang sudah masuk, reflek membuat Maura langsung turun dari atas ranjang kasurnya.
Melihat kedatangan sang suami, membuat Maura menjadi merasa takut, pasalnya sangat nampak jelas jika raut suaminya Rendra terlihat begitu tak bersahabat. Entah apalagi yang ingin dilakukan oleh Rendra kali ini.
" Akh... m-mas, sakit ". Rintih Maura kala sang suami Rendra tiba - tiba saja mencengkram kedua bahunya.
" Maura, jawab pertanyaan ku dengan jujur, siapa laki - laki yang sudah tidur denganmu itu?, jawab saja Maura, kalau kamu menjawabnya dengan jujur, aku tidak akan lagi mempersoalkan masalah ini ". Ujar Rendra dengan tatapan tajamnya yang begitu menusuk pada Maura.
Maura kembali menjadi terdiam. Cengkraman suaminya yang awalnya terasa begitu sangat sakit, kini telah menghilang begitu saja.
" Jawab Maura ". Sentak Rendra.
" Apa yang harus aku jawab mas, aku tidak pernah tidur dengan pria manapun ". Sahut Maura.
" Jadi kamu masih tidak mau mengakuinya? ". Tanya Rendra.
" Aku sudah mengakuinya mas, aku tidak pernah tidur dengan pria manapun, itulah kenyataannya ". Pasrah Maura.
Sontak Rendra pun langsung melepaskan cengkraman nya itu dari kedua bahu Maura. Bukan jawaban ini yang Rendra inginkan. Rendra menginginkan kejujuran dari istrinya Maura, namun istrinya tidak memberikan jawaban yang diinginkannya itu padahal jika saja Maura menjawabnya dengan jujur, sudah pasti Rendra akan menerimanya.
" Sebegitu pentingkah kamu menutupi kebohonganmu Maura?, apa kamu sudah tidak mementingkan hubungan kita lagi? ".
Deg....
" Baiklah, jika kamu masih tetap berbohong seperti ini, jangan salahkan aku jika aku akan membuat sebuah keputusan yang akan membuat hubungan kita menjadi berakhir ". Jelas Rendra pada akhirnya.
Dan seusai mengucapkan kalimat terakhirnya itu, Rendra pun kembali melangkah dan memilih keluar dari kamarnya.
Lagi - lagi Maura hanya terdiam karena perlakuan suaminya. Sebenarnya pengakuan apa lagi yang suaminya Rendra inginkan. Maura sudah mengatakan jika dirinya tidak pernah tidur dengan pria manapun, bahkan itu dengan Rendra sendiri suaminya. Jawaban apa lagi yang harus Maura berikan agar suaminya Rendra bisa mempercayainya.
Maura sudah pasrah dengan keadaan ini. Entah bagaimana nasib pernikahannya setelah ini, apalagi setelah suaminya Rendra memberikan peringatan jika akan membuat hubungan pernikahannya ini akan segera berakhir.
Sungguh miris rasanya. Dirinya dan suaminya Rendra bisa menikah atas dasar cinta, tapi, kemanakah cinta itu, seolah telah hilang entah kemana, suaminya Rendra sudah dengan begitu mudahnya memberikan peringatan hanya karena dirinya tak memberikan jawaban yang menurut suaminya adalah benar.
" Aku mencintaimu mas, tapi aku juga tidak bisa jika harus hidup seperti ini. Jika memang hubungan pernikahan kita akan segera berakhir, baiklah, aku akan menerimanya dengan ikhlas ". Batin Maura.
Bersambung........
🙏🙏🙏🙏🙏
❤❤❤❤❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 149 Episodes
Comments
Denara Qkunaee
katanya cinta tapi gak percaya...hanya dengan selebar foto km telan mentah" tanpa mencari tau kebenarannya bagaimana... q yakin km menyesal nantinya
2023-09-14
2
Siti Romlah
tinggal cek ke dokter. masih perawan apa tdk. kenapa Maura jg gk kepikiran tuk pembuktian. geram aku jadinya si Rendra kok bodoh. Casanova kurang akal
2022-11-05
1
Aska
lama lama gemes sm Rendra tinggal di celup kan tau rasanya masih suci apa g
2022-10-12
0