Tamu Yang Tak Diundang

Tamu Yang Tak Diundang

Bab 1

“Stop! Stop! Gue kebelet nih,” pinta Bara pada Anton yang sedang mengemudikan mobil.

“Bentar lagi sampe nih, tahan dikit ngapa!” Anton terus mengemudikan mobilnya.

“Yaelah, bentaran doang. Udah nggak tahan banget nih.” Bujuk Bara sambil bergerak-gerak.

Akhirnya Anton menepikan mobilnya dan semua yang berada di dalam mobil pun turun.

Bara langsung berlari masuk ke dalam hutan untuk membuang air kecil, Anton berdiri di pinggiran jalan sambil menghisap sebatang rokok. Sedangkan ketiga teman mereka yang lain, Rudi, Julio, dan Keno berjalan-jalan kecil sambil melihat pemandangan sekitar.

“Bara lama banget sih! Dia buang air atau bikin pabrik air sih.” Gerutu Rudi dan tidak lama kemudian Bara pun datang.

Hari mulai gelap, butuh waktu sekitar satu jam untuk sampai di tempat tujuan mereka.

Anton kembali mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang. Hari sudah gelap, mereka belum juga sampai ke tempat tujuan.

“Eh kalian denger nggak suara itu?” tanya Rudi.

“Suara apa? Jangan ngaco deh Rud!” ujar Julio.

“Loe bener, gue juga denger tu suara.” Anton menimpali.

Bulu kuduk pun merinding, suasana jadi mencekam.

“Di tengah hutan begini, siapa yang sedang mengadakan pesta?” pertanyaan yang dilontarkan Keno menambah seram suasana.

Dari kejauhan nampak cahaya yang berasal dari sinar lampu teplok. Sebuah perkampungan kecil kini ada di hadapan mereka.

“Sepertinya kita tersesat dan salah jalan. Bukankah jalan menuju kampung kakeknya Gara tidak melewati desa mana pun.” Ujar Anton.

“Mungkin perkampungan ini baru di sini, sudah positif thinking aja.” Kata Keno.

Anton memperlambat laju mobilnya saat melewati kerumunan warga yang sedang menikmati pesta.

Tiba-tiba seorang kakek tua menghentikan mobil yang mereka tumpangi.

Bara menurunkan kaca mobilnya, “Ada apa kek?” tanya Bara.

“Singgahlah sebentar. Tidak baik melewatkan pesta begitu saja.” Jawab kakek itu.

Bara meminta pendapat teman-temannya, karena hari sudah malam dan mereka pun sangat lapar, akhirnya mereka turun dari mobil dan mengikuti langkah kakek tadi.

Mereka dibawa masuk ke sebuah gubuk kecil, satu orang satu gubuk.

“Silahkan diminum mas, kopinya!” Seorang gadis berpakaian ala dayang-dayang pada kerajaan jaman dulu menghidangkan kopi di hadapan Bara.

 Glek,, Bara menelan ludahnya dengan susah payah, dadanya berdegup kencang kala melihat gadis itu membungkuk dan memperlihatkan separuh gundukan di dadanya.

“Kok bengong saja, Mas. Nggak suka kopi ya?” tanya Gadis itu.

“Su-suka,” jawab Bara terbata-bata.

Gadis itu ke luar dari gubuk kemudian kembali lagi sambil membawa talam berisi makanan yang terlihat sangat lezat.

“Makan dulu, mas. Setelah itu baru masnya tidur.” Lagi-lagi gadis itu membuat Bara kesulitan untuk bernafas.

“Siapa namamu?” tanya Bara.

Gadis itu meletakkan nampan lalu duduk di hadapan Bara. Kain pendek yang berperan sebagai rok tersingkap hingga hampir memperlihatkan bagian tersembunyi milik gadis itu.

“Nama saya Arum, mas.” Jawab gadis itu.

Ditemani oleh Arum, Bara menikmati makan malamnya sambil sesekali melirik ke arah gadis itu.

“Simbah bilang, kalian bermalam saja di dini. Besok baru pergi ke tempat tujuan kalian,” tutur Arum pada Bara.

Suasana di luar mulai sepi, mungkin pesta sudah berakhir. Setelah Bara menghabiskan makanannya, Arum membawa bekas makanan ke luar.

Bara merebahkan tubuhnya di tempat yang terbuat dari bambu dan beralaskan tikar pandan. Perutnya yang kenyang membuat matanya mengantuk, tidak lama dia pun sudah tertidur.

Di gubuk Keno,

Sama halnya seperti Bara dan ketiga temannya yang lain, Keno juga ditemani oleh seorang gadis yang bernama Kenanga.

