Hari-hari pun berlalu, setelah beberapa Minggu kejadian saat Ia menangkap basah sang calon suami, Eve harus terbiasa dengan keadaannya sekarang, patah hati karena di khianati, membuat Eve harus menguatkan hatinya, hidupnya masih panjang, dan dia harus melanjutkan sesuatu yang telah Ia rencanakan.
Setiap hari Eve menghadapi kenyataan yang harus dihadapinya, bertemu dengan office boy itu setiap hari, mau gimana lagi nasi sudah menjadi bubur, Eve bisa saja resign dari kantor, namun dirinya tidak bisa meninggalkan wasiat sang ayah untuk mengungkap kebusukan seseorang yang berlindung di balik nama keluarga besar D'angelo, yakni keluarga William Anthony.
Almarhum ayah Eve, memiliki beberapa saham di Perusahaan milik Willy yang sejatinya perusahaan itu milik Jeffry Anthony, ayah William Anthony. Eve tidak ingin jika perusahaan yang di bangun atas kerjasama sang ayah dan Jeffry Anthony, di curangi begitu saja oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
Namun kenyataannya Eve harus mengalami kejadian yang luar biasa, yang merubah hidupnya seratus delapan puluh derajat.
Seperti biasa jam istirahat kantor, Eve pergi bersama kedua temannya, Alinda dan Veren, mereka berdua tampak makan di sebuah restoran dekat kantor, restoran yang menyajikan menu-menu favorit Eve, yaitu nasi rames dan nasi campur.
Mereka bertiga memesan menu itu, dan setelah beberapa saat sang pelayan datang dengan membawa 3 piring nasi rames dan 3 gelas jus melon.
"Hmm ... pesanan kita udah tiba nih guys!" seru Alinda yang tak sabar ingin segera menyantapnya. Begitu pun dengan Veren yang sudah sangat keroncongan ingin segera menghabiskan makanan itu dengan segera.
Namun berbeda dengan Eve, perutnya seakan penuh terasa sangat sesak, apalagi melihat penampilan nasi yang tiba-tiba membuat perutnya seperti di aduk, Eve menutup mulut dan hidungnya, aroma nasi rames favoritnya tiba-tiba menjadi aroma yang sangat ia benci, Eve mual dan akhirnya Ia berlari menuju kamar mandi.
"Eh ... Eve! Kamu kenapa?" Alinda mencoba mengikuti Eve yang sedang memuntahkan isi perutnya. Alinda terkejut dan mencoba membantu Eve dengan memijit tengkuknya.
"Ya ampun Eve! Kamu masuk angin sepertinya!" ucap Alinda menebak.
Setelah Eve memuntahkan isi perutnya, lantas Ia segera mencuci mukanya. Wajahnya terlihat pucat dan lemas, Alinda merasa Eve pasti sedang masuk angin.
"Eve! Kamu nggak apa-apa kan?"
"Nggak apa-apa, udah mendingan"
"Kamu masuk angin ya? Atau kamu nggak sarapan pagi ini?"
"Aku sarapan kok, tapi nggak tahu kenapa perutku tiba-tiba mual saat melihat nasi rames itu"
"Ya ampun Eve! Kasihan banget kamu, ya udah kita pesan yang lain aja, yuk!"
Alinda mengajak Eve kembali ke meja makan, Veren yang sedang menunggu mereka tampak memperhatikan Eve yang terlihat pucat.
"Kamu kenapa Eve?"
"Nggak apa-apa, plis singkirkan nasi itu dari hadapanku"
"Hah... tumben kamu nggak mau makan nasi rames, ini makanan favorit kamu loh"
"Iya ... tapi sekarang aku nggak nafsu untuk makan itu"
Veren terkejut dan penasaran apa yang sedang dialami oleh temannya itu, jangan-jangan ...?
Sementara Alinda memberi alternatif kepada Eve untuk memesan salad buah, karena Eve sepertinya sedang alergi makan segala jenis nasi.
"Gimana kalau kamu pesan salad buah aja" seru Alinda dan Eve pun mengangguk.
"Terus nasi rames nya siapa dong yang makan? Kan sayang kalau dibuang?" seru Veren.
"Hmm ... kita bungkus aja, nanti kita kasihkan Jaka, dia pasti suka" ucap Alinda
"Oh ... ya Bener-bener, Jaka pasti mau, nggak apa-apa kan Eve? Nasi kamu biar Jaka yang makan, daripada dibuang, toh kamu juga makan salad" sambung Veren
"Terserah kalian saja!" jawab Eve datar.
Akhirnya Eve makan dengan salad buah, sedangkan Alinda dan Veren menyantap nasi rames, Eve terlihat tidak suka atau mual saat nasi rames itu masih terlihat di atas meja, akhirnya Eve memilih pindah tempat duduk.
"Lin, Veren, sorry aku pindah kursi aja, beneran perutku mual banget lihat nasi kalian, nggak apa-apa kan?" seru Eve
"Baiklah terserah kamu aja enaknya gimana!" balas Veren tersenyum.
"Oke... sorry ya!"
Akhirnya Eve pindah di meja sebelah, namun tetap berada satu deret dengan kedua temannya.
Dan siapa sangka tiba-tiba Jaka datang ke restoran yang sama dimana ketiga gadis itu makan siang.
"Loh itu bukannya Jaka!" seru Veren yang tidak sengaja melihat Jaka memesan makanan.
"Eh ... iya bener, nih nasinya kita kasihkan sekarang saja, kalau entar keburu dingin" ucap Alinda.
"Bener-bener tuh ... Jaka! Sini" Veren memanggil-manggil nama Jaka yang sedang memesan makanan. Dan sontak Jaka menoleh kepada orang yang telah memanggil namanya.
"Jaka sini!" Veren melambaikan tangan kepada Jaka agar Office Boy itu datang kepada mereka. Setelah Jaka memesan makanan, kemudian ia segera menghampiri Veren yang telah memanggil dirinya, secara tak sengaja Jaka melihat Eve yang sedang makan di meja lain.
"Mbak Eve!" Jaka tersenyum mencoba menyapa Eve yang sedang melihatnya, namun Eve tak bergeming, ia tetap cuek seolah tidak melihat kedatangan Jaka di sana.
Jaka terdiam karena tahu jika Eve tidak membalasnya, kemudian ia segera menghampiri Veren dan Alinda yang berada di meja sebelah Eve berada.
"Iya mbak e! Ono opo toh mbak e manggil Jaka?"
"Nih buat kamu!" seru Veren
"Opo iki mbak?"
"Itu nasi rames, kamu makan ya! Sayang soalnya, Eve lagi nggak nafsu makan" ucap Alinda
"Mbak Eve sakit opo? Mbak Eve ndak kenapa-kenapa kan?" tanya Jaka yang khawatir tentang keadaan Eve.
"Aku nggak apa-apa, peduli amat sih kamu!" jawab Eve ketus.
"Saya kan cuma tanya Mbak, kenapa Mbak Eve jadi marah sama Jaka" balas Jaka dengan wajah melasnya.
"Eve sekarang kok ketus gitu sih sama Jaka!" seru Veren yang terkejut melihat perubahan sikap Eve terhadap office boy itu. Alinda cuma mengangkat bahunya.
"Ya udah mbak saya permisi dulu, makasih loh nasinya!" pamit Jaka pada ketiga gadis itu.
"Eh tunggu-tunggu, jangan pergi dulu, makan dulu nasinya!" seru Veren.
"Tapi Mbak!"
"Ini kan jam istirahat, ya kita makan dulu lah, ayo di makan, keburu dingin nggak enak" sambung Alinda.
"Ba_baik kalau itu maunya mbak, tapi pesanan saya piye tuh mbak, udah terlanjur pesan sama mbak pelayan" ucap Jaka dengan polosnya.
"Emangnya kamu pesan punya siapa aja?" tanya Alinda.
"Punya anak-anak hehehe" jawabnya
"Ya ampun mau-maunya aja kamu di suruh-suruh!" jawab Eve tiba-tiba yang membuat Jaka terkejut.
"Maksud mbak Eve?"
"Lain kali, kalau kamu disuruh doang jangan mau, biar mereka beli sendiri, nyusahin orang aja" Eve berkata sambil memakan salad buahnya.
"Eve! Ternyata kamu masih punya simpati kepada Jaka" gumam Willy senang, ia masih punya harapan untuk mengambil hati wanita incarannya itu.
"Bo_boleh Jaka duduk disini mbak e?" Jaka meminta izin kepada Eve untuk duduk satu meja dengannya.
"Terserah!" jawabnya singkat.
Dengan senang hati Jaka duduk di depan Eve, dengan leluasa Jaka alias Willy memandangi wajah Eve yang cantik itu, sesekali Jaka curi-curi pandang, saat Eve melihatnya Jaka pura-pura makan.
Entah kenapa Eve begitu suka melihat Jaka saat makan nasi rames itu, padahal sebelumnya Eve begitu mual melihat nasi itu dihidangkan di atas meja. Eve tersenyum, seolah ia melihat pemandangan yang membuatnya nyaman, wajah Jaka yang sangat polos dengan tahi lalat di pipi kirinya, memberi kesan bahwa Jaka adalah sosok yang begitu lugu.
"Sebenarnya dia polos sekali, apa aku sudah keterlaluan padanya, itu semua juga bukan salah dia sepenuhnya, waktu itu aku mabuk, dan aku tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya" gumam Eve yang mencoba mengingat kejadian malam itu.
BERSAMBUNG
🔥🔥🔥🔥🔥
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 191 Episodes
Comments
Nur Lizza
lanjut.
kykny Eva hamil deh
2023-11-04
0
Aidah Djafar
giliran c Jaka yg makan nasi remes c Eve ngk mual ...🤔 ya namanya jug calon ank yg di kndungnya
2023-10-10
1
◉‿◉♡-Ƥυтrу Ƴαѕмιη-♡◉‿◉
Mestilah suka tuh bawaan baby tuh, liat bpknya makan 😃
2023-05-07
1