Berbeda dari Arum yang terlihat sopan dan anggun, Kenanga lebih liar dan agreesif.

“Kamu mau ngapain?” tanya Keno saat melihat Kenanga naik ke tempat tidurnya.

“Kami bertugas melayani tamu yang singgah dan bermalam di sini,” jawab Kenanga yang sudah duduk di pangkuan Keno.

Wajah Keno terlihat menegang setegang junior miliknya yang sudah memberontak minta dilepaskan.

“Aku ... Aku,”

Kenanga meletakkan jari telunjuknya di bibir Keno. “Kamu tidak perlu membayar, semua pelayanan di sini gratis.” Ujar gadis itu, seolah tahu apa yang ada di pikiran Keno.

Sesuatu yang tidak seharusnya mereka lakukan pun terjadi.

Pagi harinya,

“Keno, Ken, bangun Ken. Kenapa kamu bisa polos begini?” Anton, Bara, dan Julio berusaha membangunkan Keno yang tidak mengenakan sehelai benang pun sebagai penutup tubuhnya.

Rudi sudah terlebih dulu masuk ke dalam mobil.

Keno mengerjapkan matanya lalu terkejut saat melihat di mana mereka sekarang.

Tubuhnya yang polos sedang berada di atas sebuah kuburan.

Keno buru-buru memakai pakaiannya kemudian meninggalkan tempat itu bersama teman-temannya.

“Berarti pesta, kampung, kakek tua, dan gadis-gadis yang menemani kita itu semuanya hantu.” Cetus Bara sambil melihat satu-persatu wajah temannya.

Anton dan yang lainnya terdiam, tidak berani bersuara.

“Kalian kenapa? Kok diam?” tanya Bara.

“Tadi malam aku dan gadis itu melakukannya,” jawab Anton, Keno, Rudi, dan Julio bersamaan.

“Apa?” Bara berteriak kaget.

“Kami tidak tahu kalo gadis itu ternyata hantu,” jawab Julio.

Anton menambah kecepatan mobilnya, hingga tidak butuh waktu lama mereka sudah sampai di kampung kakek.

Melihat kedatangan mobil Bara, kakek langsung menghampiri. Wajah kakek terlihat tegang, sepertinya sedang terjadi sesuatu.

“Kek, kenapa kakek tegang begitu?” tanya Bara.

“Kalian cepat kembali ke kota sebelum semuanya terlambat,” titah kakek pada kelima pemuda yang ada di hadapannya.

Bara dan teman-temannya saling bertukar pandang, tidak mengerti apa maksud kakek.

“Kami baru saja datang, kenapa sudah disuruh pulang?” tanya Anton.

Kakek melihat kanan dan kiri lalu mengajak anak-anak itu untuk masuk ke dalam rumahnya.

Kakek menutup rapat-rapat pintu lalu menguncinya.

“Kalian sudah mengganggu penghuni pohon di ujung jalan sana, itu kenapa kalian mengalami kejadian aneh tadi malam.” Jelas kakek sambil menatap tajam ke arah lima anak muda di depannya.

“Bagaimana kakek bisa tahu?” tanya Bara.

Kakek menatap jauh ke depan, pandangan matanya terlihat kosong.

Bara dan keempat temannya menjadi bingung bercampur takut.

“Apa tujuan kalian datang kemari?” tanya Kakek.

Bara pun menjelaskan pada kakek apa yang menjadi tujuan mereka, Bara juga tidak lupa mengatakan jika dia tidak akan lama berada di kampung kakeknya tersebut.

“Kakek sarankan, lebih baik kalian pulang. Selagi hari masih siang dan kalian pun belum terlalu jauh masuk ke dalam dunia mereka.” Saran kakek.

Bara yang tahu betul siapa kakeknya akhirnya memutuskan untuk mengajak teman-temannya kembali ke kota.

Mereka tidak pulang sendiri, beberapa warga asli kampung tersebut menemani mereka hingga perbatasan.

Meski kesal, Anton dan yang lainnya tidak berani protes. Mereka tetap mengikuti saran dari kakek dan dengan terpaksa kembali ke kota.

Tujuannya untuk berlibur di kampung pun harus gagal karena kejadian aneh yang menimpa mereka.

 

Terpopuler

Comments

Herlinatriyono 786

Herlinatriyono 786

wadaw....horor ya

2022-08-13

1

ma" athif 😊

ma" athif 😊

Hai ka naya aku dah mampir nich salam kenal ya

2022-08-07

1

🕊️⃟🍁❥•

🕊️⃟🍁❥•

kak UL mampir nih 🥰, saya fav kan dulu ya baca besok gal bernao malem² baca 😂

2022-06-13

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!